"hapus ngga fotonya"
"Ngga, pokoknya ngga mau"
Reez menarik nafas lelah, ingin marah tapi tidak tega melihat wajah takut Zia saat tak berani menatapnya
"Hapus ngga?.." ucapnya dengan wajah yang dibuat seseram mungkin. Zia yang mendengar pun tak dapat menyembunyikan kekesalannya , kenapa Reez suka sekali mengatur ngatur nya
"Aku hapus, tapi bukain dulu pintunya.."
"Ngga, hapus dulu fotonya" ucap Reez kekeuh
"Kenapa aku harus nurut terus sama kamu, kamu bebas ngapa-ngapain sedangkan aku ngga, sekarang kamu maksa cuma buat hapus foto sama kak Alvian sedangkan kamu punya banyak foto-foto juga sama kak Alexa, pokoknya aku ngga mau, bukain pintunya sekarang" jawabnya kesal, bukannya kasihan Reez malah semakin gemas dengan wajah kesal Zia
"Aku baru tau kamu bisa marah, jadi makin gemas tau ngga" ucapnya sembar
"apa yang kau pikirkan..??" Reez mendatangi Zia yang sedang sibuk melamun menatap langit malam ditempat favoritnya yang tak lain adalah taman belakang."Masa depan.." jawb Zia singkat, Reez mendudukan dirinya disamping orang yg dicintainya itu."Kenapa ? apa ada masalah .? Jangan berfikir terlalu keras, atau wajah menggemaskan ini akan berubah menjadi keriput nantinya" godanya mencubit kedua pipi Zia"Kenapa ? Kalo aku keriput ngga suka? ""Suka, karena saat kamu mulai keriput kita pasti sudah memiliki bayi bayi lucu nantinya, aku tidak sabar menunggu prosesnya" ucapnya dengan senyuman mesumnya menggoda Zia"Mesum.." ucap Zia"Ini ngga mesum sayang, kalau kita ngga melakukannya bagaimana kita bisa bereproduksi, sama seperti kamu sebelum kamu lahir pasti mama kamu sama papa kamu melakukan....""Reez..!!!" 
Zia sibuk menyiapkan kado untuk ulangtahun papanya yang akan diadakan besok memang keluarganya mengadakan pesta yang mengundang hampir semua petinggi petinggi kerajaan bisnis indonesia serta beberapa teman dan kolega papanya dari luar negri.Zia membungkus sebuah flasdisk 4 GB dalam kado kecil yang berisi movie maker yang dibuatnya khusus untuk papa, Zia melangkah pelan keruang kerja papanya jam menunjukan pukul 23:30 membuatnya yakin kalau semua orang sudah tidur kecuali papanya yang selalu lembur kerja sampai malam apa lagi keluarganya tidak merencanakan kejutan apapun karena pestanya hanya akan diadakan besok.Tok..tok..tok..Mendapat jawaban Zia langsung masuk ke ruangan tersebut dengan memegang kado kecilnya."Hmm..papa masih kerja .?" Zia mencoba basa basi dengan laki laki paruh baya itu"Hmm" jawab papanya tanpa mengalihkan matanya dari monitor laptopnya."Sel
Zia menatap dua orang didepannya yang sedari tadi terlihat asyik bercengkrama entah apa yang mereka bicarakan, siapa lagi kalau bukan Reez dan Alexa dua orang yang selalu membuatnya meragukan perasaannya."hei ngapain disini litle girl.." Zia menoleh kesumber suara tersebut."Nggak ngapa-ngapain kak tidak suka kebisingan saja.." jawab Zia.Saat menyadari apa yang dari tadi di perhatikan Zia, Alvian mengetahui apa yang dirasakan Zia karna begitu jugalah perasaannya sekarang.Hancur tentu saja melihat seseorang yang dia cintai mengabaikannya dan asyik bercengkarama dengan lelaki lainAlvian menghembuskan nafas berat, dia lelah dengan apa yang sekarang dihadapinya waktu telah membuatnya kehilangan banyak hal.Terutama orang yang dia cintai"Sepertinya kita memang sama-sama tidak menyukai pesta.." ucap Al lirih, pemandangan yang d
"terlalu banyak kekosongan disaat kamu dan aku seolah adalah orang asing"Zia kembali menatap dirinya di cermin setelah merombak penampilannya kesekian kalinya Zia memilih menggunakan Jeans abu abu yang melekat pas di kaki jenjangnya dengan kemeja putih kebesaran yang dimasukannya kedalam celana serta membuka dua kancing teratasnya lalu memakai shal kecil yang membuat sisi feminimnya kian terlihat.Zia meraih tas kecilnya lalu berjalan kearah tangga, Zia mendudukkan dirinya di anak tangga terakhir dan memasang hinghils dengan tinggi 10 cm untuk menyembunyikan tubuh mungilnya Zia berdiri sambil mencari kunci mobil dalam tasnya, setelah menemukannya Zia memainkan kunci tersebut dan berjalan keluar rumah.
Mata coklat itu tak hentinya menatap layar ponsel didepannya,.. lagi, lagi dan lagi tulisan itu masih sama,"yeaaayyy...berarti ini nyata.." Zia berlari ke kamar mandinya untuk berwuduk lalu kembali kekamar menggelar sajadah dan melakukan sujud syukur.Bagaimana tidak melalui tes online yang dilakukannya serta beberapa rujukan desaign yg dikirimnya zia berhasil diterima disalah satu sekolah fashion terbaik di Paris.misinya untuk sekolah disana hampir terwujud, dan lagi mungkin dengan kepergian itulah dia bisa menjaga jarak dengan Reez .Tok tok tok..!!"Bentar.." Zia meletakkan ponselnya di nakas dan berlalu membukakan pintu kamarnya.Zia hanya diam melihat siapa yang sekarang berdiri didepan kamarnya, sejenak hening menguasai mereka ya mereka Zia dan Reez .
Zia melangkahkan kaki nya menuju ruang kerja sang papa. Kemaren papanya menanyakan masalah permintaan yang dia ajukan dihari ultah papanya, katanya sang papa akan mengabulkan keinginan kuliah diluar negri dengan syarat asalkan Zia sudah jelas bisa masuk dan diterima di universitas ituTok..tok..tok..Zia mengetuk pintu ruangan papanya, setelah sampai disana dan langsung masuk satu poin penting yang dirasakan Zia dari sang papa, tampaknya papanya sedikit melembut padanya, tepatnya sejak hati ultah papa.Disinila Zia sekarang duduk didepan pria paruh baya yang telah menyaksikan bagaimana perjalanan dia hidup, orang yang selalu menjadi panutan nya meskipun terkadang ada rasa sakit saat dirinya merasa terabaikan."Jadi gimana? Kamu sudah punya rujukannya" ucap Atma yang seolah menyadarkan Zia dari lamunannya
"Maaf Om, saya benar-benar mencintainya saya tidak pernah bermaksud untuk menyakiti Alexa sedikitpun, saya memang lebih sering bersama Alexa sebelumnya tapi bukan karena saya mencintainya, jadi saya mohon agar Om mau mengizinkan saya pacaran sama Zia " ucap Reez serius dia tidak ingin Atma salah paham dengan hubungannya dengan Alexa meskipun mereka sering bersama tapi kebanyakan itu karena Alexa yang sering memintanya menjari Alexa dalam hal bisnis yang dia gelutiYa mereka sedang berada di ruang kerja Atma setelah kepergok berpelukan lebih tepatnya Reez memeluk Zia Atma langsung memanggil Reez keruang kerjanya untuk meminta penjelasan. Reez tentu saja tidak keberatan sama sekali karena dari awal dia memang berniat memberitahu kedua orang tua Zia tentang hubungan mereka
Pernahkah kalian merasa diasingkan ketika ramainya orang tak mampu kalian kira dengan satuan hitung yang kalian punya??Atau pernahkah kalian merasa hidup kalian penuh dengan kehampaan seolah seluruh dunia ikut mengasingkan kalian??Itulah yang sekarang Zia rasakan, adakah yang lebih menyedihkan dari itu? Zia sangsi jika itu ada rasanya lebih baik melupakan semuanya atau tidak pernah melalui semua ini akan terasa lebih baik.Mencintai itu memang menyedihkan ya, seolah kita hanya memiliki satu tangan untuk digenggam seolah kita hanya punya satu jalan untuk ditapaki yang akhirnya membuat kita tidak bisa memilih, bukankah pilihan itu memang tidak ada sejak awal?
Setelah Zia menerima lamarannya di restoran waktu itu didepan seluruh keluarga mereka, Reez dan Zia menggelar pernikahan yang amat meriah di salah satu hotel terbaik di Indonesia, setelah melewati proses persiapan yang panjang akhirnya pesta pernikahan mereka berhasil di adakanMelihat Zia yang kelelahan menyambut tamu yang berdatangan satu persatu bersamanya membuat Reez sedikit tidak tega, tapi mau bagaimana lagi bukankah mereka harus melewati ritual itu bukan, memang tidak mudah menghadapi tamu dari dua perusahaan besar."Kamu mau istirahat dulu?? " Ucapnya prihatin melihat Zia yang tampak jelas kelelahan"Ngga usah, lagia bentar lagi juga selesai.." jawabnya"Kamu yakin ngga apa-apa? " Tanya Reez lagi memastikan"Iya aku ngga apa-apa.." jawabnya kembali mengamit lengan Reez untuk menyalami tamu yang hadir di pernikahan mereka
Reez menatap Zia penuh tanda tanya"Masalah berhenti kuliah kamu pasti bercanda kan..?" Ucapnya"Itu serius sebenarnya.." jawab Zia takut-takut, bagaimana jika Reez memarahi keputusan gegabahnya itu. Reez yang melihat kebingungan Zia dengan sangat jelas memilih menunggu penjelasan gadis itu, Zia yang diperhatikan seperti itu memilih mengerucutkan bibirnya kesal.Bagaimana dia akan menjelaskannya pada Reez ? Tapi dia bingung bagaimana memulainya"Tadinya aku pikir disana enak karena aku bisa mandiri, ternyata jauh banget bedanya jadi akunya kesulitan beradaptasi belum lagi jadwal kuliahnya yang padat padahal masih semester awal.." ucap Zia mencoba menjelaskan"Teman sekamarku sering membawa pacarnya kerumah bahkan melakukan itu di sana padahal aku juga ada disana, jadi aku merasa tidak nyaman..""Dia tidak melakukan apapun sama kamu kan? ""Ngga, tapi aku merasa tidak nya
Tiga tahun yang lalu lebih tepatnya setelah Zia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke Paris, aku merombak keputusanku untuk tetap tinggal di Indonesiaditambah lagi kedua orangtuaku yang memintaku pindah ke Singapura dan mulai belajar mengurus perusahaan pusat, karena ayah dan bunda tidak ingin memindahkan pusat perusahaannya ke Indonesia .Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Singapura dan batal kuliah di presiden university lagipula sepertinya memang inilah pilihan terbaik karena Zia sudah tidak disini, dia pasti akan makin salah paham kalau aku masih terlalu dekat dengan Alexa walaupun dia kakaknya Zia tapi tetap saja aku tidak mau Zia semakin tidak mempercayaiku jadi keputusan untuk pindah adalah yang terbaik.Lagi-lagi aku tidak bisa menepati janjiku untuk sering mengunjungnya, awal kuliah adalah hal yang sangat sulit ditambah dengan beban pekerjaan yang baru kumulai jangankan untuk mengunjunginya berk
Tiga tahun kemudianReez mengemudikan mobil nya ke sebuah restoran kenamaan di Singapura, tepat setelah kepergian Zia ke Paris Reez memutuskan untuk melanjutkan kuliah nya di Singapura dan kembali tinggal bersama kedua orang tuanya.awalnya dia berpikir mereka benar-benar akan sama sama mewujudkan cita-cita mereka tapi ternyata dugaan tinggal dugaan semua yang terjadi jauh dari apa yang dia prediksi .Alenzia atmazya ? Apakah Reez masih menunggunya ? Jawabannya adalah tidak, bahkan dia hampir tidak pernah menunggunya sekalipun.Lalu apa Reez tidak mencintainya lagi? Entahlah tapi kalau ada hal yang lebih membahagiakan dari mencintainya itulah perasaannya, sulit untuk menamainya entah harus diberi nama apa perasaannya iniReez menghentikan mobilnya di parkiran restoran kenamaan di negara itu. tempatnya menghabiskan sebagian besar waktunya selain di kampus, peru
Setelah kepergian Zia ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya Reez memilih keluar dari kediaman Atmazya. Selesai berpamitan dengan Atma dan Reina Reez menggiring kopernya kemobil dan pergi.Reez akan kembali ke rumah lamanya yang sebelumnya dia tempati dengan kedua orangtuanya. Reez tersenyum pedih saat mengetahui bahwa ternyata tujuan orangtuanya menitipkan dirinya dikeluarga Atmazya adalah agar dia bisa semakin dekat dengan Alexa. Agar perjodohan yang sudah orangtuanya rencanakan bertahun-tahun yang lalu bisa segera terealisasi kanBegitulah kata orangtuanya. Mobil yang dikendarai Reez membelah jalanan Jakarta yang selalu tampak ramai. Dalam hatinya merindukan Zia. Bagaimana bisa dia merindukannya padahal mereka belum sehari berpisah, apa yang akan terjadi padanya jika dirinya nyatanya tidak bisa menemui gadis itu seperti yang telah dia rencanakan?Sesampainya di mansion keluarganya Reez memilih membersihkan dirinya s
Persis seperti apa yang dikatakannya perihal mengantarkan Zia kebandara hingga disinilah dia sekarang menunggu kepergian kekasihnya yang tinggal menghitung menit.Bandara disitulah Reez dan Zia sekarang menunggu pesawatnya siap untuk take off Atma, mamanya, serta Alexa ikut mengantar tapi hanya mengantar karena ketiga orang itu sibuk mengurus perusahaan sekaligus pelantikan Alexa untuk ikut andil di salah satu cabang Atmazya corp.Tak ada interaksi apapun antara dua insan yang duduk disalah satu kursi yang didepan mereka begitu banyak orang berlalu lalang, sejak kepergian keluarganya Reez tidak sedikitpun melonggarkan pelukannya pada orang yang dicintainya itu yang tidak akan dilihatnya dalam waktu yang cukup lama.Jadwal penerbangan Zia adalah pukul 12 tepat dan sekarang sudah jam setengah dua belas yang artinya dia hanya memiliki waktu 15 menit lagi dengan Reez karena 15 menit menjelang penerbangan Zia sudah haru
sejauh apapun aku pergi aku pasti kembali karena disinilah rumah tempat dimana aku pulang"#AlenziaSejak mengetahui keberangkatan Zia ke Paris besok Reez berubah untungnya tidak menjauh tapi malah semakin dekat dan mengekorinya terus.Sebenarnya ada banyak hal yang mendukung Zia untuk pergi ke Paris, selain untuk menjauh dari kehidupannya yang sekarang yang penuh masalah juga mencapai cita-cita ku karena mendapatkan ijazah sebagai seorang designer di Paris tentu saja akan sangat memudahkan karirnya nantiSatu satunya hal yang membuat Zia ingin tinggal adalah Reez, berat rasanya meninggalkan orang yang dia cintai meskipun nanti mereka masih akan bertemu karena Reez yang bisa dengan mudah kesana dengan fasilitas keluarganya, apalagi dia memiliki jet pribadi yang bisa dibawa kapanpun kemanapunEntahlah rasanya keberadaannya tidak pernah diharapkan selama ini, rasanya kak Alexa nggak
Cahaya matahari menembus jendela kamar luas itu memaksa si empunya kamar membuka mata dan menyesuaikan matanya dengan intensitas cahaya yang masuk dan mengganggu tidur nyenyak ZiaNamun tidak berlangsung lama saat Zia merasakan perutnya yang seolah diaduk-aduk entah kenapa tanpa aba-aba Zia langsung melarikan diri kekamar mandi dengan kepala pusing efek alkohol masih ada pada dirinyaHuwekk... huwekklagi dan lagi Zia mengeluarkan seluruh isi perutnya setelah selesai Zia menatap wajahnya di cermin wastafel kepalanya masih berdenyut-denyut tapi untungnya mualanya sudah berkurang, Zia memperhatikan bayangan dirinya di cermin tersebut pakaiannya sudah berganti seingatnya kemaren dia memakai Jeans namun sekarang berganti dengan pakaian tidur yang nyamaDengan tatapan nanar rambut acak-a
Pernahkah kalian merasa diasingkan ketika ramainya orang tak mampu kalian kira dengan satuan hitung yang kalian punya??Atau pernahkah kalian merasa hidup kalian penuh dengan kehampaan seolah seluruh dunia ikut mengasingkan kalian??Itulah yang sekarang Zia rasakan, adakah yang lebih menyedihkan dari itu? Zia sangsi jika itu ada rasanya lebih baik melupakan semuanya atau tidak pernah melalui semua ini akan terasa lebih baik.Mencintai itu memang menyedihkan ya, seolah kita hanya memiliki satu tangan untuk digenggam seolah kita hanya punya satu jalan untuk ditapaki yang akhirnya membuat kita tidak bisa memilih, bukankah pilihan itu memang tidak ada sejak awal?