Kepala Saga menoleh cepat saat mendapat pertanyaan yang lebih mirip tuduhan itu.
“Kaira menceritakannya padaku,” jawab Arion mengartikan pandangan Saga yang kemudian berdecih.
“Dasar bocah itu. Untuk apa dia mengatakannya padamu?”
“Aku yang memaksa. Setelah penolakan itu, aku menghubunginya. Sejak mengetahui Val adalah teman sekolahmu, aku sudah memikirkan hal itu. Aku sudah menduganya, tapi pura-pura masa bodoh dan percaya saja dengan ocehanmu. Meski begitu, tetap saja rasanya sakit.”
Saga tertawa sengau. “Sama. Aku juga sakit saat melihatnya bersamamu.”
“Jadi … kapan kamu akan bilang padanya?” todong Arion.
Saga menggeleng. “Aku nggak yakin. Dia nggak mungkin─”
“Apa pun kesalahan atau masalahmu dulu dengan Val, sekarang saatnya kamu memperbaiki dan menyelesaikannya. Dia sedang kebingungan sekarang.”
Kepala Saga menunduk dalam menatap la
Dering ponsel mengalihkan pandangan Saga sejenak dari jalan raya. Ia segera menekan tombol hijau dan pengeras suara.“Halo?”“Bim, kamu di mana?” Suara di seberang langsung menyahut.“Di jalan.”“Kaira sudah bicara padamu?”“Iya. Ini perjalanan ke sana. Mami tunggu saja dengan manis. Oke?”Terdengar kikik geli dari ujung telepon. “Tentu dong. Mami akan menunggu dengan setia, Sayangku.”Ganti Saga yang tertawa sebelum menutup telepon. Ia pun kembali fokus mengemudi dan sampai di sebuah rumah bergaya mediterania.Seorang wanita anggun menyambutnya. “Bima Sayang! Kau makin tampan saja!”Saga menggosok hidungnya dengan bangga. “Siapa dulu maminya,” balas Saga sambil memeluk sang ibu.Wanita bernama Diana itu memang masih cantik di usianya yang sudah kepala lima. Tubuhnya tetap langsing seperti seo
“Sepeda air?” Val melongo menatap sepeda air berbentuk bebek mengapung di kolam di bawah kakinya. Seorang petugas menunggu di tepi.Saga terkekeh, lalu mendorong Val untuk turun. Ia juga membantu gadis berwajah cemberut itu menaiki sepeda air.“Apaan ini naik sepeda air segala? Memangnya anak kecil?” Val masih bersungut-sungut sambil berusaha mengayuh pedal di bawah.“Olahraga dong,” jawab Saga sekenanya. Ia ingin menggoda Val lagi dengan membiarkannya mengayuh sendiri.Val merasa sepeda air itu bergerak pelan sekali meski ia sudah mengayuhnya sekuat tenaga. Ia sudah kehabisan napas dan kakinya pegal, saat mendengar kikik geli di sebelahnya.“Cuma segitu kemampuanmu? Bukannya kau bilang sudah makan? Cepat sekali energimu menguap,” ejeknya.“Kayuh saja sendiri!” Val berhenti mengayuh dan melipat kedua tangan di dada.Saga terkekeh. “Hei, Val, naik sepeda air ini butuh ke
Dua hari tidak bertemu Arion, Val merasa sedikit lega. Apalagi ada Saga yang sempat mengisi satu hari di antaranya. Namun, ia tidak bisa menghindari bahwa di hari Senin, ia akan tetap bertemu pria yang ditolaknya.Setelah kejadian di ruangan kaca itu, Val masih belum tahu bagaimana harus bersikap di depan Arion. Kentara sekali Val merasa bersalah dan tidak enak setelah menggantung perasaan pria itu sekian lama. Ia telah menerima semua kebaikan dan ketulusan Arion, tapi apa yang ia berikan sebagai balasannya?Val sedih. Rasanya seperti jadi orang jahat. Cewek matre. Apa yang ada di pikiran Arion sekarang? Apa dia masih menganggapku temannya? Paling tidak, aku masih pegawainya di sana.Kakinya terasa berat saat berjalan keluar lobi. Ia menengok ke sana ke mari dan berkali-kali melirik jam di ponselnya. Sudah pukul setengah delapan dan dirinya masih belum berangkat.“Saga ke mana sih, jam segini belum datang? Padahal kalau aku terlambat sediki
Keringat dingin menetes di dahi Val. Dengan tangan gemetar, ia menggerakkan tetikus dan membuka setiap bab tulisannya. Kenapa dia bisa membaca tulisanku di sini? Dan dia menyuruhku menghubungi penulisnya untuk dikontrak. Artinya dia nggak tahu ini tulisanku, ‘kan?Sudah beberapa waktu ini Val mengisi waktunya dengan menulis sebuah novel di salah satu media online. Ia sengaja tidak mengirimnya di laman perusahaan karena cerita yang ia tulis adalah kisahnya sendiri. Ia tidak mau Saga atau Arion atau yang lain mengetahuinya.Kenapa justru Saga yang menemukannya? Apa dia menyadarinya? Mata Val kembali menyusuri rangkaian kalimat yang ia buat. Cerita itu belum selesai karena kebingungan hatinya sendiri. Sudah lebih dari satu minggu ia tidak mengirim episode baru. Banyak komentar pembaca yang menanyakan kapan kelanjutan cerita itu akan muncul.Tentu saja Val sudah berusaha keras untuk melanjutkannya. Namun, setiap kali ia menghadap lapt
Sepanjang perjalanan Val hanya diam mematung di belakang hingga mobil Saga memasuki kawasan perumahan elit. Val membeliak saat dirinya melewati beberapa bangunan megah dan besar.Arion tinggal di sini? Seharusnya aku nggak perlu heran. Kepalanya mengingatkan bahwa level Arion berada jauh di atasnya.Di depan sebuah rumah mewah, mobil Saga berhenti. Arion keluar dan melambaikan tangan pada dua orang yang masih di dalam.“Thank’s, Ga!” katanya. Ia juga melongok dari jendela depan dan menoleh pada Val yang masih diam di belakang. “Sampai besok, Val!”“Ah, oh, i-iya … sampai besok.” Val semakin gugup melihat Arion masih tersenyum dan bersikap baik padanya.Val hanya bisa menatap sosok Arion yang masuk ke rumah itu dari tempat duduknya. Rumahnya besar sekali. Butuh berapa asisten rumah tangga untuk membersihkannya? Atau mungkin aku bakal kesasar kalau tinggal di sana? Pikirannya
“Kenapa kau seperti mayat hidup?” tanya Saga.Val yang baru saja duduk di jok sampingnya langsung menyandarkan kepala dan memejamkan mata.“Kau masih ngantuk?” Pria itu bertanya lagi. “Sebentar.” Ia merogoh laci dashboard di sisi kirinya yang berhadapan dengan Val.Sontak gadis itu menahan napas saat tubuh Saga yang condong padanya, memancarkan aroma yang menyegarkan. “Ka-kamu ngapain sih?” tanyanya agak gugup.“Ini.” Saga menyerahkan sebungkus permen dari sana. “Biar nggak ngantuk.”Val memandang bergantian Saga dan bungkus permen mint di tangannya. “Makasih,” ucapnya kemudian.Sepanjang perjalanan ke kantor, suasana dalam mobil tampak tenang dan damai. Tidak ada ribut-ribut kecil atau ejekan yang terlontar. Seolah di dalam diri mereka ada kupu-kupu berterbangan dan membuat geli, bibir keduanya tak hentinya menyunggingkan senyum.Nam
Hari-hari Val berikutnya terasa ringan dan menyenangkan. Semenjak masalah perasaannya terselesaikan, ia jadi lebih semangat bekerja. Suasana canggung pun tidak terjadi, meski pada akhirnya ia jadi jarang berbicara dengan Arion karena kesibukan pria itu.Sebaliknya, hubungan Val dengan Saga menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia teringat ucapan Arion dulu bahwa Saga akan menjadi seperti kucing jinak jika sudah mengenalnya. Dan, sudah terbukti.Sekali waktu, Val pernah memarahi Saga lagi karena terlambat menjemputnya di lobi. Memang hanya selisih lima menit dan mereka tidak terlambat masuk kantor, tetap saja gadis itu mengomelinya habis-habisan.“Saga! Sudah jam berapa ini?!” seru Val begitu memasuki mobil. “Kamu tahu nggak, sudah berapa lama aku nunggu di sini sampai berkeringat?!”Saga berjengit mendengar bentakan Val yang tiba-tiba. “Kau ‘kan bisa menunggu di dalam, lebih sejuk.” Ia memberi pembelaan sambil
Saga keluar dari bilik ATM dan mendapati Val sedang berbicara dengan orang asing. Gelagat orang itu mencurigakan. Saga yakin Val pasti tidak menyadarinya. Gadis itu terlalu lugu dan menjadi sasaran empuk bagi orang jahat.Ini nggak bisa dibiarkan! Saga segera mendekat dan berdiri di depan Val. Dia tidak memikirkan akibat dari ucapan yang baru saja terlontar dari mulutnya sehingga gadis itu terbelalak kaget mendengarnya.“Saya nggak ngapa-ngapain pacar anda. Saya hanya bertanya jam berapa sekarang.” Pemuda asing itu berkata tanpa gentar.“Iya, Ga, dia cuma tanya jam aja kok,” sahut Val. Ia menarik lengan Saga untuk menenangkannya, karena sepertinya Saga tampak marah. Ia tidak ingin ada keributan di sini hanya karena kesalahpahaman.Saga tersenyum sinis. “Itu cuma alasan aja, Val.”“Wah, anda jangan menuduh seenaknya saja, ya!” Wajah ramah pemuda asing itu berubah marah.“Kalau begitu, anda