Suasana panas dan suara-suara teriakan riuh dari 99,9% penonton laki-laki yang mendominasi arena gladiator Alcatraz mulai menghidupkan euphoria duel yang sebentar lagi akan berlangsung.
Lily heran apa asyiknya coba menikmati pemandangan orang yang saling baku hantam sampai berdarah-darah dengan tulang patah-patah, dan itupun masih saja disemangati oleh para coach, pendukung, promotor bahkan fans-fans mereka.
Bukannya diteriakin disuruh berhenti karena wajah mereka sudah babak belur tidak jelas antara bentuk oval, bulat, persegi, trapesium sampai jajaran genjang. Eh ini malah disuruh bangun lagi dan lagi. Lily merasa kelamaan duduk disini akan tidak baik bagi kesehatan mata dan jantungnya.
Walaupun ehm, memang benarlah kata pepatah lama, dibalik suatu kejadian pasti akan ada hikmah yang bisa dipetik didalamnya. Dalam hal ini hikmah yang didapat Lily adalah matanya jadi segar terus karena disirami oleh pemandangan menyejuk
"BRENGSEKKK!Ada yang coba-coba mau menjebak gue rupanya. Lo liat aja begitu gue dapetin itu manusia penghianat bakal gue cincang hidup-hidup dia!Erick, coba lo liat di surat jalannya, tanda tangan siapa yang udah langsung ngirim ke ekspedisi tanpa di checking ulang dulu sama bagian finishing."Axel begitu emosi saat beberapa client potensialnya marah-marah karena kualitas besi-besi yang dikirimnya tidak sesuai dengan ukuran dan berat yang diminta oleh customer. Mulai dari besi beton, UNP, CNP, plat hitam sampai ke pipa bulat nya semua ukurannya sudah melewati batas toleransi 0,8 mili. Pantas saja semua costumer mencak-mencak dan mengembalikan semua paket-paketnya.Ada orang dalam yang mencoba bermain kotor di sini. Mereka ingin merusak kredibilitasnya yang selama ini dikenal sebagai seorang pengusaha yang jujur, menjadi mulai dipertanyakan kebenarannya. Oke, you wanna play? Let's play!"Yang
"Wah... wah... wah... lo bawa piala bergilir ke sini sebagai pasangan lo, El? Untuk berapa lama status istimewa itu lo jabat? Puas-puasin deh menikmati kompensasi dari jabatan lo itu, sebelum lo harus serah terima jabatan dengan laki-laki lainnya."Heru menepuk-nepuk ringan bahu Eldath. Ia seolah-olah bersikap seperti seorang ayah yang sedang menasehati anaknya."Piala bergilir yang coba lo milikin mati-matian sampe lo nantangin Arkansas di Alcatraz maksud lo?Chicken!"Eldath meludah sinis ke samping. Eng ing eng. Lily merasa suasana sudah mulai panas-panas durjana ini. Sebelum acara reuni ini berubah menjadi ring tinju, ada baiknya dia mulai memisahkan dua macan jantan, yang sepertinya sama-sama mencium aroma amis darah itu."Maaf ya Pak Heru ganteng, saya dan mas pacar mau mojok dulu di sono ya? Maklumlah, kami 'kan pasangan baru. Masih dalam suasana anget-angetnya kayak bolu kukus baru diangkat. P
"Ly, saya akan meeting sebentar sama Mbak Clara dan Pak Rizal. Nanti kalau ada client yang namanya Narendra Ajisaka Prahasta, langsung saja bawa ke ruangan meeting ya? Dia itu teman lama saya."Bima memerintahkan maklumat, sembari menyusul langkah Rizal dan beberapa client lainnya. Melihat bahasa tubuh mereka yang santai dan kata lo gue yang mereka pakai, tahulah Lily bahwa client-client kelas kakap ini semua adalah teman-teman lamanya Bossnya. Dengan sigap ia mengangguk. Titah atasan adalah segalanya bukan?Lily baru saja berkonsentrasi membaca salah satu draft perjanjian yang sudah dikonsepkan oleh Bima, saat penampakan sesosok pria tampan mapan rupawan menghampiri mejanya. Di samping kiri si pria tampan, terlihat seorang remaja belasan tahun menggelayuti lengan si Om dengan santainya.Wuihhhh... Om yang baik hati ini sepertinya. Buktinya ini si Om mau kerja aja, itu ponakan tetap aja dibawa-bawa. Bikin Lily iri saja.
Lily sedang menyajikan 3 cangkir kopi kepada Boss dan dua client potensialnya Heru dan Dexter. Rupanya mereka bermaksud untuk kembali membuka kerjasama di bidang kuliner setelah kerjasama mereka yang sebelumnya di bidang property sukses besar, dan mendapatkan profit milyaran rupiah. Perumahan exclusive yang mereka bangun sold out semua hanya dalam waktu beberapa minggu saja. Luar biasa bukan?Saat ini Heru sedang membangun pusat jajanan kuliner khas nusantara dan menyewakan gerai-gerainya untuk siapa saja yang ingin membuka stan makanan di sana. Dewasa ini bisnis kuliner sedang booming akibat gencarnya promosi di media sosial, sehingga setiap orang yang melihat unggahan makanan lezat, pasti langsung saja mengecek lokasi dan mulai berphoto-photo ria juga di sana. Inilah yang sedang dibahas oleh para executive muda di depannya ini. Diotak genius mereka ide-ide sudah mengalir dengan derasnya.Drttt... drrtt... drttt...Lily
"Jadi Bapak pengen saya bagaimana sekarang? Bunuh diri juga, begitu? Apakah itu akan menghidupkan Mbak Ririn lagi?"Lily yang sebenarnya sedang enggan debat kusir dengan Heru, memutuskan untuk meladeni semua keinginan laki-laki ini. Dengan begitu Heru puas memuntahkan semua sumpah serapah dan kebenciannya pada kakaknya. Yang sayangnya malah dirinya yang harus menelan semua kepahitan itu. Padahal ia tidak tau apa-apa. Seandainya pun kakaknya yang bersalah, ia tidak patut menanggung dosanya bukan?"Rugi banget kalau kamu mati duluan sebelum saya puas ngapa-ngapain kamu. Sini dong, Perempuan. Deketan sedikit dengan saya. Masa sih cewek mesum seperti kamu ini takut sama laki-laki? Bukannya biasanya kamu doyan tuh sama mahluk berbatang? hm..."Heru menarik Lily ke pangkuan, dan mencium-cium gemas pipi mulusnya.Kalau saja kamu bukan adik kandungnya Axel. Saya mungkin bisa jatuh cinta setengah mati d
"Bagaimana ini Pak? Itu ibunya Bapak yang manggil ya?" Lily seketika bangkit dan melilitkan bed cover untuk menutupi tubuh polosnya. Dia tidak sadar, saat menarik bed cover itu dari tempat tidur maka tubuh polos Heru terpampang lebar di depan matanya.Selebar wajah Lily seketika memerah hingga ke telinga-telinganya. Heru yang melihat Lily salah tingkah, menjadi makin ingin mengerjainya. Dia sengaja membuat pose yang semakin memperlihatkan sisi kemaskulinannya pada Lily."Pak, itunya ditutupin dulu dong. Malu ih!""Malu sama siapa? 'Kan tidak ada orang di sini?" Heru semakin geli melihat Lily yang semakin terlihat serba salah. Lily melihat ke segala arah kecuali kearahnya."Saya bukan orang rupanya?" Lily menyahut kesal."Ah, sama kamu ngapain malu, perempuan. Kamu 'kan sudah pernah melihatnya. Merasakannya berkali-kali pun sudah 'kan?" Heru menjungkitkan satu alisnya ke atas.
Masyaallahhh!Setelah menutup telepon dari Heru, Lily melihat ada 24 missed call dari Axel. 21 dari Bang Gultom dan 30 kali dari Om Texas dan Arkan bergantian.Drtttt... drttt... drttt..."Ha--halo Bang Gultom-""Aih mak jang. Yang lama kalinya kau angkat telepon kau itu Butet. Abang sama kakak kau ini udah pun mau mati jegang di sini kau bikin. Kalok bisa nya Abang nyetir ini kapal terbang kecik punya kakak kau, udah pun ke sana Abang sekarang ini, Butet!"Lily hanya bisa nyengir mendengar omelan Bang Gultomnya."Jadi kekmananya sekarang keadaan kau? Nggak ap-apa 'kan? Aih udah ma-nah... nah ini, kau cakap sendiri lah sama kakak kau. Udah pun macam orang pesong dia kutengok. Bolak balek nelepon mondar mandir, maju mundur, sampek hampir saja ikutan digali sama Excavator proyek. Karena kakak kau itu nggak mau minggir-minggir waktu menggali reruntuhan bebatuan." 
Ini adalah kali kedua Lily menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang menguarkan aroma hormon testoteron di segala sudut, yang langsung membuatnya mual seketika. Mens talking terdengar di mana-mana. Pembicaraan mereka tidak jauh-jauh dari hal-hal yang berbau cabul. Membahas tentang jagoan mereka, seks, wanita dan politik tentu saja.Namun khusus hari ini, sepertinya mereka semua sepakat untuk membuang segala perbedaan prinsip mereka demi hobby dan jagoan mereka."Adek pengennya siapa yang menang?" tanya Axel sembari memindai pria-pria perkasa yang akan melindungi adiknya. Saat ini ia duduk di samping Lily. Walau ia bertanya pada Lily, namun pandangannya tetap ia fokuskan pada pada petarung. Saat ini sebagian dari mereka sedang melakukan warming up dan gerakan-gerakan kecil. Sebagian lagi melemaskan otot atau sekedar memutar-mutar persendian agar lebih lentur dan siap tempur.Aha! Capoeira rupanya. A
"HUAPAHHHHH?!!" Marilyn dan Raline langsung pucat dan kebingungan. Masak Lily melahirkan di cafe? Bisa viral se Indonesia Raya ini mah!"Ja-jadi bagaimana ini, Ly? Kita harus bagimana iniiii? Lo musti gue apain coba?" Marilyn yang kebingungan pun berjalan hilir mudik, mondar-mandir panik seperti setrikaan."Adudududuhhhh..!!! Ya bawa gue ke rumah sakit dong Incess. Masak ke bengkel Bang Abyaz! Emang gue mau bongkar mesin atau balancing? Cepetan Incess! Lo mau gue lahiran di mari?!" Lily yang merasakan perutnya mulai kontraksi pun tidak kuasa lagi menahan jerit kesakitannya.Tiba-tiba saja Raline melihat Aksa yang sedang berjalan santai memasuki cafe bersama beberapa rekan bisnisnya. Sepertinya mereka akan makan siang sambil ngobrol-ngobrol ganteng di sini. Dan Raline pun segera menghambur menuju rombongan Aksa untuk meminta pertolongan. Karena Lily sepertinya bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi, apalagi be
Berkat sandiwara laknat yang penuh dengan adegan sinetron itulah akhirnya Heru tersadar. Raline memang benar. Singgung saja nama Aksa di depan Heru, pasti langsung berasap kepalanya."Mbak, gue berterima kasih banyak atas ide gila lo yang teope begete. Dua jempol deh buat lo, Mbak. Mbak emang ratu pelakor eh ratu antagonis sejati." Lily ber lo gue kembali dengan Raline. Lebih seru rasanya berloe gue daripada saya-sayaan. Pegel rahang, coeg.Raline hanya memutar bola mata melihat bini somplak Heru. Ini orang sudah dibantu, niatnya sih mungkin muji, eh jatuh-jatuhnya malahngenyek yang ada."Duh saking gembiranya gue jadi pengen goyang bebek mabuk di mari. Joget bentaran ah biar lega."Dan Lily pun mulai menundukkan tubuh seksoynya sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri satu kali dan ke kanan dua kali. Begitu berulang-ulang sampai ia puas."Goyang bebek mabuk lo
Heru tengah menghitung berapa kubik yang akan di cor dengan menggunakan sistem readymix, saat salah seorang pekerjanya mengetuk pintu ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak cemas dan bingung."Ada apa Denny? Kenapa kamu tidak ke lapangan saja membantu yang lain memelester?""Anu eh itu. Sebaiknya Bapak pulang dulu ke rumah eh warung." Denny menjawab takut-takut. Heru mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres ini."Ada masalah apa di warung Den? Apa ada orang usil yang mencoba mengganggu istri saya lagi?" Heru langsung berdiri."Bu-bukan mengganggu Neng Bu-eh Bu Heru. Tapi mereka menghancurkan rumah Bu Heru dengan dua excavator sampai rata dengan tanah."Apa?" Heru pun langsung berlari sekencang mungkin menuju rumahnya.Oh Tuhan semoga istri dan anak dalam kandungannya dalam keadaan baik-baik saja!Sementara itu Lily ber
"Apa maksud kamu membuka pintu rumah dengan keadaan setengah telanjang begitu hah? Apa kamu memang terbiasa untuk membuka pintu dengan begitu saja tanpa mengintip dulu, atau minimal bertanya siapa yang datang? Kamu ini ceroboh sekali, Perempuan?! Untung ada Mas di antara mereka tadi. Kalau Mas nggak ada, apa jadinya coba? Jangan-jangan kamu bakal di rame-ramein oleh mereka berdua!"Heru sangat emosi mengingat moment tadi. Pak Kades dam Pak RW seketika melotot dengan ekspresi mupeng. Mereka menatapi tubuh istrinya yang tambah bohay akibat proses kehamilannya. Dua orang tua bangka itu bahkan tidak mau bergerak saat Heru menyeret mereka untuk menjauhi pintu rumah. Kalau saja mereka berdua tidak seusia dengan ayahnya, pasti sudah bonyok mereka menerima bogem mentahnya.Heru sedang lelah lahir batin saat ini. Setelah menghajar Gilang habis-habisan dan mengancam Fahri sengan SP1, dia juga memecat dengan tidak hormat Seno Prasetyo dan semua anak bu
"ASTAGA LILY?!!"Lily kaget saat melihat Heru ada di depan matanya. Antara percaya nggak percaya dia-nya sih. Mau ngucek-ngucek mata juga kagak bisa. Secara tangannya 'kan megang nampan full minuman para pelanggan. Lily cepat-cepat meletakkan minuman-minuman itu di meja. Lebih baik begitu sih, biar aman. Lily tidak mau bereaksi seperti sinetron-sinetron di televisi yang kalau kaget suka menjatuhkan minuman. Terus tangan dipakai untuk menutup mulut, mata berkaca- kaca dan bibirnya bergetar. Menyebut nama orang yang mengagetkannya. Lantas wajah di zoom bolak balik dengan backsound musik jreng jreng! Lily mah sumpah kagak mau begitu. Norak coeg!Sudah rugi waktu, capek berkali-kali mengaduk- aduk minuman, eh rugi gelas yang pecah lagi. Itu kan namanya auto oon. Ye kan? Ye kan? Lily mah kalo disuruh drama-drama seperti itu sumpah kagak bisa dia! Mana ini Mas suami diem aja kayak patung sambil natap Lily kayak orang linglung lagi, kan syerem!
Dua bulan sudah berlalu. dan Heru sama sekali tidak mendapati jejak Lily dimanapun. Axel mengerahkan seluruh jaringannya untuk menjelajahi setiap sudut negeri ini, bahkan sampai keluar negeri. Tetapi hasilnya masih nol besar!Begitu juga Heru. Setiap hari dia sudah seperti orang gila. Mengukur jalan centi demi centi. Memeriksa rumah sakit setiap hari, mendatangi rumah-rumah kontrakan sampai kost-kostan di seluruh penjuru kota ini. Rutinitas itu sudah dia jalani selama hampir dua bulan terakhir ini. Tetapi hasilnya tetap saja nihil!Dimulai dengan pencarian manual sendiri sampai mulai menyewa detektif professional. Semua sudah dilakoninya. Tetapi tetap belum menampakkan hasil juga. Namun dia tetap tidak putus asa. Selama napasnya masih ada, dia akan terus berusaha mencari istri dan calon anaknya bahkan hingga keujung dunia.Heru juga sudah menegaskan pada Raline, bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai dari istrinya. D
Heru mengendarai mobilnya dengan kecepatan 160km/jam. Itu adalah rekor ngebut tergilanya di saat-saat jam-jam sibuk orang-orang yang akan pulang bekerja. Heru berdecak kesal saat jalan menuju kompleks perumahannya ditutup karena ada hajatan pernikahan.Sambil memukul geram setir mobil yang tidak bersalah, Heru pun segera melambaikan tangannya, ketika mengenali salah seorang SATPAM yang bertugas di kompleks perumahannya sedang lewat.Heru memanggil sang SATPAM untuk mengendarai mobilnya sementara dia sendiri berlari pulang ke rumah demi menghemat waktu. Setelah berlari sekencangnya tanpa henti selama kurang lebih dua puluh menit, Heru pun akhirnya tiba di depan rumahnya dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Saat membuka jas hitamnya, kemeja putihnya pun seakan lengket bagaikan kulit kedua akibat keringat yang membanjir."Lily mana Pa, Ma?""Dia sudah pergi, Ru." Pak Trustan dan Bu Widya ta
Sudah seminggu Bang Gultom berpulang ke rahmatullah. Sudah seminggu ini juga Lily terus berfikir untuk mulai menata hidupnya kembali. Dia sudah tidak takut lagi dengan gertakan Heru tentang flash disk yang berisi tentang daftar kejahatan Bang Gultom. Karena Bang Gultom sekarang kan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Heru mau melaporkan flash disk itu ke mana coba? Apa emang ada jalur khusus untuk membuat laporan dan menemui Yang Maha Kuasa di atas sana? Itu artinya si Herder itu juga harus mati dulu kan ya? Ya mana mau lah dia. Secara dosanya juga masih seabrek-abrek. Kan dia juga takut kalau mati nanti bakalan masuk neraka? Ye kan? Ye kan?Sambil melamun Lily pun mulai memasuki sebuah gerai es krim populer. Lily memang mempunyai kebiasaan makan es krim di saat galau. Sepertinya anak dalam perutnya juga kepengen makan es krim sejak dari tadi pagi. Tetapi baru kesampian sore ini karena pekerjaannya yang terus menumpuk seakan tiada habisnya. Banyaknya kasus percer
"Kita mau makan malam kemana sih ini, Mbak?" Lily bingung mengikuti mbak Clara yang katanya sih ingin makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi ini kok malah masuk ke dalam club malam coba?"Mbak minta maaf karena membohongi kamu ya, Ly? Tapi kepala Mbak lagi mumet banget ini setelah lihat photo beginian di salah satu IG mantan Bang Anton. Mbak takut mereka ngapa-ngapain di club itu dan Mbak nggak kuat melihatnya. Makanya Mbak ajak kamu. Mengenai hari ulang tahun Mbak, Mbak kan memang ulang tahun hari ini."Mbak Clara yang biasanya tegas, ceria dan tempat curhat semua umat di kantor, tampak begitu sedih dan galau hari ini. Lily mengerti. Istri mana yang tidak galau kalau suami ketemu mantan pacar di club coba? Mungkin kalau boleh masuk bawa golok ke club, udah bawa golok berikut teman-temannya kali itu si mbak Clara.Suasana semarak langsung memasuki telinga Lily, saat memasuki salah satu club papan atas itu. Dia