Beranda / Romansa / When I Start (Indonesia) / Dea dan Toni Menghilang

Share

Dea dan Toni Menghilang

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-12 22:17:27

Pembicaraan semalam membuat Aiden termenung pagi ini. Makanan di depannya sedari tadi teranggurkan karena Aiden sibuk dengan pikirannya.

"Memang ada yang melarang?" Pertanyaan ini sukses membuat Aiden tidak fokus.

Ia ingin menyakan hal ini lebih mendalam pada Dea. Namun, setelah melontarkan pertanyaan itu Dea tertidur pulas di samping Aiden.

Aiden tidak bisa menanyakan lebih jelas lagi. Ditambah ketika bangun tidur Dea sudah menghilang dari kamarnya.

Bik Asih menghampiri Aiden.

"Tuan, apa sarapannya perlu diganti?"

"Tidak," tolak Aiden. "Dimana Dea?"

"Non Dea pergi dengan Toni."

"Ini masih pagi dan dia sudah pergi?"

"Maafkan saya Tuan, tadi sudah saya larang. Namun, Non Dea tidak mendengarkan saya."

"Pergi kemana Dea?"

Bik Asih menggelangkan kepalanya. Aiden menghela nafasnya dan segera menghubungi Dea.

Namun, telepon itu tidak tersambung. Ia beralih menghubungi Toni. Hasilnya sama saja, di antara mereka tidak ada yang bisa dihubungi.

Aiden emosi karena Dea pergi tanpa pamit padanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • When I Start (Indonesia)   Kalut

    Mendapat sergapan dari majikan laki-lakinya, membuat Toni kebingungan harus menjawab apa. Nyonya muda memintanya untuk menyembunyikan peristiwa hari ini.Sedangkan Aiden kini dalam mode geram."Maaf Tuan, saya tidak bisa menjawab. Anda bisa menanyakan langsung pada Non Dea. Namun, keadaan Non Dea menjadi drop lagi kemungkinan besar karena tidak sarapan dan meminum obat," jelas Toni."Trus tadi kemana saja?""Ke rumah teman Non Dea.""Laki-laki atau perempuan?" selidik Aiden."Perempuan dan laki-laki.""Kamu merahasiakan sesuatu pada saya?"Toni diam, enggan membuka suaranya."Great!" Aiden mengangguk-anggukan kepalanya. "Ternyata kamu sudah berkomplotan dengan Dea."Toni hanya mampu menelan salivanya."Sekarang kamu bisa istirahat, keluar.""Saya dipecat Pak?" Toni shock dengan kata keluar."Tidak, beristirahatlah. Kamu sudah menemani Dea seharian," jelas Aiden. Ia tidak bermaksud memecat Toni."Baik Tuan, terima kasih." Toni undur diri dari hadapan Aiden. Aiden hanya bisa menghela na

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • When I Start (Indonesia)   Aneh

    Dua orang tersebut merasa curiga ketika melihat mobil yang terparkir di halaman rumah. Mereka yakin jika Pak Hando tidak memiliki keluarga satupun. Itu pasti seorang tamu. Dea dan Toni mengamati gerak gerik keadaan rumah Pak Hando dari dalam mobil.Namun, semakin ditelisik mata Dea melebar ketika melihat salah satu lelaki sedang membawa senjata di depan pintu masuk. Pria berbadan tegap dengan warna kulit gelap berjalan mengitari rumah dengan was-was."Ton, kamu di sini dulu.""Saya akan ikut Nyonya.""Jangan!" tolak Dea. "Tunggu di sini selama 15 menit, jika selama itu aku belum keluar dari dalam rumah. Segera ke Mr.Bad.""T-tapi.""Ikuti perintahku, jangan banyak tanya."Dea langsung turun dari mobil, tak lupa membawa kotak makanan yang ia siapkan untuk Pak Hando. Dadanya berdetak cukup kenjang ketika kakinya menjangkah ke dalam pekaran rumah. "Siapa itu?" tanya seseorang yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah."Dea, keponakannya Pak Hando.""Pak Hando tidak memiliki keponakan. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • When I Start (Indonesia)   Kode Rahasia

    "Argghhh!!!!" erangnya frustrasi. Dea yang hanya perempuan biasanya kini dihadapkan kenyataan yang tak terduga. Ia sudah didapuk sebagai ketua organisasi mematikan di negara ini, sangat di luar nalar. Bahkan ayahnya tak mengatakan apapun soal ini, bekal pengetahuan menjadi seorang ketua pun terasa sangat memusingkan."Sial! Kenapa sangat rumit!" kesalnya sembari menyamakan kode yang ada di layar ponsel dan laptop. Mr. Bad dari kemarin mengirimkan rentetan kode untuk mengakses sistem organisasi, tapi hingga sekarang Dea hanya berhasil memecahkan empat kode. Masih tersisa enam kode.'Krruuukkkk...' suara perutnya menggelegar di telinganya."Hahh... aku lupa tidak makan dari kemarin, kita akhiri kerjaan konyol ini dengan makan sepuasnya."Ketika membuka pintu kamar, Bik Asih, Rara, dan Nina sedang berjalan ke arah kamarnya. Dea tertegun melihat troli dengan berbagai hidangan di atasnya."Non," sapa Bik Asih dengan senyum semringah. Wanita paruh baya itu nampak lega melihat kemunculan Dea

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • When I Start (Indonesia)   Topik

    "Apa?" tanya Dea setelah membuka pintu. Nampak otot wajah Aiden yang menegang."Kenapa kamu tidak ke kamar?" Aiden bertanya dengan napas memburu. Mendengar itu, alis Dea mengerut. "Sekarang aku kan sedang di kamar."Terdengar helaan napas cukup panjang dari pria itu setelah mendapat jawaban dari istrinya. "Bukan kamar ini. Tapi kamar kita."Dea akhirnya mengerti maksud lelaki itu. Mulutnya membulat kemudian berkata, "aku masih bermain game. Nanti aku akan ke sana. Pergilah."Aiden menatap netranya sangat tajam. "Awas saja kalau bohong. " Beberapa detik ia mematung melihat istrinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Setelah puas, lelaki itu masuk ke kamar pribadinya. Dea hanya menghela napas, ia memijit kepalanya sejenak. Namun, tak butuh waktu lama ia pun kembali bergelut dengan data-data yang harus dipelajarinya. Syukurnya tak ada spam dari orang lain sehingga ia tenggelam dalam pikirannya dan berlahan semua data yang terasa rumit bisa terbongkar menjadi mudah.Detik demi detik me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • When I Start (Indonesia)   Misterius

    Pria itu berdiri tegak, matanya tersembunyi di balik masker, tetapi sikapnya yang tenang dan penuh perhitungan membuat Dea merasa semakin cemas. Tangan pria itu memegang sebuah map hitam, yang tampaknya berisi informasi penting. Dia tidak berkata apa-apa lagi, hanya menatap Dea dengan tatapan penuh arti, seakan menunggu dia untuk mengambil keputusan.Dea menelan ludah, mencoba untuk tidak memperlihatkan ketakutannya. Tetapi tubuhnya terasa kaku, seolah-olah ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang menahan setiap langkahnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia merasa seperti terjebak di persimpangan yang gelap, tidak tahu arah mana yang harus diambil."Siapa kamu?" akhirnya Dea memecah keheningan, suaranya sedikit bergetar meski ia berusaha keras untuk terdengar tegas.Pria itu tidak langsung menjawab. Ia hanya melangkah sedikit lebih dekat, memberi jarak yang cukup dekat namun tidak mengancam. "Maaf, Non. Saya tidak dapat mengungkapkan identitas saya. Tapi saya diutus oleh o

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • When I Start (Indonesia)   Ketahuan

    Wendy berdiri di ambang pintu kamar dengan wajah yang merah padam, matanya penuh dengan api kemarahan yang tidak bisa disembunyikan. Pintu yang terkuak lebar itu menambah kesan dramatis pada kejadian yang baru saja terjadi. Dea dan Aiden terhenti sejenak, saling berpandangan, sebelum Aiden segera melangkah mundur dan melepaskan Dea dari pelukannya."Wendy?!" Aiden terkejut, suaranya mencampur antara kebingungan dan rasa bersalah. "Kenapa kamu-"“Kenapa aku?” Wendy memotong dengan suara nyaring, penuh kebencian. "Kenapa kamu menyembunyikan semuanya dariku, Aiden?! Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang Dea? Tentang pernikahan kalian!" Aiden tampak terkejut. Di sisi lain, Dea merasakan ketegangan di udara yang hampir bisa dipotong dengan pisau. Semua perasaan hangat yang sempat menyelimuti dirinya dengan Aiden, kini berubah menjadi kebingungan. Ia tak pernah menduga bahwa Wendy akan muncul begitu saja, dengan amarah yang begitu besar. Apalagi dengan situasi saat dirinya akan memadu ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • When I Start (Indonesia)   UNDANGAN

    Hari ini Triyo dan Jamono datang ke kediaman Dea dan Aiden. Tuan rumah yang sedari lama menunggu kabar mereka langsung menyambut keduanya dengan baik. "Selamat datang, Pak. Silakan masuk," sambut Aiden saat kedua pria itu turun dari sepeda motor."Saya akan mengatakan langsung pada inti kasus Anda. Sebelum itu, berikut adalah undangan untuk anggota organisasi. Akan ada pelantikan ketua baru dalam organisasi ini, dan Anda sudah dinyatakan sebagai anggota kami. Jadi, mohon untuk menghadiri acara yang sakral ini. Undangan ini hanya untuk tamu VVIP," ucap Triyo sembari menyodorkan amplop hitam sedikit ornamen emas."Terima kasih." Aiden tersenyum mendapatkan undangan tersebut. Ia tak berekspetasi akan menjadi tamu VVIP ataupun anggota dari organisasi yang diperintahkan Wijaya, ayah mertuanya. Namun hatinya berkata, "Aku merasaka akan mendapatkan banyak keuntungan dari sini. Semoga saja benar."Triyo mempersilakan Jamono untuk mengambil alih pembicaraan mereka. Pria yang diberi kode pun be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • When I Start (Indonesia)   Pelantikan

    Dea mencoba menenangkan dirinya, meski hatinya terasa seperti dihimpit batu besar. "Oh, hanya urusan keluarga saja," jawabnya cepat, dengan senyum kecil yang tampak dipaksakan. Namun, Aiden tidak mudah percaya. "Keluarga? Siapa yang kamu maksud? Dan kenapa kamu terlihat gelisah?" tanyanya sambil memperhatikan wajah Dea dengan saksama. Ia tahu istrinya sedang menyembunyikan sesuatu.Toni, yang merasa situasi semakin rumit, langsung menyela. "Saya hanya mengingatkan Madam tentang dinner dari undangan teman Pak Wijaya. Kami harus memastikan semuanya siap."Aiden menatap Toni dengan alis terangkat. "Dinner? Apa yang kamu maksud dengan dinner? Dan kenapa aku tidak tahu apa-apa tentang ini?"Dea menarik napas dalam, berusaha menguasai dirinya. "Aiden, ini bukan sesuatu yang penting untuk dibahas sekarang. Aku hanya diminta hadir sebagai wakil dari keluarga. Tidak lebih."Aiden kembali bertanya dengan nada yang lebih tajam. "Kenapa semuanya terasa seperti dirahasiakan dariku?"Dea menggengg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • When I Start (Indonesia)   TAMAT

    Kilauan lampu-lampu kota Monaco memantul di permukaan laut, menciptakan pemandangan yang begitu magis. Dari balkon suite mewah mereka, Dea memandangi keindahan kota yang tak pernah tidur itu, sementara di belakangnya, langkah Aiden semakin mendekat.Tanpa suara, pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Dea, menariknya ke dalam dekapan hangat. "Kau terlalu serius menatap ke luar," gumamnya di dekat telinga istrinya, suaranya berat namun mengandung senyum.Dea tersenyum kecil, membiarkan tubuhnya bersandar ke dada bidang suaminya. "Aku masih tak percaya kita ada di sini," bisiknya, jemarinya tanpa sadar menyentuh lengan Aiden yang melingkupinya.Aiden memiringkan kepalanya, menatap wajah wanita yang kini benar-benar menjadi miliknya. "Aku sudah bilang, aku akan membawamu ke mana pun kau mau, selama kau tetap di sisiku."Dea menoleh, mata mereka bertemu dalam kehangatan yang sulit dijelaskan. "Dan kau yakin ingin terus bersamaku?" tanyanya lirih.Alih-alih menjawab dengan kata-kata, Ai

  • When I Start (Indonesia)   Coming

    Kembali ke Pelukan yang SamaDea berlari menerobos masuk tanpa permisi. Napasnya memburu, dadanya sesak oleh perasaan yang berkecamuk. Jantungnya berdegup kencang saat menyadari beberapa orang menatapnya penuh keterkejutan."Madam! Tuan ada di kamar!" teriak Rara dari kejauhan saat menyadari perempuan itu masuk ke rumah.Tanpa ragu, Dea langsung menaiki tangga, melewati lorong yang sudah begitu familiar di ingatannya. Setiap langkah terasa begitu berat, seolah ada beban yang menekan dadanya. Ia tidak tahu apakah Aiden masih menginginkannya di sini. Ia tidak tahu apakah dirinya masih punya tempat di sisi pria itu.Tangannya gemetar saat ia mendorong pintu kamar yang tidak terkunci. Pandangannya langsung tertuju pada sosok yang duduk di tepi ranjang, membelakanginya. Aiden.Laki-laki itu tampak jauh lebih kurus dibanding terakhir kali ia melihatnya. Rambutnya berantakan, wajahnya lelah, dan di sampingnya terdapat botol alkohol yang belum sepenuhnya kosong.Dea menahan napas. Ini bukan A

  • When I Start (Indonesia)   Jawaban

    Devano menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya yang bergejolak. Ia berdiri tegak, menatap Dea dengan tatapan yang lebih dalam daripada sebelumnya. Mata mereka bertemu, dan wanita itu bisa melihat kejujuran yang memancar dari dalam dirinya. Devano jarang sekali begitu terbuka, tetapi malam ini, ia merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan apa yang telah lama ia simpan."Aku datang untuk berbicara, Dea," katanya pelan, suaranya sedikit serak. "Ada hal yang harus aku katakan padamu."Wanita itu mengernyitkan dahi, sedikit bingung. "Ada apa? Apa yang kamu maksud?"Devano melangkah lebih dekat, meskipun hatinya terasa berat. Namun, ini adalah momen yang menentukan, dan meskipun ia tahu itu bisa membuat segalanya lebih rumit, ia tak bisa lagi menahan perasaannya."Dea, aku tahu selama ini kita hanya teman, mungkin lebih dari itu bagi sebagian orang," katanya dengan hati-hati. "Tapi aku ingin jujur padamu. Aku..." Pria itu menggantungkan ucapannya, tetapi tak berselang l

  • When I Start (Indonesia)   Percakapan

    "Tentu," Dea menjawab, menatapnya dengan sorot ingin tahu. Devano menghela napas sebelum melanjutkan, suaranya sedikit lebih serius dibanding sebelumnya. "Kamu benar-benar tidak ingin kembali pada Aiden?" Langkah Dea kembali terhenti sejenak. Ada keheningan di antara mereka, hanya terdengar langkah-langkah para pengawal yang berjaga di sekitar. Mata Dea menatap Devano lurus, ekspresinya tenang, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang sulit diterjemahkan."Aiden benar-benar hancur, Dea," lanjut Devano, suaranya lebih pelan kali ini. "Dia mencarimu ke mana-mana. Dia bahkan tidak lagi peduli pada pekerjaannya. Kau mungkin berpikir dia akan baik-baik saja tanpamu, tapi kenyataannya tidak begitu. Dia benar-benar hancur."Dea mengepalkan tangannya tanpa sadar. Dia tahu bahwa meninggalkan Aiden bukanlah hal mudah bagi keduanya, tapi mendengar kondisi Aiden dari mulut Devano tetap saja menimbulkan sesuatu yang menghimpit dadanya. "Aku pergi bukan karena aku ingin, Dev," kata Dea akhirnya,

  • When I Start (Indonesia)   Baru

    Sekian bulan berlalu, namun keberadaan Dea masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan. Aiden sudah mengerahkan segala cara memanfaatkan koneksinya, menyewa detektif terbaik, bahkan mencoba melacak sendiri pergerakan orang-orang Wijaya, tetapi hasilnya nihil. Seolah-olah Dea benar-benar menghilang dari dunia ini.Pikiran Aiden dipenuhi oleh kegelisahan. Rasa frustrasi terus menghantui setiap langkahnya, membuatnya semakin tenggelam dalam keputusasaan. Ia bahkan melupakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin perusahaan, membiarkan semuanya terbengkalai.Di rumah, Rita dan Kusuma hanya bisa memandang putra mereka dengan rasa bersalah yang semakin menumpuk. Mereka tahu bahwa ini semua adalah akibat dari keputusan yang mereka paksa Aiden untuk melepaskan kasus Andre dan menutup mata atas segala kerugian yang ditimbulkan kakaknya demi menjaga nama baik keluarga."Dia tidak bisa terus seperti ini, Pa," Rita berkata pelan saat melihat Aiden yang hanya duduk diam di ruang kerjanya, tatapann

  • When I Start (Indonesia)   Hilang

    "Ini di mana, Yah?" tanya Dea selepas ia sadarkan diri. Orang pertama yang ia lihat adalah Wijaya, kemudian Lusi. Keduanya hanya diam saat ia bertanya. Wanita itu pun dibuat kebingungan dengan situasi saat ini. Ketika keduanya memilih keluar, berganti Bad masuk dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. "Kita berada di markas baru, Madam," ucap pria itu penuh hormat.Dea mengerutkan kening, matanya menyapu ruangan asing yang kini menjadi tempatnya terbaring. Aroma antiseptik masih tercium, tapi ini bukan rumah sakit. Ruangan ini lebih luas, tenang, dan tidak ada perawat yang berlalu-lalang. "Markas baru?" ulangnya dengan suara serak, mencoba mencerna kata-kata Bad. Pria itu mengangguk pelan. Sorot matanya penuh kehati-hatian, seolah sedang mengamati reaksi Dea. "Ya, Madam. Ketua membawa Anda ke sini untuk keselamatan Anda." Keselamatan? Dari apa? Dea mencoba duduk, tapi tubuhnya masih terasa lemah. Kepalanya berdenyut ringan, membuatnya memejamkan mata sejenak. Ia mengingat se

  • When I Start (Indonesia)   Vonis

    Hakim menghela napas berat sebelum menatap Sony dengan penuh ketegasan. "Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian yang telah diberikan dalam persidangan, pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa Sony dengan hukuman 20 tahun penjara tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, serta denda sebesar 5 miliar rupiah."Suasana ruang sidang kembali gemuruh. Hukuman yang lebih berat dari Wendy menunjukkan betapa serius kejahatan yang telah dilakukan Sony.Sony hanya mendengus kecil, tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Dia menatap ke arah Aiden dan menyeringai. "Kau mungkin menang kali ini, Aiden. Tapi dunia ini tidak akan membiarkanmu hidup tenang."Aiden tidak menanggapi. Ia hanya menatap Sony dalam-dalam, menyadari bahwa musuhnya tidak akan pernah benar-benar berubah.Setelah keputusan hakim, petugas segera memborgol Sony dan membawanya keluar dari ruang sidang. Aiden menarik napas panjang, merasa lega meskipun sebagian dari dirinya masih dihantui oleh luka yang ditinggalka

  • When I Start (Indonesia)   Persidangan

    Ruang sidang dipenuhi dengan suara bisik-bisik dan tatapan tajam yang tertuju pada satu sosok di tengah ruangan, Wendy. Wanita itu duduk di kursi terdakwa dengan tangan yang terborgol, tetapi ekspresinya tetap penuh keangkuhan.Hakim mengetukkan palunya, menandakan persidangan dimulai."Saudari Wendy, Anda didakwa atas berbagai tuduhan, termasuk percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Dea, persekongkolan untuk menghancurkan perusahaan Tuan Aiden, serta keterlibatan dalam berbagai tindakan ilegal lainnya. Apakah Anda mengakui dakwaan ini?" tanya Hakim dengan suara tegas.Wendy tersenyum miring. "Saya mengakui semuanya," jawabnya santai, membuat riuh kecil di dalam ruang sidang.Aiden, yang duduk di kursi saksi bersama pengacaranya, menatap Wendy dengan rahang mengatup rapat. Dea, yang masih dalam pemulihan, hadir dalam persidangan dengan wajah pucat tetapi sorot mata tajam.Jaksa kemudian berdiri dan mulai berbicara. "Bisa Anda jelaskan motif Anda melakukan semua ini? Apa alasan Anda ingi

  • When I Start (Indonesia)   BALASAN

    Insiden penyekapan berjalan dengan cepat hingga semua pelaku dikumpulkan dalam persidangan Sayangnya ada satu orang yang disinyalir menreh luka mendalam untuk keluarga Aiden, yakni Andre. Pria itu mendapat panggilan dari pihak kepolisian, tetapi dia sudah terbang ke luar negeri.Rita dan Kusuma tidak bisa menghubungi anak sulung mereka. Wajah keduanya tampak pias ketika melihat Aiden. "Sampai sekarang Mama dan Papa tidak bisa menghubungi Andre," ujar Rita pada putranya. "Tidak bisakah kamu melepaskan, Andre? Bagaimanapun dia adalah Kakakmu." Wanita itu tampak tak berdaya merasakan dilema di dalam hatinya. Pada akhirnya, Kusuma yang sedari tadi membisu mulai angkat bicara. "Biar Papa yang menghukum Kakakmu, Nak. Sebagai gantinya, sebagian warisan yang akan kami turunkan pada Andre kini kualihkan ke kamu, Aiden." Aiden hanya diam mendengarkan ucapan orangtuanya. Tak berselang lama, ia memilih pergi tanpa memberikan jawaban. Helaan napas terdengar dari mulutnya. Entah bagaimana, ia me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status