Randy sudah 2 hari merasakan dinginnya lantai penjara. Dia digiring ke polisi dan dimasukan ke penjara dan terjerat pasal 285 KUHP tentang dugaan atau percobaan melakukan pemerkosaan.
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, kerena memperk***, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Randy dimasukan ke sebuah sel kecil di Polres Jakarta Selatan. Penjara ini untuk menunggu Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh polisi ke Kejaksaan.
Luas sel Polres sekitar 30 meter persegi, sudah termasuk kamar kecil di dalamnya. Randy bersama belasan tahanan kriminal lain harus menunggu dua bulan di sini. Dunianya tiba-tiba menyusut. Ia benar-benar menyesal atas apa yang telah diperbuatnya. Ia harus merelakan masa depannya hancur. Ia terpaksa drop out (DO) dari kampusnya, kuliahnya yang tinggal satu tahun lagi hancur berantakan. Sekarang dia cuma bisa m
Keyra menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Keyra membuka matanya dengan perlahan. Seharian ini kerjaannya hanya tiduran di atas ranjang. Setelah kejadian tidak menyenangkan itu, ia memutuskan untuk mengambil cuti kuliah selama seminggu. Itu akan cukup baginya untuk menghilangkan traumanya ketika bertemu orang banyak, dan juga akan menghilangkan luka lebam di wajah dan tubuhnya. Keyra tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kejadian naas itu, bahkan Keyra menutupinya dari keluarga dan sahabatnya. Selain dirinya dan Ardy, tidak ada yang mengetahui lagi karena Keyra tidak ingin membuat keluarga dan sahabatnya khawatir. Karena sejauh ini dirinya baik-baik saja. Seseorang terdengar beberapa kali memencet bel rumahnya. Diliriknya jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya, sudah pukul tiga sore. Tidak mungkin jam segitu Ardy sudah pulang dari kantor. Lagipula kalau Ardy sudah pulang, ia tidak mungkin memencet bel seperti it
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, setelah selesai makan malam Keyra langsung masuk kamar dan menyibukkan dirinya dengan buku-buku kuliahnya. Keyra masih tampak asyik dengan buku mengenai kedokteran di tangannya. Walaupun ia sedang cuti kuliah satu minggu, tapi ia tetap mempelajari buku-buku kuliahnya itu.Ardy berdiri lalu menghampiri Keyra. “Belajarnya besok lagi. Sekarang sudah malam.” Ardy menutup buku yang tengah dibaca Keyra, lalu mengambil buku tersebut untuk ditaruh di atas meja.Ardy mengajak Keyra menuju tempat tidur. Mereka berdua duduk ditepi ranjang. Kedua mata Keyra dibuat membeliak saat Ardy tiba-tiba membenamkan ciumannya di bibirnya dengan lembut dan perlahan, namun terasa mematikan sehingga membuat Keyra terhanyut lebih dalam. Tubuhnya seolah menerima dengan pasrah saat ciuman Ardy berusaha mengintimidasi bibirnya dan ia hanya bisa menikmatinya.Ardy melepaskan ciumannya, deru napas Ardy yang terengah-engah. Matanya tampak b
“Keyraaaa….” pekik Mesya, seketika membuat Keyra yang sedang mengunyah nasi gorengnya itu tersedak karena kaget mendengar suara teriakan sahabatnya itu.Mesya segera memberikan segelas air putih yang ada di meja kepada sahabatnya itu. Keyra segera meminumnya.“Ya ampun, Sya… suara kamu itu loh udah kaya suara klakson mobil tronton.” cibir Keyra kesal, “Eh kamu tau dari mana alamat rumah aku?” tanya Keyra heran, pasalnya ia belum memberitahu kepindahannya itu pada sahabatnya.“Aku tau dari Kak Devan.” Mesya mendudukan dirinya di hadapan Keyra.“Kok bisa?” tanyanya heran.“Aku gak sengaja ketemu dia di Kafe Strawberry. Aku tanya kenapa beberapa hari ini kamu susah dihubungi, trus Kak Devan cerita soal kepindahan kamu ini.” kata Mesya. “Eh kenapa rambut kamu jadi pendek begini? Bukannya kamu suka banget rambut panjang?” tanyanya heboh sambil memegang ramb
Mobil yang dikendarai Mesya memasuki sebuah kawasan perkantoran di daerah Soedirman. Mesya memarkirkan mobilnya di depan gedung yang menjulang tinggi, Wijaya Group.Perusahaan milik keluarga Ardy itu adalah perusahaan kontrak multi-disiplin pertambangan, teknik & konstruksi, dan jas minyak & gas dengan rekam jejak pencapaian di Indonesia selama lebih dari 48 tahun. Berdasarkan prestasi dan pengalaman yang kaya di hampir seluruh kepulauan Indonesia, Wijaya Group kini diakui sebagai salah satu kontraktor terkemuka di Indonesia. Perusahaannya menawarkan keunggulan kompetitif melalui kemampuannya untuk menyediakan solusi pertambanganpit-to-portyang lengkap, kemampuan rekayasa dan kontruksi terintegrasi serta dukungan logistik, sambil menunjukkan komitmen mutlak terhadap keselamatan , kesehatan & lingkungan, manajemen kualitas dan integritas bisnis.Pada tahun 2019, Wijaya Group dipilih olehWorld Economic Forumsebagai sa
Mesya kembali mengemudikan mobilnya keluar dari halaman Resto setelah Keyra merasa lebih baik setelah menangis. Sesekali Mesya melirik Keyra yang duduk di sampingnya. Orang yang dilirik sedang menatap keluar jendela mobil. Keyra masih merasakan rasa sesak di dadanya. Ia membuka sebagian kaca jendela mobil Mesya hingga semilir angin menerbangkan sebagian rambutnya yang pendek. Ia hirup udara siang itu yang lumayan agak sejuk. Cuaca siang itu terlihat mendung. Sepertinya nanti sore akan turun hujan. “Key…” Mesya membuyarkan lamunan Keyra. Seketika Keyra menoleh kearahnya, “kamu mau langsung pulang?” tanyanya. Keyra menggeleng singkat, sungguh ia tidak berniat untuk pulang ke rumah. Namun untuk pergi ke rumah orang tuanya pun ia sangat sungkan untuk sekarang ini. Keyra tidak ingin membuat mamah dan papahnya khawatir melihat keadaannya yang seperti itu. “Aku boleh tidur di rumahmu malam ini?” Keyra balik bertanya. Mesya melajukan mobilnya pelan-pelan kare
Ardy tiba di rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia segera melangkah masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Bi Yati sedang mempersiapkan makan malam untuk majikannya.“Eh Tuan sudah pulang.” sapa Bi Yati ketika melihat Ardy hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.“Iya, Bi. Keyra dikamar ya, Bi?” tanyanya.“Loh, bukannya Non Keyra ke kantor Tuan tadi siang?” Bi Yati balik bertanya. Ia pikir Keyra masih berada di kantor Ardy karena sejak siang belum pulang.Ardy mengernyitkan alisnya bingung, “Keyra tidak ke kantor saya, Bi.”“Tadi siang Non Keyra bikin makan siang untuk Tuan. Katanya mau nganterin ke kantor.”“Keyra tidak diantar Pak Pri?”“Non Keyra diantar temennya, Tuan. Namanya Non… Mey..Mes…” Bi Yati mencoba mengingat nama teman majikannya tersebut.“Mesya?” tanya Ardy.“Iy
“Apa maksud kamu bertanya seperti itu Keyra?” Ardy tampak memejamkan matanya sejenak, kemudian menatap Keyra dengan tatapan yang menghunus tajam. “Aku tau Kakak habis bertemu dengan Luna, bahkan Kakak memeluknya di dalam Restoran. Aku ada di sana Kak dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Kakak memeluk Luna dengan sangat lembut,” Keyra mengambil napas sejenak lalu meneruskan perkataannya, “aku sadar posisi aku ini apa di hati Kakak dan aku juga sadar kalo Kakak masih menyimpan perasaan untuk Luna. Jangan memberiku harapan lagi seolah-olah Kakak mencintai aku karena aku gak pernah ada di hati Kakak.” Tangis Keyra semakin kencang setelah meluapkan emosinya. “Kamu salah paham, Key.” Ardy mendekati Keyra dan menatapnya dengan tatapan lembut. Diraihnya dagu Keyra agar menatapnya juga, “kamu salah paham, Keyra.” ulangnya lagi, “kejadian di Restoran tadi tidak seperti yang kamu pikirkan. Saya menemui Luna karena dia meminta bertemu untuk terakhir kalinya. Di
Keyra dan Mesya beserta dengan para mahasiswa yang lain sedang mendengarkan penjelasan Mr. Mahesa di Auditorium kampus. Mr. Mahesa menjelaskan bahwa di semester tiga ini para mahasiswa diharuskan mengikuti program lapangan. Mereka akan ditugaskan secara berkelompok ke suatu tempat untuk menjalankan program Pengabdian Masyarakat. Hal ini dilakukan agar mereka paham dan terjun langsung dengan apa yang sudah mereka pelajari.Setelah itu Mr. Mahesa membagikan kertas berisi kelompok kepada masing-masing mahasiswa.“Yeee… kita satu kelompok, Key.” Mesya bersorak girang hingga beberapa mahasiswa yang berada didekat mereka menoleh. Mesya mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sambil menutup mulutnya malu kearah mereka.Seseorang masuk ruang Auditorium dengan pakaian rapih, kemeja berlengan panjang motif garis-garis berwarna biru dongker yang dipadukan dengan celana bahan hitam. Gayanya seperti bukan seorang mahasiswa. Laki-laki itu menghampiri Mr. M
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
Hari-hari terus berlalu. Perut Keyra semakin membesar. Jadwal rutin periksa ke dokter kandungan telah dilakukan, bahkan Ardy sengaja mendatangkan seseorang yang professional untuk melakukan senam ibu hamil di rumahnya setiap akhir pekan. Masalah mual yang sering dirasakan istrinya setiap pagi hari sudah semakin berkurang. Makannya pun sudah mulai seperti biasa, hingga membuat berat badan Keyra naik 15 kg.Keyra tengah mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya. Ia sedang memperhatikan tubuhnya yang membengkak akibat kehamilan pertamanya itu.“Kak, aku gemuk banget ya?” tanyanya pada Ardy yang tengah memangku laptop di atas ranjang. Ia sedang memeriksa beberapae-mailyang dikirimkan oleh Arga tadi pagi.Ardy menurunkan laptopnya ke atas ranjang, lalu berjalan menghampiri istrinya itu. Ia melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang Keyra dan mengusap lembut perut istrinya yang sudah semakin membesar.“Kamu gemu
Seminggu berlalu setelah kepulangan Keyra dari rumah sakit. Kini ia nampak termenung menatap langit malam itu yang dipenuhi bintang kerlap-kerlip dari balkon rumahnya.“Sayang, masuk yuk!” sebuah tangan memeluknya dari belakang, “angin malam gak bagus untuk kesehatan, nanti kamu bisa masuk angin. Kasian dede bayinya juga.” kata Ardy sambil mengecupi bahu istrinya yang sedikit terbuka.“Kak, aku udah putuskan…” Sejenak Keyra nampak menghela napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.“Apa sayang?” tanya Ardy. Ia membalik tubuh Keyra agar berhadapan dengannya, menatap mata coklat Keyra yang nampak menyiratkan kegalauan.Keyra nampak memejamkan matanya erat, kedua tangannya saling meremas disertai dengan tarikan napas yang dihembuskan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup yang menyerangnya. ”Aku gak bakal lanjutin kuliah aku, Kak,” putusnya. Hal itu memang sudah ia pikirkan baik
Seperti biasa setelah mengantar Keyra ke rumah sakit di pagi hari, Ardy akan langsung pergi ke kantor walaupun jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ia bisa berleha-leha sebelum jam kantor tiba.Saat memasuki unit kantornya yang berada di lantai 20, ia dikejutkan oleh kehadiran Kimi pagi itu. Tumben sekali sekertaris sekaligus sahabatnya sudah berada di kantor sepagi itu.“Pagi, Ar.” sapanya dengan senyum cerah bersinar.“Pagi, Kim. Tumben pagi gini udah ada di kantor.” ujar Ardy sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya yang segera diikuti oleh Kimi.“Iya sengaja aku datang pagi buat nemenin kamu. Daripada kamu iseng sendirian di kantor, ‘kan.” sahutnya, senyum itu tidak luntur dari bibirnya.Ardy tidak merespon lagi, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepalanya sebagai sandaran. Tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya, ia mulai memejamkan mata sejena
Ardy membaringkan tubuh Keyra di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan dan ia pun membaringkan tubuhnya di samping istrinya, kemudian mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di keningnya.“Makasih sayang karena kamu mau menerima kehadirannya,” ujarnya sambil mengelus perut Keyra yang masih rata namun sudah tertanam benih di dalamnya.“Iya Kak, mungkin memang udah saatnya kita jadi orang tua,” sahut Keyra dengan senyuman manisnya. “Aku akan menjaganya Kak, menjaga anak kita,” lanjutnya lagi sambil membelai pipi suaminya dengan lembut.Binar kegembiran terpancar jelas di mata Ardy sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia lalu mendekatkan wajahnya lagi untuk memberikan ciuman memabukkan yang membuat Keyra melayang. Dan ciuman itu, Kembali berlanjut. Ardy menelusupkan lidahnya, membuai hasrat keduanya. Jemarinya mulai menjalar dengan sentuhan hangat di setiap inci kulit istrinya.“Kalo malam ini dede bayinya dite
Sudah satu bulan Keyra menjalankan masa koasnya dan sudah satu bulan juga dirinya tidak meminum pil kontrasepsi padahal hampir setiap hari Ardy selalu menggempur dirinya tanpa henti. Ardy selalu menyerang istrinya walaupun Keyra kelelahan karena kegiatan koasnya. Meski sempat beberapa kali Keyra merasakan penat dan lelah karena kesibukannya terutama saat ia harus jaga malam. Sebagai istri yang baik, Keyra tidak mungkin menolak untuk memuaskan hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, padahal usia pernikahannya sudah hampir dua tahun. Ardy memang tidak pernah merasa puas mengecap rasa manis tubuh istrinya.Sudah lelah di rumah sakit, harus lelah juga di ranjang!Kegiatannya yang sangat padat selama masa koas, membuatnya lalai meminum pil itu. Ia mengabaikannya selama satu bulan terakhir.Hari itu Keyra merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasa mual dan pusing di kepalanya mulai menyerang.“Key, are you OK?” tanya Mesya malam itu s