Satu setengah jam kemudian, Rosalind duduk di tengah-tengah sebuah meja privat di salah satu restoran yang bersejarah. Dia melihat ada begitu banyak karya seni yang mengagumkan, makanan mewah, dan antisipasi denga apa yang akan terjadi malam nanti. tatapan Adelio yang kuat tertuju pada Rosalind hingga dia hampir tidak bisa menelan makanan, apalagi menikmati makanan.
"Kau tidak makan banyak." Kata Adelio saat pelayan datang untuk membersihkan piring.
"Aku minta maaf." Kata Rosalind mengernyit dan berpikir tentang begitu banyak uang dan usaha yang terbuang untuk makanannya yang mahal.
Pelayan bertanya pada Adelio menggunakan bahasa prancis, dan dia menjawab dengan baik, dan tidak pernah mengalihkan tatapannya dari Rosalind. Satu hal yang pasti, Rosalind hampir tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Adelio sejak dia keluar dari kamar tidur pesawat, dia memakai tuksedo dengan dasi hitam sebagai ganti dari dasi kupu-kupu, kemeja putih, dan sapu tangan yang terl
"Di mana kita akan menginap?" Tanya Rosalind saat Hendrik mengemudi di kegelapan malam. Tidak seperti perjalanan dari bandara ke restoran, saat Adelio duduk di sampingnya, tangan Rosalind berada di tangannya, tapi kali ini dia duduk di seberang Rosalind, sikapnya yang sedang menjaga jarak saat dia memandang ke luar jendela."Di Hotel De Moon R. Tapi kita tidak pergi kesana saat ini.""lalu kemana kita pergi?"Mobil melambat. Adelio mengangguk ke luar jendela. Mata Rosalind melebar saat dia mengenali bentuk dan hiasan arsitektur pada gedung di depannya. Dia merasa familiar dengan museum kuno italia. Museum ini adalah salah satu istana pribadi yang masih tersisa di kota ini."Kau serius?""Tentu saja." Jawab Adelio dengan tnang.Senyumnya di bibir Rosalind segera menghilang. "Adelio, ini lewat tengah malam. Museum sudah tutup."Hendrik memarkirkan limo dan beberapa saat kemudian, dia mengetuk pintu belakang sebelum membukanya. Ade
"Museum ini milik keluarga kakekku. Koleksinya memiliki banyak kontribusi bagi masyarakat seperti sebuah persembahan untuk siapa saja yang ingin berbagi dalam kecintaannya pada benda antik. Aku menjabat sebagai dewan pengurus, begitu juga nenekku."Rosalind menatap Adelio, dan Adelio secara terang-terangan memandang dengan kagum dan dengan hormat saat dia mengamati patungnya membuat Rosalind terkejut. Rasa terkejut yang menyenangkan. Adelio biasanya akan menahan diri. Namun kali ini ada sebuah kerendahan alam diri Adelio Carlos yang tidak bisa Rosalind paham."Kau menyukainya." Kata Rosalind, lebih seperti pernyataan di banding pertanyaan, mengingat kembali akan miniatur patung yang ada di rumahnya."Aku akan memilikinya kalau aku bisa." Adelio mengakuinya. Senyumnya yang sedikit sedih tertuju pada Rosalind. "tapi kau tidak bisa memilikinya, kan? Itu yang mereka katakan padaku."Rosalind menelan ludah. Perasaan aneh seolah melayang melandanya saat dia ber
Adelio tampak tenggelam dalam dunianya sendiri ketika dalam perjalanan ke hotel, meskipun Rosalind duduk di sampingnya di kursi belakang limo, melingkarkan lengannya, kepala Rosalind bersandar di dadanya, dia membelai rambut Rosalind. Pada awalnya, Rosalind khawatir dia akan menyesal, tapi kemudian dia mulai santai dengan sikap diam Adelio. Dia melihat melalui kelopak matanya yang berat, mengingat semua detail dari apa yang tidak terduga.Tentu saja Adelio tidak bisa menyesali atas apa yang baru saja terjadi, itu tadi pengalaman yang luar biasa kan?mereka sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Dia tersentak saat Adelio membuka pintu untuknya dan dia melangkajh ke ruang tamu yang penuh barang antik dan menampilkan kain yang halus."Lewat sini." Adelio mengarahkan, membimbingnya ke kamar tidur."Sangat indah." gumam Rosalind, menyentuh kain yang terbuat dari sutra dan memandang ke sekeliling ruangan yang di hias dengan selera tinggi.Tatapan A
Rosalind meringkuk di tempat tidur saat Adelio bangun untuk bersiap-siap untuk pergi rapat. Dia membuka matanya yang mengantuk sebentar untuk melihat Adelio sedang berdiri di tepi tempat tidur menatapnya, terlihat luar biasa tampan dalam setelan gelap, kemeja putih yang rapi, dan dasi biru pucat."Apakah kau ingin aku memesankan sarapan untukmu?" Tanya Adelio. "kau bisa sarapan di teras.""Aku akan memesannya sendiri." Katanya, suaranya berat karena mengantuk.Adelio mengangguk dan melangkah mundur, seolah-olah akan pergi. Adelio dengan ragu tunduk dan mencium bibir Rosalind.Rosalind mengawasi Adelio pergi beberapa saat kemudian, tampak begitu tinggi dan berwibawa dalam setelan yang dia pakai, dia merasakan perasaan yang aneh antara dan bahagia dan menyesal. Setelah Adelio pergi, dia melihat langit kota paris yang cerah. Rosalind memesan sarapannya di teras luar, seperti yang Adelio sarankan, sungguh benar-benar pengalaman mewah yang luar biasa.S
Setelah mandi, Rosalind duduk dengan gelisah di sofa mewah di kamar tidur, kemarahannya memuncak. Berani-beraninya Adelio membuatnya menunggu seperti ini? Menunggu membuatnya marah, tapi untuk beberapa alasan yang tidak bisa dia pahami, hal itu membuatnya terangsang juga. Rasa cemas di campur rasa gembira meliputinya tentang apa yang Adelio sedang rencanakan untuknya.Rosalind tersentak kaget ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Adelio masuk ke dalam ruangan. Adelio melirik Rosalind sebelum dia berjalan ke tempat gantungan jas dan menggantung jasnya di sana. Dia membuka pintu lemari yang sengaja di buat dengan bentuk yang antik dan membungkuk untuk meraih sesuatu.Rosalind menegang, mencoba untuk melihat apa yang sedang dia lakukan, tapi pintu menghalangi pandangannya. Ketika Adelio berbalik, Rosalind langsung segera berpaling, dia tidak ingin Adelio tahu bgaimana dia begitu fokus memperhatikan pada apa yang sedang dia lakukan.Rosalind terkejut ketika Adeli
Rosalin hanya berbaring dengan pipinya yang panas menempel di kain lembut kursi, mulutnya terbuka heran pada sensasi yang Adelio berikan padanya. Semua kekuatan itu, meluncur ke dalam dirinya, meledak dalam dirinya. Rosalind pikir dia hanya akan ingat saat pertama kali Adelio memukulnya untuk selama sisa hidupnya. Tapi sepertinya dia akan juga mengingat hukuman-hukuman lain yang mungkin akan datang padanya di masa depan.Dengusan Adelio terdengar seperti mengoyak tenggorokannya. Rasanya seperti sesuatu yang penting sedang merobeknya keluar ketika Adelio menarik Rosalind."Rosalind." Panggil Adelio pada saat dia mengangkat Rosalind untuk berdiri. Mereka berjalan terhuyung-huyung, tubuh mereka tetap menempel saat mereka berjalan ke sofa. Adelio menjatuhkan tubuhnya ke bantal, sambil membawa Rosalind ke pangkuannya dan berbaring di samping Adelio. Punggungnya menempel kencang pada dasi dan kancing kemeja Adelio. Hangat dan lengket karena keringat.Mereka berd
Rosalind masuk ke kamar setelah mandi dan berganti baju. Dia melihat Adelio duduk di depan meja, laptopnya terbuka, dan ponsel berada di telinganya."Aku terkesan pada latar belakangnya." Rosalind mendengar Adelio berbicara di telepon.Adelio memandang sekilas dan menyadari Rosalind sedang berjalan masuk ke dalam ruangan. Matanya tidak pernah lepas dari Rosalind saat dia berbicara."Seperti yang baru saja aku katakan padamu, kau bisa menyewa siapa pun yang kau inginkan. Kau harus menginformasikan padaku tentang penyatuan itu, sampai kau mendapatkannya kembali. Jangan mulai proses perekrutan, terutama dengan badut seperti ini." Ada sebuah jeda sebelum dia melanjutkan. "Mungkin itu benar untuk semua perusahaan, tapi tidak untuk perusahaanku." Kata Adelio, suaranya dingin lalu mematikan panggilan itu dengan cepat."Maaf." Kata Adelio, berdiri dan melepas kacamatanya "Aku sedang mengalami kesulitan untuk susunan kepegawaian perusahaan.""Perusahaan apa
Rosalind mengingatkan dirinya berulang kali hari ini kalau ini semata-mata hanya perjanjian seksual yang dia miliki dengan Adelio. Karena pada kenyataannya, dia tidak bisa membayangkan hari yang lebih romantis dalam hidupnya.Atas permintaannya, mereka meninggalkan Hendrik dengan mobil dan mereka menelusuri jalanan di paris. Rosalind merasa gembira dan senang oleh sensasi di tangannya yang di genggam Adelio, dia juga sering menatap ke samping untuk meyakinkan dirinya kalau dia benar-benar sedang berkeliling kota yang paling romantis di dunia ini dengan pria yang paling menarik dan gila kontrol yang pernah dia temui."Aku lapar." Kata Rosalind jujur. "Bisakah kita makan di sini?' tanya Rosalind lagi. Dia menunjuk sebuah restoran kecil menarik di pinggir jalan yang mereka lewati dengan tempat duduk di luar."Alin sudah mengatur meja pribadi untuk kita di restoran hotel." Kata Adelio mengarah pada restoran mewah dan mahal di hotel tempat mereka tinggal."Ali
Sudah lewat tengah malam ketika Adelio membukakan pintu kamarnya untuk Rosalind dan dia berjalan ke dalam kamar yang elegan dengan lampu yang remang-remang."Aku pikir mungkin aku tidak akan pernah berada di dalam kamar tidur ini lagi." Kata Rosalind, melirik ke sekitarnya. Mereka pernah bersama-sama sepanjang malam, Adelio tidak pernah meninggalkan sisinya, Rosalind sangat sadar ketika Adelio memperkenalkannya kepada pelukis dan beberapa kolektor seni atau menunjukkan padanya empat lukisannya yang sudah di perbaiki, atau mereka berbicara dengan teman-teman dan keluarga. Sementara itu, Rosalind bertanya-tanya apa yang sedang ada di pikiran Adelio, apa yang akan di katakan Adelio saat mereka hanya berdua, secara pribadi?Rosalind telah di tawari kerja sama oleh tiga galeri terkenal untuk koleksi di masa yang akan datang dan di minta untuk melakukan pameran di sebuah museum di Italia. Dia melihat ke arah Adelio saat itu, karena Adelio adalah pemilik semua lukisannya saat ini, tapi Adeli
Sepuluh hari kemudian, Billi berdiri di depan lemari baju Rosalind mengenakan jas dan mengaduk-aduk gantungan di sepanjang rak sementara Rosalind memandangnya dengan lesi dari tempatnya duduk di tepi tempat tidurnya."Bagaimana dengan ini?" Tanya Billi, memegang sebuah gaun dan mengeluarkannya dari lemari.Rosalind berkedip ketika melihat Billi memegang gaun yang dia kenakan untuk acara perayaan beberapa waktu yang lalu, di malam dia bertemu Adelio untuk pertama kalinya. Rasanya mustahil kalau hidupnya telah berubah drastis sedemikian rupa dalam waktu yang singkat. Rasanya tidak mungkin kalau dia jatuh cinta dengan cepat, dan kemudian tersesat di dalamnya. Tapi kemudian ketika dia mempertimbangkan segalanya, itu membuat perasaannya semakin sedih.Billi memperhatikan Rosalind yang kurang antusias pada gaun itu. "Apa? Gaun ini manis.""Aku tidak ingin pergi." Kata Rosalind, suaranya terdengar serak karena jarang bicara."tentu saja kau akan pergi." Kata Billi, memberinya tatapan tajam.
Adelio tidak bicara pada Rosalind di mobil menuju bandara, dia hanya menatap lurus ke depan saat dia menyetir, jari-jarinya memutih saat dia menggenggam setir dengan erat. Ketika Rosalind mencoba untuk memecah kesunyian dengan meminta maaf, Adelio segera memotongnya."Bagaimana kau tahu di mana aku berada?" Tanya Adelio tanpa memandang Rosalind."Aku pernah dua kali melihatmu dengan dokter Julia, salah satunya di Paris dan satunya lagi di rumahmu. Dan pengurus rumah mengatakan kalau dia adalah seorang dokter." Jawab Rosalind.Adelio berbalik menatapnya dengan tajam. "Itu bukan jawaban, Rosalind.""Aku... aku tahu kalau kau melihat situs tentang rumah sakit itu beberapa kali saat aku meminjam tabletmu untuk belajar peraturan mengemudi." Rasa bersalah membuat Rosalind semakin tidak berdaya ketika dia menyadari kalau Adelio menatapnya dengan marah."Kau memeriksa aktivitasku?" Tanya Adelio dengan nada tidak percaya."Ya." Jawab Rosalind, dia mengakuinya. "Aku minta maaf. Aku hanya khawat
"Bagi orang yang mengenal dan mencintai Helena sebelum dia sakit mereka pasti mengingat kalau dia adalah orang yang sangat baik, itu lebih baik dari pada mereka melihat bagaimana kutukan ini menghancurkannya, menghilangkan jati dirinya, jiwanya. Mungkin apa yang kami lakukan salah. Atau juga tidak. Adelio sebenarnya tidak setuju dengan keputusan kami ini.""Dia masih berumur sebelas tahun ketika ibunya kembali ke sini, benar kan?" Tanya Rosalind."Hampir." Jawab nenek Adelio. "Tapi kami tidak mengatakan pada Adelio kalau ibunya masih hidup dan di rawat di sini sampai dia berusia dua puluh lima tahun. Cukup tua untuk memahami kenapa ami membuat keputusan ini untuk melindungi dia. Adelio saat itu hampir sama seperti kebanyakan orang, berpikir kalau ibunya sudah meninggal."Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Rosalind sibuk memproses informasi ini di kepalanya."Adelio pasti sangat marah ketika dia mengetahuinya." Kata Rosalind, diia tidak bisa menahannya."Tentu saja." Jawab nenek Adelio k
Billi menawarkan diri untuk menemani Rosalind ke London, tapi tentu saja Rosalind langsung menolaknya. Ketika dia mengatakan pada Billi tentang rencananya, tujuannya yang tidak jelas dan mengatakan kalau dia tahu dari pengurus rumah kalau Adelio mungkin punya masalah keluarga di London dan dia memutuskan untuk ke sana dan memberinya dukungan.Sebenarnya, Rosalind tidak ingin Billi tahu kalau dia sedang membuat rencana bodoh tanpa tahu apa yang akan dia lakukan saat turun dari pesawat nanti. Satu hal yang dia tahu adalah apa pun yang sedang di lakukan Adelio di London, membuat Adelio menderita, dan dia memilih untuk melindungi orang lain dalam hidupnya dari penderitaan itu.Adelio akan sangat marah padanya dan ini akan menjadi suatu keajaiban jika Rosalind bisa menemukannya. Meskipun dia tidak bisa tahan memikirkan tentang Adelio yang sedang menderita sendirian. Dan dia menjadi sangat yakin tentang kunjungan darurat Adelio ke London itu berhubungan dengan iblis yang ada dalam dirinya
"Ini adalah hari terbaikku." Kata Rosalind saat mereka memasuki kamar Adelio. "Pertama lukisanku, terima kasih sekali lagi untuk itu. Kemudian mengendarai sepeda motor, motor yang sangat mengagumkan. Kemudian makan sambil mendengarkan band konser di taman.""Kita bahkan tidak bisa mendengar apa pun saat konser. Justru terdengar seperti seseorang sedang berteriak histeris yang sangat mengganggu pendengaranku." Gumam Adelio. Rosalind berbalik agar Adelio bisa membantu membuka jaketnya. mengabaikan komentar keringnya, Rosalind menyadari Adelio sedang tersenyum dan dia tahu kalau dia tidak terpengaruh oleh apa yang baru saja Adelio katakan."Itu karena kau tidak tahu lagunya." Balas Rosalind, menolak merasa apa pun selain rasa gembira."Kegaduhan itu kau sebut lagu?" Tanya Adelio sambil meletakkan jaket Rosalind di kursi.Rosalind berbalik menghadapnya. "Kau terlihat sangat menikmatinya tadi."Adelio menggelengkan kepalanya. Rosalind tertawa. Rosalind menunjuk pada kenyataan kalau mereka
Adelio memakai celana jeans yang sangat pas untuknya yang menggantung rendah di pinggangnya, dengan salah satu kaos putih yang dia pakai di bawah jaket kulitnya. Napas Rosalind tertahan karena pemandangan dari pria di depannya. Rosalind tidak akan pernah letih melihat tubuh berotot milik Adelio."Apa yang kau lakukan?" Tanya Rosalind ragu saat dia berjalan keluar dari kamar mandi."Aku mengubah pikiranku." Jawab Adelio."Tentang apa?" Tanya Rosalind sambil menatapnya bingung."Tentang bekerja. Ayo kita mengendarai motor. Aku ingin melihat aksimu." Kata Adelio dengan nada bersemangat.Mulut Rosalind menganga karena terkejut dengan perubahannya yang tiba-tiba. Tawa keras kemudian meledak dari tenggorokannya. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Adelio akan melakukan sesuatu yang begitu mendadak, begitu spontan? Adelio?Rosalind memakai jaket kulitnya lagi rasa gembira melandanya. Kemudian dia pergi ke meja dan mengambil helm dan sarung tangannya."Kau bersama dengan pengendara yang san
Sepuluh menit kemudian, Rosalind mengetuk pelan pintu kamar Adelio. Rosalind masuk ketika dia mendengar suara Adelio dari jauh "Masuk." Adelio duduk di sofa yang ada ditengah-tengah ruangan, setelan jasnya tidak terkancing. Kaki panjangnya di tekuk di depannya. sedang melihat pada ponselnya, tatapannya tertuju pada Rosalind saat Rosalind berjalan mendekatinya."Aku hanya terkejut melihat lukisan-lukisan itu lagi." Kata Rosalind. "Aku minta maaf karena pergi begitu saja.""Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio, meletakkan ponselnya di sofa.Rosalind mengangguk. "Aku hanya, aku hanya sedikit bingung menghadapi ini."Keheningan terjadi saat Adelio mengamati Rosalind."Aku pikir itu akan membuatmu bahagia. Lukisan itu." Kata Adelio.Mata Rosalind seakan terbakar dan dia segera menunduk menatap karpet di bawahnya. Dia pikir dia sudah menghabiskan air matanya untuk hal ini."Lukisan itu membuatku bahagia. Lebih dari yang bisa aku katakan." Rosalind memberanikan diri untuk menatap Adelio. "Bagai
Rosalind melangkah keluar dari lift dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu di rumah Adelio. Banyak hal yang berubah sejak pertama kali dia masuk ke dalam dunia Adelio. Perasaan gembira sekaligus gelisah saat memasuki rumahnya yang tenang dengan Adelio yang berada tepat di belakangnya terasa begitu familiar."Sebelah sini." Kata Adelio. Suaranya parau dan tenang saat jarinya dengan lembut membelai belakang lehernya. Antisipasi dan keingintahuannya muncul ketika Rosalind mengikuti Adelio ke ruangan yang dia tahu itu adalah perpustakaan dan sekaligus kantor di mana lukisan yang dia lukisan di gantung.Ketika Adelio membuka pintu dan Rosalind yang pertama masuk ke ruangan itu, Hal pertama yang dia lihat adalah sosok seorang pria yang sangat akrab sedang melakukan sesuatu."Billi?" Kata Rosalind, merasa sangat terkejut melihat temannya berada di ruangan kerja Adelio.Billi menengok dari balik bahunya dan tersenyum. Dia meletakkan lukisan yang telah dia susun dan berbalik menghadapnya. Rosa