Morgan menyisir rambut Michele. Wajah putrinya itu sedikit pucat.
"Papa kemarin kemana? Michele tidak melihat papa. yang ada hanya bibi Febe," tanya Michele sambil melilit-lilit pita berwarna pink miliknya.
"Papa sedang mencari pekerjaan tambahan nak," Ucap Morgan sambil menelan ludahnya karena dia bingung harus memberi menjawaban apa kepada Michele.
Morgan mengikatkan pita pink itu pada rambut Michele yang panjang hitam dan lurus. Morgan sangat piawai memakaikan Michele pita, sepertinya dia sudah terbiasa mendandani rambut putrinya itu.
"Putri papa sudah rapih, cantik dengan pita berwarna pink," tukas Morgan dan menyodorkan cermin kecil kehadapan Michele dan Michele tersenyum manis melihat dirinya yang cantik di cermin.
Morgan mengenggam jemari tangan Michele dan mengecup kening putrinya.
"Michele tidak takut kan menjalani operasi nanti?" tanya Morgan cemas. Karena anak seumur Michele harus merasakan namanya meja operasi dan juga tajamnya pisau operasi. Membayangkannya saja Morgan tidak sanggup.
Michele terdiam dan menatap mata Morgan yang sudah berkaca-kaca, "Tidak papa, Michele tidak takut. Kan ada papa yang menemani Michele," jawab Michele sambil memeluk Morgan erat.
Bibi Febe yang melihat adegan itu menitik kan air mata karena terharu.
Bibi Febe mendekati Morgan dan menyentuh pundaknya."Apakah nak Morgan sudah mendapatkan biaya untuk operasi Michele? Ini kartu berisi tabungan bibi isinya tidak seberapa, setidaknya ada tambahan untuk mencukupi biaya operasi Michele." Ucap Bibi Febe sambil menyodorkan sebuah kartu debet kehadapan Morgan.
"Maaf bi, terimakasih tetapi tidak usah bi. Simpan saja buat hari tua bibi," Sahut Morgan sambil mengembalikan kartu itu kembali ketangan Febe.
"Saya sudah mendapatkan pinjaman dari Manager hotel tempat saya bekerja," sahut Morgan berbohong.
"Syukurlah kalau begitu nak Morgan, Manager itu sangat baik yah?!" puji bibi Febe.
Morgan hanya bisa mengangguk pelan. Kali ini dia malu kepada dirinya sendiri karena harus berbohong kepada bibi Febe tentang uang yang dia dapat untuk biaya operasi Michele.
"Oh iya bi, beberapa hari kedepan saya ada pekerjaan tambahan dari hotel. Kemungkinan saya akan sering pulang larut nanti." Morgan berharap agar bibi Febe tidak banyak bertanya tentang pekerjaannya itu.
"Baiklah. Bibi akan menjaga Michele sampai nak Morgan kembali. Setelah itu bibi baru pulang kerumah bibi," jawab Febe dan dia tidak banyak bertanya lagi seperti yang ditakutkan Morgan.
***
Keesokan harinya.Morgan melihat pada jam ditangannya. Masih cukup waktu untuk menunggu bibi Febe. Mungkin jalanan macet sehingga bibi Febe sedikit terlambat pikir Morgan, yang resah menunggu bibi Febe pengasuh putrinya itu. Akhirnya bibi Febe pun tiba dan ternyata tepat dugaan Morgan perjalanan yang Febe tempuh dengan akuntan umum menghadapi kemacetan yan paarah. Setelah menitipkan Michele, Morgan segera bergegas menuju jalan raya. Dia berlari cepat sampai jalan raya untuk menghentikan taksi sebagai transportasinya menuju ke Club."Sisa lima belas menit lagi. Apakah bisa sampai sana tepat waktu" Morgan bermonolog sendiri. Ia tidak ingin membuat tante Monik kecewa, apalagi ini hari pertamanya mulai bekerja.
Morgan gelisah, "Pak agak cepat jalannya, saya sudah hampir terlambat bekerja!" ucap Morgan kepada supir taksi itu dan ini sudah yang ke tiga kalinya dia memerintahkan supir taxi itu agar mempercepat laju kendaraanya.
Morgan terlambat sepuluh menit dan saat dia masuk, ditempat itu telah banyak para pria muda dan hanya tante Monik perempuan diantara mereka. Semua mata mengarah kepada Morgan yang baru tiba. Membuat Morgan bertambah gugup.
"Kemari sayang! Kamu datang telat yah," sapa tante Monik.
Morgan mendekat ragu kehadapan tante Monik, "Maaf tante tadi jalanan macet banget," ucap Morgan penuh penyesalan.
"Its ok! Asal kamu jangan mengulangi lagi," jawab tante Monik ramah.
Morgan mengangguk dengan menyakinkan.
"Perhatian! Sayang-sayang ku. Tante mau memperkenalkan kawan baru kalian namanya Morgan. Tante harap kalian bisa saling akur yah, di club saya ini. Jangan iri terhadap yang lainnya." Ucap tante Monik tegas dan tidak ada yang membantah.
"Ok, Morgan kamu ganti baju dulu sana! Charlos akan membatu kamu." Morgan segera bersiap tetapi terkejut melihat sosok orang bernama charlos yang terlihat gemulai, "Ayo mas Morgan, karlos bantu ganti baju. Ucap Karlos manja dengan langkah gemulai Karlos menuju ruang ganti.
Didalam ruang ganti, lagi-lagi Morgan mendapatkan pengalaman yang membuat dia merasa Extra ordinary mengejutkannya.
"Ini pakaian yang PSk pakai saat pemotretan," ucap Oskar sambil tersenyum senang memamerkan setiap model pakaian rancangannya.
Mata Morgan melebar melihat model pakaian tersebut.Morgan merasa aneh, "Ini pakaian apa mas?" tanya Morgan heran. sambil mengangkat keatas dan melebarkan pakaian tersebut untuk melihat bentuk pastinya.
Karlos bertopang dagu dan senyum dengan bangga, "Yah bisa dikatakan, ini Bikini untuk pria rancangan aku sendiri, " jawab Karlos dengan gaya centilnya.
Karlos memilah-milah mana yang cocok dengan postur tubuh Morgan yang cukup atletis, "Hmm...,menurut Karlos ini bakalan cocok sama mas Morgan," ucap Karlos dan merapatkan Bikini itu pada tubuh Morgan untuk menyesuaikannya.
"Coba mas Morgan pakai, Karlos mau lihat cocok atau tidak?" Karlos menyerahkan bikini itu ketangan Morgan dan tidak lupa mengedipkan mata kearah Morgan.
Hampir saja Morgan tersedak ludahnya sendiri. Segera morgan masuk ke kamar pas dan memakai bikini itu.Saat Morgan keluar dari kamar pas, mata Karlos terbelalak lebar sambil jarinya menutup mulutnya yang tadi menganga karena takjub.
"Woww...! Cucok sekali, Mas Morgan tambah kelihatan seksi. Jantung Karlos berdetak kencang nih lihat mas Morgan pakai Bikini ini," Karlos terus memandangi Morgan dari tiap sudut. matanya mengarah pada bagian bawah tubuh Morgan yang menonjol. Morgan langsung mengerti ketika melihat tatapan Karlos yang sudah mulai berbeda. Morgan mawas diri dan harus berhati-hati. Bisa saja si Karlos ini melakukan serangan fajar mendadak yang tidak dia ingini dari seorang yang sama jenisnya dengan Morgan.
Saat Morgan merasa sedikit takut akan sikap Karlos. Tante Monik datang dan menghampiri mereka berdua.
"Karlos! Mengapa kalian lama sekali sih ganti bajunya. Atau jangan-jangan kamu gangguin PSK disini yah?untuk muasin kamu." Bentak tante Monik yang sudah terlihat mulai marah.
Morgan dan Karlos segera berkumpul diruang meeting yang dibuat khusus.
Karlos ketakutan dan mulai gemetar, "Ti-tidak tante, Karlos tidak menggangu mas Morgan," Karlos menangis layaknya seperti perempuan hatinya juga cepat rapuh. Morgan kasihan melihat Karlos dan ingin membela Karlos."Karlos benar tante, dia tidak menggangu saya," bela Morgan.
"Ingat yah kalau ada anak PSK saya yang berhubungan dengan Karlos atau sesama jenis baik karena dibayar atau sama-sama suka. Saya tidak ijinkan mereka tinggal disini! Mereka harus keluar dari club saya dan membayar denda pelanggarannya yang kalian tau nilainya cukup tinggi." Gertak tante Monik yang tidak main-main akan ancamannya.
"Saya jijik dengan hal seperti itu karena psk saya akan terkontaminasi. Juga reputasi club ini akan buruk dimata pelanggan. Mengerti semuanya?!" Sahut tante Monik dengan lantang.
"Mengerti tante!! Ucap serentak semua pegawai Monik.
Tante Monik menarik Morgan ke hadapan para PSK lainya, dengan mengenakan costum yang Karlos berikan.
Tante Monik mulai memperkenalkan mereka satu persatu. "Morgan ini Andika, dia sudah dua tahun bekerja disini." Andika mengulurkan tangan hendak menjabat tangan Morgan."Ini Alex dia juga sudah cukup lama disini, hampir lima tahun" Alex menatap sinis pada Morgan dan terasa berat menjabat tangan Morgan. Dia bingung mengapa tatapan Alex seperti membenci dirinya.
'Masa sih aku baru pertama kerja sudah ada yang memusuhi. Apakah kami sebelumnya pernah bertemu?' bisik Morgan dalam hati penuh tanya.***
To be countinue.Satu persatu pekerja PSK diperkenalkan kepada Morgan."Ada satu lagi anak PSK club ini, dan sekarang ini dia sedang berlibur bersama pelanggan yang menyewanya dengan full. Kemungkinan besok dia pulang, namanya Jaxi. Kamu harus banyak bertanya kepada Jaxi. Dia Psk paling digemari disini. Mungkin nanti kamu bisa menggantikan kepopulerannya," ucap Monik sambil tersenyum penuh arti. Morgan seperti mengenal nama yang barusan disebutkan tante Monik. Dia merasa nama itu sangat tidak asing ditelingannya. Nama itu seperti nama kakak seniornya, waktu Morgan masih kuliah dulu. Tetapi Morgan tidak berani menduga jika belum melihat wajah Jaxi langsung. Apakah itu Jaxi yang dia kenal, atau hanya memiliki nama yang sama. Tante Monik mengajak Morgan untuk melihat kamar istrihatnya. PSK tidak diharuskan tinggal disana tetapi kamar yang disediakan club juga sering digunakan untuk mereka bekerja selain dihotel. Tergantung kemauan pelanggan, mereka ingin bercinta di
Ini hari pertama Morgan mulai melayani tamunya. Monik mengirim pesan kepada Morgan kalau nanti jam satu siang dia harus melayani tamu yang bernama tante Friska. Dalam aturan Club para PSK tidak boleh banyak berbicara kepada pelanggan. Tugas mereka hanya melayani saja dan tidak boleh menceritakan masalah hidupnya atau seluk beluk kehidupannya. Semua penuh rahasia, hubungan yang terjadi hanyalah hubungan penjual dan pembeli. Hubungan antara psk dan pelanggannya.Morgan berangkat tepat waktu. Dia juga sudah mengundurkan diri dari hotel tempatnya bekerja. Sesampai di club, Morgan langsung bersiap-siap didalam kamarnya. Pelayan yang mengurus kamar para psk sudah menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan mulai dari minyak Jaitun, alat kontrasepsi, tissu dan peralatan mandi sudah disiapkan untuk para pelanggan. Bahkan Club menyediakan koki khusus untuk memasak makanan pesanan para tamu yang lapar sehabis bercinta.Masih sisa sepuluh menit dari kedatangan tante Friska,
"Happy birthday to...you..."Prokk...Prokk...Prokk...Suara tepukan tangan berkumandang setelah menyanyikan lagu ulang tahun untuk Michele. Morgan mencium dan memeluk Michele. Begitu pun bibi Febe turut mengucapkan selamat kepada Michele dan berdoa untuk kesehatannya."Selamat ulang tahun ya sayang. Bibi hanya bisa membuat kan kamu shyal berwarna pink ini sebagai hadiah," bibi Febe langsung melilitkan shyal tersebut ke leher Michele. Agar Michele tetap merasa hangat di musim penghujan ini."Michele harus mengucapkan apa kepada bibi?" Ujar Morgan mengajarkan putrinya."Terimakasih bibi, Michele senang sekali sama warnanya" ucap Michele sambil tersenyum manis.Michele mengambil kado yang ada didalam kotak kue ulang tahunnya."Ini apa pah?" tanya Michele penasaran."Itu tadi diberikan tante pelayan toko kue,tempat papa membeli kue ulang tahun kamu. Tante itu juga mengucapkan ulang tahun untuk Michel
Morgan telah standby dikamar. Tante Tita mulai memasuki kamar yang dipandu oleh petugas Club.'Memang dasar! Para wanita-wanita pemburu kenikmatan. Bahkan disaat mati lampu saja mereka tidak mau membuang waktu' Sungut Morgan dalam hatinya."Hallo, selamat datang tante Tita!" sapa Morgan dalam remangnya lampu kamar."Nama kamu Morgan? Seperti nama salah satu mahasiswa saya dulu. Suara kamu juga hampir sama dengannya?" Sahut Tante Tita. Sesat Morgan menelan salivanya karena takut. Sepertinya tante Tita mulai mencurigainya.Morgan tertawa namun hatinya masih was-was, "Tante mau melucu yah, kita kan baru kenal hari ini. Ok, sebelum kita mulai nama samaran saya adalah Morgan dan itu bukan nama sebenarnya," Jawab Morgan yang mencoba berkelit untuk menghindari jati dirinya dihadapan Tita, pelanggannya."Sudahlah, lagipula mana mungkin anak orang kaya raya itu berada di tempat seperti ini. Ayo sayang, come to mama!" untungnya ta
Pagi ini Morgan datang ke Club hanya untuk meminta ijin kepada tante Monik. Siang ini Michele akan menjalani operasinya, dirumah sakit tempat michele dirawat selama ini.Tante Monik memberikan cuti kepada Morgan selama empat hari. Tante Monik juga memberikan sedikit uang kepada Morgan untuk kebutuhan Michele selama Morgan tidak bekerja.Morgan kembali kerumah sakit dan berpapasan dengan seorang wanita muda yang sedang duduk di kursi roda. Wanita itu hendak memetik setangkai bunga yang berada tepat dihadapannya, diarea pekarangan taman rumah sakit. Namun wanita itu tidak bisa menggapainya karena kakinya tidak dapat digerakkan. Morgan mencoba memetiknya dan memberikan kepada wanita itu."Ini nona, hati-hati dengan durinya yang tajam!" sapa Morgan dan menyerahkan bunga itu ketangan wanita itu."Terimakasih tuan, anda baik sekali." jawab Wanita itu. "Nama saya Morgan, saya sering melihat anda
Morgan kali ini mendapatkan pelanggan yang cukup ramah dan royal. Setelah pekerjaannya selesai, Morgan segera bergegas ke rumah sakit. Tetapi dia menyempatkan dirinya mampir ke toko langganannya, untuk membeli hadiah kecil yang akan dia berikan kepada Michele putrinya.Biasanya Morgan akan membelikan pie apel kesukaan Michele, namun kali ini Morgan hanya membelikan sebuah mainan sederhana untuk Michele. Karena Michele saat ini dalam masa penyembuhan pasca habis operasi jantung yang dilakukan kemarin lusa. Jadi untuk saat ini Michele tidak diperbolehkan memakan - makananan dari luar rumah sakit.Morgan meminta pegawai toko itu agar membungkus mainan yang Morgan beli dengan kertas kado, serta diikat dengan pita berwarna pink kesukaan Michele.Setelah selesai membelikan hadiah untuk putrinya, Morgan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit. Morgan lalu menghentikan taksi yang melintas. Baru saja Morgan hendak membuka pintu taksi itu, t
Sisa cuti Morgan masih tinggal satu hari dan kali ini Morgan ingin memanfaatkan waktunya untuk mengajak Michele keluar kamar, untuk menghirup udara segar diluar kamar.Morgan lalu menanyakan kepada dokter yang menangani operasi Michele, apakah Morgan dapat membawa Michele melihat taman pagi ini dibantu dengan kursi roda? Dokter lalu mengijinkan Morgan. Tetapi dengan satu syarat pasien boleh keluar kamar hanya sebentar dan pasien jangan sampai merasa lelah karena itu dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, sebab alat yang dipasangkan pada jantung Michele masih belum bekerja secara stabil. Begitulah keterangan dokter yang menangani operasi putrinya itu."Michele ingin melihat bunga-bunga ditaman, tidak?" Tanya Morgan kepada putrinya.Bibir Michele tersenyum lebar, "Michele mau, pa!" Jawabnya riang.Morgan lalu mengambil kursi roda dan menggendong putrinya untuk duduk dikursi roda. Bibi Febe memakaikan sweeter dan melilitkan
Setelah mengatarkan Laura, Morgan segera kembali menuju ruangan Michele. Morgan takut putrinya itu mencari-cari dan menanyakan dirinya. Tetapi Morgan berubah pikiran, dia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Morgan lalu pergi ke cafe yang masih berada disekitar area rumah sakit. Morgan mengambil ponselnya dan menghubungi pengasuh Michele yaitu bibi Febe, untuk memberitahukan keberadaannya kini agar Febe dan Michele tidak terlalu menghawatirkan dirinya.Setelah tiba di cafe Morgan segera mengambil posisi duduk di pinggiran cafe, agar dirinya tidak terlalu terganggu dengan suasana lalu-lalang orang yang ingin membeli kopi.Morgan melambaikan tangan memanggil pegawai cafe mengantarkan menu daftar menu cafe tersebut ke mejanya. Jemari telunjuk Morgan menyusuri dan mencari nama Kopi yang ingin dia pesan, "Mbak, saya pesan kopi espreso long machiato satu cangkir saja!" ucap Morgan, pegawai itu menatap Morgan dengan heran.Morgan merasa sedikit risih denga
Morgan merasa seperti meniduri monster. Dirinya tidak habis pikir kalau saat ini dia sedang tersiksa tetapi sebaliknya pelanggannya merasa puas dan gairahnya semakin membara.Setelah puas melucuti tubuh Morgan dengan cambuk kulit serta mencumbui sekujur tubuh Morgan, Mawar dan Morgan berganti kharakter. Kali ini Morgan yang harus menyiksa tante Mawar dan Mawar adalah korban.Cetar...ceter...Suara cabukan sudah mulai terdengar dan bekas guratan cambukan mulai terlihat pada tubuh Mawar dan tanpak terlihat jelas karena kulit tubuh mawar yang berwarna sedikit kuning langsat. Pelanggannya itu tidak merasa sakit, dia semakin melenguh dan meminta Morgan untuk memperkuat cambukannya.'Gila! Wanita ini sakit?! Dia sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun. Dia menikmatinya dan semakin bergairah. Batin ku tidak kuat melakukan penyiksaan seperti ini kepada perempuan!' Maki Morgan dalam hatinya. Morgan harus memuaskan tante Mawar aga
Morgan harus kembali bekerja. Wajah Morgan terlihat sangat lesu. Semalam dia tidak dapat tidur hanya bisa memejamkan mata dua jam saja. Semua dikarenakan mimpi buruk yang melanda alam bawah sadarnya.Morgan menatap wajahnya di cermin, ada lingkaran hitam dimatanya. 'Mimpi apa itu tadi malam. Mengingatnya saja aku sudah merinding. Aku dipukuli seorang wanita yang bertubuh tinggi dan dia seakan senang dan puas melakukan hukuman itu terhadapku. Wanita itu bagaikan malaikat pencabut nyawa!' Seru Morgan dalam hatinya. Tetapi pikirnya, Morgan harus melupakan mimpi itu. Itu hanya mimpi dan hanya bunga tidur saja. Hari ini dia harus fokus kepada pekerjaannya.Karena obat-obatan Michele mulai habis sehingga Morgan harus membeli obat itu untuk putrinya dan obat-obatan tersebut harganya tidaklah murah.Morgan mengkancing lengan kemeja panjangnya, pagi ini dia memakai kemeja berwarna biru laut dengan list kotak-kotak halus yang dia pa
Setelah mengatarkan Laura, Morgan segera kembali menuju ruangan Michele. Morgan takut putrinya itu mencari-cari dan menanyakan dirinya. Tetapi Morgan berubah pikiran, dia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Morgan lalu pergi ke cafe yang masih berada disekitar area rumah sakit. Morgan mengambil ponselnya dan menghubungi pengasuh Michele yaitu bibi Febe, untuk memberitahukan keberadaannya kini agar Febe dan Michele tidak terlalu menghawatirkan dirinya.Setelah tiba di cafe Morgan segera mengambil posisi duduk di pinggiran cafe, agar dirinya tidak terlalu terganggu dengan suasana lalu-lalang orang yang ingin membeli kopi.Morgan melambaikan tangan memanggil pegawai cafe mengantarkan menu daftar menu cafe tersebut ke mejanya. Jemari telunjuk Morgan menyusuri dan mencari nama Kopi yang ingin dia pesan, "Mbak, saya pesan kopi espreso long machiato satu cangkir saja!" ucap Morgan, pegawai itu menatap Morgan dengan heran.Morgan merasa sedikit risih denga
Sisa cuti Morgan masih tinggal satu hari dan kali ini Morgan ingin memanfaatkan waktunya untuk mengajak Michele keluar kamar, untuk menghirup udara segar diluar kamar.Morgan lalu menanyakan kepada dokter yang menangani operasi Michele, apakah Morgan dapat membawa Michele melihat taman pagi ini dibantu dengan kursi roda? Dokter lalu mengijinkan Morgan. Tetapi dengan satu syarat pasien boleh keluar kamar hanya sebentar dan pasien jangan sampai merasa lelah karena itu dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, sebab alat yang dipasangkan pada jantung Michele masih belum bekerja secara stabil. Begitulah keterangan dokter yang menangani operasi putrinya itu."Michele ingin melihat bunga-bunga ditaman, tidak?" Tanya Morgan kepada putrinya.Bibir Michele tersenyum lebar, "Michele mau, pa!" Jawabnya riang.Morgan lalu mengambil kursi roda dan menggendong putrinya untuk duduk dikursi roda. Bibi Febe memakaikan sweeter dan melilitkan
Morgan kali ini mendapatkan pelanggan yang cukup ramah dan royal. Setelah pekerjaannya selesai, Morgan segera bergegas ke rumah sakit. Tetapi dia menyempatkan dirinya mampir ke toko langganannya, untuk membeli hadiah kecil yang akan dia berikan kepada Michele putrinya.Biasanya Morgan akan membelikan pie apel kesukaan Michele, namun kali ini Morgan hanya membelikan sebuah mainan sederhana untuk Michele. Karena Michele saat ini dalam masa penyembuhan pasca habis operasi jantung yang dilakukan kemarin lusa. Jadi untuk saat ini Michele tidak diperbolehkan memakan - makananan dari luar rumah sakit.Morgan meminta pegawai toko itu agar membungkus mainan yang Morgan beli dengan kertas kado, serta diikat dengan pita berwarna pink kesukaan Michele.Setelah selesai membelikan hadiah untuk putrinya, Morgan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit. Morgan lalu menghentikan taksi yang melintas. Baru saja Morgan hendak membuka pintu taksi itu, t
Pagi ini Morgan datang ke Club hanya untuk meminta ijin kepada tante Monik. Siang ini Michele akan menjalani operasinya, dirumah sakit tempat michele dirawat selama ini.Tante Monik memberikan cuti kepada Morgan selama empat hari. Tante Monik juga memberikan sedikit uang kepada Morgan untuk kebutuhan Michele selama Morgan tidak bekerja.Morgan kembali kerumah sakit dan berpapasan dengan seorang wanita muda yang sedang duduk di kursi roda. Wanita itu hendak memetik setangkai bunga yang berada tepat dihadapannya, diarea pekarangan taman rumah sakit. Namun wanita itu tidak bisa menggapainya karena kakinya tidak dapat digerakkan. Morgan mencoba memetiknya dan memberikan kepada wanita itu."Ini nona, hati-hati dengan durinya yang tajam!" sapa Morgan dan menyerahkan bunga itu ketangan wanita itu."Terimakasih tuan, anda baik sekali." jawab Wanita itu. "Nama saya Morgan, saya sering melihat anda
Morgan telah standby dikamar. Tante Tita mulai memasuki kamar yang dipandu oleh petugas Club.'Memang dasar! Para wanita-wanita pemburu kenikmatan. Bahkan disaat mati lampu saja mereka tidak mau membuang waktu' Sungut Morgan dalam hatinya."Hallo, selamat datang tante Tita!" sapa Morgan dalam remangnya lampu kamar."Nama kamu Morgan? Seperti nama salah satu mahasiswa saya dulu. Suara kamu juga hampir sama dengannya?" Sahut Tante Tita. Sesat Morgan menelan salivanya karena takut. Sepertinya tante Tita mulai mencurigainya.Morgan tertawa namun hatinya masih was-was, "Tante mau melucu yah, kita kan baru kenal hari ini. Ok, sebelum kita mulai nama samaran saya adalah Morgan dan itu bukan nama sebenarnya," Jawab Morgan yang mencoba berkelit untuk menghindari jati dirinya dihadapan Tita, pelanggannya."Sudahlah, lagipula mana mungkin anak orang kaya raya itu berada di tempat seperti ini. Ayo sayang, come to mama!" untungnya ta
"Happy birthday to...you..."Prokk...Prokk...Prokk...Suara tepukan tangan berkumandang setelah menyanyikan lagu ulang tahun untuk Michele. Morgan mencium dan memeluk Michele. Begitu pun bibi Febe turut mengucapkan selamat kepada Michele dan berdoa untuk kesehatannya."Selamat ulang tahun ya sayang. Bibi hanya bisa membuat kan kamu shyal berwarna pink ini sebagai hadiah," bibi Febe langsung melilitkan shyal tersebut ke leher Michele. Agar Michele tetap merasa hangat di musim penghujan ini."Michele harus mengucapkan apa kepada bibi?" Ujar Morgan mengajarkan putrinya."Terimakasih bibi, Michele senang sekali sama warnanya" ucap Michele sambil tersenyum manis.Michele mengambil kado yang ada didalam kotak kue ulang tahunnya."Ini apa pah?" tanya Michele penasaran."Itu tadi diberikan tante pelayan toko kue,tempat papa membeli kue ulang tahun kamu. Tante itu juga mengucapkan ulang tahun untuk Michel
Ini hari pertama Morgan mulai melayani tamunya. Monik mengirim pesan kepada Morgan kalau nanti jam satu siang dia harus melayani tamu yang bernama tante Friska. Dalam aturan Club para PSK tidak boleh banyak berbicara kepada pelanggan. Tugas mereka hanya melayani saja dan tidak boleh menceritakan masalah hidupnya atau seluk beluk kehidupannya. Semua penuh rahasia, hubungan yang terjadi hanyalah hubungan penjual dan pembeli. Hubungan antara psk dan pelanggannya.Morgan berangkat tepat waktu. Dia juga sudah mengundurkan diri dari hotel tempatnya bekerja. Sesampai di club, Morgan langsung bersiap-siap didalam kamarnya. Pelayan yang mengurus kamar para psk sudah menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan mulai dari minyak Jaitun, alat kontrasepsi, tissu dan peralatan mandi sudah disiapkan untuk para pelanggan. Bahkan Club menyediakan koki khusus untuk memasak makanan pesanan para tamu yang lapar sehabis bercinta.Masih sisa sepuluh menit dari kedatangan tante Friska,