Share

Pengakuan

Penulis: Yani m
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Matahari bersinar cerah hari ini tidak terik juga tidak mendung. kediaman Rangga sudah terlihat ramai. Para tetamu memenuhi bagian dalam dan luar rumah Rangga. 

Dina terlihat cantik berbalut kebaya warna merah muda. Gadis muda itu duduk diapit oleh kedua orang tuanya.  Binar di matanya melukiskan kebahagiaan yang ada di dalam hatinya. 

Rangga pun  terlihat tampan dengan setelan jas warna hitam, senada dengan celana kain hitam. Mereka tampak cocok berdampingan, bagai Romeo dan Juliet. 

Namun, lelaki berparas tampan itu terlihat agak murung. Seolah ada yang mengusik hatinya. Ia melihat ke sekeliling seperti mencari-cari  seseorang. 

Para tetamu sudah mulai tidak sabar menunggu acara segera dimulai. Akan tetapi, belum sempat acara dimulai, Rangga meminta izin terlebih dahulu  untuk berbicara dengan Dina. 

Mereka pun pergi ke arah belakang memilih tempat yang agak sepi. Halaman belakang rumah dipilih Rangga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • White Love   Kasmaran

    Rangga masuk ke dalam kamar setelah menerima amukan dari kedua orang tuanya. Pria berhidung mancung Itu seolah tidak menghiraukan kata-kata pedas yang keluar dari mulut mereka.Rangga terlalu bahagia karena ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Di dalam benaknya saat ini hanya ada Mentari seorang.Malam itu Rangga tidak bisa tidur. Hatinya gelisah dan tidak sabar menunggu pagi. Ia berharap malam segera berlalu dan berganti siang agar ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya.Di tempat lain keadaan Mentari tidak jauh berbeda dari keadaan Rangga. Gadis berparas ayu itu pun gelisah sepanjang malam.Namun, ada sedikit yang mengganjal hatinya yaitu keadaan Dina. Apa yang terjadi kepada gadis muda itu? Apa dia baik-baik saja?Mentari merasa sangat bersalah kepada Dina. Ia berharap, Dina dapat mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan sudi memaafkan dirinya dan Rangga.***Pagi itu,

  • White Love   Jodoh Yang Tidak Diharapkan

    Mentari termenung seorang diri di depan teras. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa cintanya akan melukai orang lain.Entah ini salah siapa? Cintanya yang datang tidak pada waktunya atau takdir yang mempertemukan mereka bertiga.Mentari bertekad untuk keluar dari Resto. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulanan Dini setiap hari. Ia pun bergegas untuk pergi ke Resto walaupun hari itu adalah jatah liburnya.Suasana Resto sudah tampak ramai. Hampir semua meja telah dipenuhi pengunjung. Semua karyawan terlihat sibuk. Mentari tidak sengaja melihat ke arah Dina. Gadis muda itu pun tampak sama sibuknya."Biarlah aku yang mengalah, biarkan Dina bekerja dengan tenang di sini," gumam Mentari pelan.Mentari melangkah pasti menuju kantor pak Andri. Jantungnya berdetak kencang ketika hendak masuk ke sebuah ruangan berpintu cokelat.Setelah mengetuk pintu beberapa kali akhirnya menteri masuk. tampak Pak And

  • White Love   Sahabat Lama

    Keesokan harinya, Mentari sudah bangun dari subuh. Gadis muda itu sedang membersihkan rumah di bantu oleh Jaka. Mentari bertugas menyapu lantai, sedangkan Jaka sedang asik menyapu halaman rumah sambil bersenandung.Keduanya tampak kompak saling membantu. Sungguh pemandangan yang jarang terjadi pada sepasang muda mudi.Selang beberapa menit, suara deru motor membuat keduanya menghentikan aktifitas mereka. Rangga tampak turun dari motor dan menatap lekat ke arah Jaka. Sosok pria asing yang baru pertama kali dilihatnya dan berada di rumah kekasih hatinya.Rangga pun bergegas menemui Mentari, keduanya saling bertatap penuh tanya. Kemudian duduk di kursi yang berada di teras rumah."Siapa tuh cowok? tanya Rangga penasaran." Nggak tahu, tanya aja sendiri," jawab Mentari ragu.Rangga tercenung untuk sesaat. Ia menatap lekat ke arah Mentari, kemudian beralih ke arah Jaka."Siapa, lu. Ngapain di

  • White Love   Pilihan Mentari

    Mentari yang sedari tadi menunduk, akhirnya mengangkat kepalanya. Kemudian menatap satu persatu orang yang ada di depannya.Hatinya sedang berperang antara memilih Rangga dan Jaka. Gadis itu harus memilih antara cinta dan dan patuh kepada orang tua, apalagi perjodohan itu adalah wasiat dari almarhum Babe."Iya, saya mau mau," jawab Mentari ragu.Jauh didalam lubuk hatinya. Gadis itu masih berharap bisa bersatu dengan Rangga. Akan tetapi, jika dirinya egois dan memaksakan kehendak. Akan ada banyak pihak yang terluka. Mentari pun memilih untuk terluka seorang diri memendam cintanya sedalam mungkin.Namun, ia lupa bahwa bukan cuma dirinya yang terluka, tapi Rangga pun akan ikut terluka, karena pria itu sangat mencintai Mentari. Pria bendarah Arab itu tidak ingin kehilangan gadis pujaan hatinya."Alhamdulillah."Seisi rumah pun serempak mengucap hamdalah. Mereka tampak lega dan bahagia. Terlihat senyum lebar d

  • White Love   Menata Hati

    Keputusannya untuk keluar dari Resto, akhirnya, disesali Mentari. Sekarang, ia kebingungan mencari pekerjaan baru hanya berbekal ijazah SMA.Pencari kerja yang semakin banyak tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Tanpa keahlian dan ijazah tinggi. Sulit untuk Mentari mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti mencari jarum di tumpukan jerami.Mentari menyusuri jalanan trotoar di pusat kota dengan membawa beberapa map berisi surat lamaran. Bukan karena ia kekurangan uang. Beberapa kontrakan yang ditinggalkan almarhum Babe sudah cukup menghidupinya dan Emak.Namun, rasa bosan dan ingin mandiri. Membuat gadis itu rela bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan.Panas terik matahari membuat peluh mengucur membasahi dahi dan kerah bajunya. Mentari berhenti di sebuah cafe kecil yang ia lewati untuk beristirahat sejenak.Suasana cafe yang hijau dengan aneka tanaman hias membuat Mentari tersenyum. Ia memilih duduk d

  • White Love   Lamaran

    Semua seolah terjadi begitu cepat. Aroma masakan menguar ke seluruh ruangan. Sanak saudara dan tetangga dekat tampak sibuk memasak dan berbenah. Acara lsmaran, rencananya akan berlangsung hari itu. Semua orang nampak sibuk mempersiapkan acara tersebut.Kirana duduk di ujung ranjang, berbalut kebaya sederhana. Wajahnya semakin cantik dengan polesan make up natural. Ia tersenyum tipis saat melihat pantulan diri di dalam cermin. Hatinya berbunga-bunga, menantikan sang pujaan hati yang akan datang melamar. Dari luar terdengar suara riuh tanda rombongan telah datang."Mentari boleh masuk," ucap Emak dari balik pintu.Sesaat kemudian, Emak pun masuk dan duduk di dekat Mentari. Wanita paruh baya itu menatap lekat putri kesayangannya, kemudian membelai lembut rambut Mentari yang panjang terurai."Ayo keluar, rombongannya sudah datang!" ajak Emak dengan tersenyum lebar.Mentari menatap lurus kedepan, hatinya berbunga-bung

  • White Love   Acara Lamaran

    Setelah mendapat kabar baik dari Kirana. Rangga segera meminta orang tuanya untuk melamar sangat pujaan hati.Lelaki berdarah Arab itu tambak semringah sepanjang hari. Nyak dan Babe pun bergegas untuk menyiapkan hantaran yang akan di bawa.Beberapa keluarga inti turut membantu acara penting di dalam hidup Rangga. Sama halnya dengan Emak Kirana. Orang tua Rangga pun lebih mementingkan kebahagiaan anak lelaki satu-satunya itu.Mereka rela menanggung malu dan dicaci oleh keluarga Dina demi Rangga. Nasi sudah menjadi bubur. Hati memang tidak bisa diatur kemana akan berlabuh.Malam itu Rangga dan keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga. Berbincang sembari menikmati secangkir kopi dan pisang goreng kesukaan Babe."Udah matep, lu. Ngelamar Mentari, awas aja klo tiba-tiba dibatalin lagi di tengah acara," ucap Babe geram."Insya Allah, Be. Mentari itu ibarat matahari. Aye ngakak bisa hidup tanpa dia," sahut

  • White Love   Awal Petaka

    keesokan harinyaKeluarga kedua belah pihak telah setuju untuk melangsungkan pesta pernikahan dua bulan ke depan. Persiapan pun dikebut dari mulai sekarang. Mentari dan Rangga sibuk mencari wedding organizer untuk mengurus pesta pernikahan mereka.Gadis cantik itu tidak ingin acara sekali seumur hidup baginya berlalu begitu saja, Ia ingin meninggalkan kesan yang tidak terlupakan di acaranya tersebut. Walaupun tidak mewah, tapi, tetap berkesan.Hari itu, rencananya Mentari dan Rangga akan berkunjung ke Wedding organizer terdekat. Mentari telah siap dari pagi buta. Hatinya berbunga-bunga menanti sangat pangeran yang akan menjemput. Gadis berlesung pipit itu melihat ke arah jam dinding beberapa kali."Bilang ke Rangga biar Emak sama orang tua Rangga saja yang ngurus persiapan nikahan, lu," ucap emak yang terlihat khawatir."Nggak apa, Mak. Biar kami aja yang urus. Biar lebih puas," sahut Mentari sambil tersipu malu.

Bab terbaru

  • White Love   Perubahan sikap Bulan

    Mentari yang terjatuh di balik pintu kamar Bulan tampak syok dan kaget melihat tingkah sang anak yang semakin aneh dan brutal."Kenapa, Tar?" tanya Emak cemas, kemudian membantu Mentari untuk berdiri kembali."Bulan, tadi dorong Mentari sampai keluar dari kamar.""Kok bisa Bulan punya tenaga sebesar itu?" tanya Emak makin khawatir.Wanita paruh baya itu membuka pintu perlahan dan mengintip aktivitas sang cucu kesayangan dari balik pintu. Bulan nampak sedang berbicara dengan bonekanya, seolah boneka itu benar-benar hidup. Tidak jauh berbeda dengan Mentari, Emak pun tampak Syok dan kaget."Cepat bawa ke dokter!" pinta Emak yang masih terlihat Syok."Ya, Mak, besok Mentari dan Rangga kan bawa Mentari ke Dokter."Hingga adzan subuh berkumandang. Mentari dan Emak belum juga bisa memejamkan mata. Mereka tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan gadis kecil kesayangannya itu. Mereka merenung di ruang tamu

  • White Love   Trauma Bulan

    Sesampainya di rumah, suasana sudah semakin sepi. Hanya ada segelintir orang yang masih membantu membuat beberapa keperluan untuk pernikahan Mentari. Sang calon pengantin duduk dengan wajah muram di ruang tamu. Emak menyambut dengan cemas melihat ekspresi wajah sang anak."Ada apa? Apa yang terjadi sama Bulan? tanya Emak cemas."Kemungkinan Bulan trauma dan perlu di terapi," jawab Mentari lemas."Astaghfirullahaladzim, Kenapa jadi begini? Semoga cucu Nenek enggak apa-apa ya? Semoga cepet sembuh," ujar Emak seraya memeluk tubuh kecil sang cucu."Tapi pernikahan tetap jalan kan? Semua sudah disusun rapi dan undangan sudah disebar?" tanya Emak yang tampak kembali cemas."Insyaallah, pernikahan akan dilakukan sesuai rencana. Sambil mengobati trauma Bulan," jawab Rangga dengan tatapan lembut kepada sang anak.Akhirnya pasangan yang hendak menikah itu pun lebih terfokus kepada pengobatan Bulan dari

  • White Love   Persiapan Pernikahan

    Malam sudah semakin larut. Bulan pun tampak sudah tertidur lelap. Mentari dan Rangga belum juga dapat memejamkan mata. Mereka saling berpandangan satu sama lain, merasakan debaran jantung yang semakin berdetak liar.Rangga mulai berusaha untuk menggapai jari-jemari Mentari. Namun wanita muda itu berusaha untuk menepisnya yang beberapa kali."Tidurlah, udah malam!" pinta Mentari kemudian berbalik membelakangi tubuh Rangga.Rangga terlihat kesal. Wajahnya mulai memerah. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat lebih. Hanya memandangi punggung Mentari yang entah kenapa terlihat begitu seksi di mata Rangga. Akhirnya Rangga pun terdiam. Ia tidak berani untuk memaksa sang kekasih hati untuk memenuhi hasratnya.Rangga tahu betul karakter Mentari yang teguh dan tegas, apalagi untuk hal-hal yang melanggar norma. Lelaki itu memilih untuk menahan hasrat yang mulai naik dan menjalar ke seluruh

  • White Love   Permohonan Orang Tua Dina

    Deru suara motor terdengar jelas dari dalam rumah. Mentari dan Emak bergegas mengintip dari balik tirai jendela. Terlihat Rangga turun dari kuda besi kesayangannya, kemudian berjalan menuju ke arah rumah Mentari.Mentari segera membukakan pintu untuk sang pangeran hatinya." Di mana? Mana orangnya? tanya Rangga dengan mimik cemas."Nggak tahu, padahal tadi masih ada di depan," jawab Mentari yang masih terlihat tegang."Duduk dulu, Ga!" pinta emak kepada sang mantan sang menantu.Baru saja Rangga hendak duduk di atas kursi tamu. Tiba-tiba terdengar derit suara pintu terbuka.Tampak kedua orang tua Dina berdiri di balik pintu dengan muka tegang dan sedih. Mereka segera menghambur ke arah Mentari yang sedang duduk tidak jauh dari tempat duduk Rangga."Tari, tolong Dina, maafkan anak Ibu. Tolong cabut

  • White Love   Penyesalan Dina

    Bulan disambut bahagia oleh seluruh anggota keluarga. Mereka pulang ke rumah Emak, di sana kedua orang tua Rangga pun sudah menunggu untuk menyambut sang cucu."Alhamdulillah, cucu Emak selamat," ujar Emak seraya memeluk tubuh mungil cucu kesayangannya.Nyak pun segera menghampiri dan memeluk Bulan dalam tangis haru dan bahagia."Cepat kasih makan, kayaknya lemes banget tubuhnya!" pinta Nyak kepada Mentari.Mentari pun segera menyiapkan makanan kesukaan Bulan dan menyuapi sang anak, perlahan. Mata bulat yang selalu berbinar itu, tampak cekung dan menghitam. Tubuh Bulan kurus dan tidak bertenaga."Makan yang banyak!" pinta Mentari lirih seraya memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut Bulan. Tanpa terasa, air mata pun menetes perlahan melihat Bulan yang makan dengan lahap. Entah sudah berapa hari anak itu seperti tidak menyentuh makanan, ia tampak kelap

  • White Love   Aksi Penyelamatan

    Menteri dan Rangga menunggu beberapa saat di luar rumah itu. Berharap para polisi segera datang untuk membantu mereka. Akan tetapi, setelah lama ditunggu. Polisi pun tidak kunjung datang. Persis seperti adegan di dalam film, di mana para polisi yang selalu datang terlambat. Akhirnya kedua pasangan itu pun sudah tidak sabar dan nekat untuk masuk ke dalam rumah tanpa bantuan siapa pun.Mereka berjalan dengan mengendap, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun atau pun memancing perhatian orang-orang yang ada di dalam rumah. Mentari berjalan perlahan ke arah belakang untuk memeriksa sekitar, sedangkan Rangga bertugas di depan memantau keadaan di depan rumah itu.Tepat di belakang rumah, Mentari menemukan sebuah jendela yang tertutup rapat. Ia pun berusaha untuk melihat ke dalamnya. Namun, tidak ada alat apa pun yang bisa digunakan sebagai pijakan agar ia bisa melihat ke dalam jendela yang letaknya berada di atas. Mentari pun seg

  • White Love   Pencarian Bulan

    Mentari pagi telah nampak dari ufuk timur. Menerobos celah jendela dan membelai hangat tubuh mungil Bulan yang menggigil semalaman. Gadis kecil itu masih meringkuk di atas tilam kardus. Ia mengerjap beberapa kali, kemudian duduk di sudut ruangan dengan mata sembab akibat menangis semalaman.Gadis kecil itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan berukuran tiga kali empat itu tampak kosong dan hanya ada beberapa tumpuk barang bekas di tiap sudut. Sepertinya itu adalah sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi. Penerangan hanya dari kaca jendela yang ditutup rapat yang ditutup oleh beberapa kayu besar yang disilangkan.Bulan tergugu di dalam sana seorang diri. Tangis gadis kecil itu terdengar pilu menyayat hati. Sepiring makanan yang diberikan oleh penculik itu tadi malam, tidak ia sentuh sedikit pun. Gadis kecil itu ketakutan, ia menjerit beberapa kali. Meminta pertolongan. Namun, nihil, sepertinya tempat itu sangat terpencil da

  • White Love   Mengungkap Sang Penculik

    Mentari masih tergugu di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Entah berapa lama wanita muda itu berlutut di sana. Tubuhnya semakin menggigil, tapi ia tidak bisa bangkit seolah terpaku oleh kejadian yang baru saja ia alami. Jiwanya tidak terima dengan apa yang menimpa putri kesayangannya."Kenapa kemalangan itu kembali terjadi dan menimpa anakku? Apa dosaku Ya Rabb?" liriknya pilu, menyayat hati.Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Mentari. Nyak tampak turun dari mobil dan berlari menuju wanita malang itu.“Ada apa, Tari?" tanyanya khawatir, seraya menaungi Mentari dengan payung yang ia bawa."Bulan, Bulan diculik, Nyak," jawab Mentari dengan terisak."Astagfirullahaladzim, siapa yang menculiknya?"Wanita paruh baya itu sontak kaget. Dadanya bergemuruh dan panas. Cucu satu-satunya yang baru saja bertemu, hilang dan diculik

  • White Love   Penculikan

    Setelah mengetahui identitas sang peneror. Rangga meminta kedua orang tuanya untuk berbicara kepada orang tua Dina, agar semua permasalahan ini selesai dan tidak semakin berkepanjangan.Senja itu, selepas pulang dari Cafe. Rangga menjemput Mentari untuk menemui kedua orangtuanya. Agar permasalahannya dengan Dina benar-benar selesai. Bulan pun turut serta saat itu, karena ia sudah sangat rindu dengan kakek neneknya.Sesampainya di rumah Rangga. Mereka disambut hangat oleh kedua orang tua Rangga. Bulan segera berlari dan menghambur ke pelukan sang Nenek. Ikatan darah memang lebih kental dari pada air. Walaupun keduanya baru bertemu beberapa saat. Mereka sudah terlihat akrab dan memiliki ikatan batin yang kuat."Nenek!" pekik Bulan seraya memeluk erat sang Nenek."Cucu kesayangan Nenek, ayo masuk."Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Di s

DMCA.com Protection Status