"Jangan! tante," ucap Morgan sambil menahan jemari tante Monik yang hampir menyusup memasuki celana jeans yang dipakai Morgan.
Monik menyingkirkan tangan Morgan yang menahan jemari tangan Monik, "Aku sedang mengajari mu sayang untuk bisa bekerja disini!" Ucap Monik yang sudah tidak sabar sejak tadi menunggu Morgan agar agresif.
Morgan segera menjauh dan menghempas pelan tubuh tante Monik yang sudah dipangkunya.
"Apa maksud tante? Apa pekerjaan yang tante maksud aku tidak mengerti?!" sahut Morgan bingung sambil mengancing kembali kemeja yang sudah dibuka perlahan oleh tante Monik.
"Sayang, hanya pekerjaan seperti inilah kamu bisa mendapatkan uang dengan cepat. Hanya dengan memberikan kepuasan kepada kami para wanita yang butuh kehangatan dari lelaki tampan dan perkasa seperti kamu!" ucap tante Monik sambil mengecup daun telinga Morgan. Membuat Morgan hampir teransang lagi.
"Aku tidak bisa tante. Ini pekerjaan kotor!" Seru Morgan tegas.
"Bukan! Ini bukan mencuri atau membunuh sehingga kau anggap kotor. Ini hanya pekerjaan berdagang, kamu menjual dan para wanita kaya itu pembelinya. Tidak ada yang dirugikan?!" Bentak tante Monik yang tersinggung akan perkataan Morgan barusan.
"Kamu hanya melayani mereka. Lagi pula kamu sebagai pria tidak bisa tanpa kebutuhan biologis kan? Kamu pasti butuh sentuhan wanita, jadi tunggu apalagi mereka akan memberikan mu uang yang kau butuhkan!" Monik terus menjelaskan agar Morgan tergiur dan setuju bekerja dengan Monik.
Morgan terdiam dia bingung harus setuju atau tidak. Tetapi keadaan dan waktu menuntut dia harus bisa mengumpulkan uang untuk operasi Michele. Wajah Michele yang mengenakan selang oksigen dan terbaring lemah serta pucat selalu melintas di pikiran Morgan.
"Kalau kau bingung harus memulainya dari mana, ayo lakukan bersamaku! Sejak tadi aku sudah menahannya sayang." Ucap tante Monik dan tanpa basa-basi langsung mendaratkan kembali bibirnya pada bibir Morgan. Morgan tidak kuasa sebagai pria normal dia menyambut serangan tante Monik dan pertahanannya pun lepas. Hasratnya yang telah lama tidak dia tumpahkan membuat dirinya hilang pertahanan. Ditambah lagi Morgan marah kepada dirinya sendiri, karena tidak bisa berbuat lebih untuk pengobatan putrinya itu.
Tante Monik menuntun tubuh Morgan ke sofa bed agar mereka lebih leluasa memainkan permainan Monik. Mereka bergulat diatas sofa besar itu, kecupan Morgan turun keleher. Selanjutnya kebagian terindah yang ada pada wanita. Morgan menurunkan pakaian bagian atas milik Monik, terlihat dada Monik yang indah dan sangat ranum pada bagian terkecil dari gundukan itu. Monik melenguh saat bibir basah Morgan menyentuh bagian kecil dari guundukan itu.
Rambut kepala Morgan terus diremas tante Monik lalu mendorong kepala Morgan turun kebawah.Morgan menaikkan kepalanya dan melirik tante Monik meminta persetujuan darinya untuk menyentuh daerah sensitiv Monik.
"Bermainlah disitu sayang. Buat aku terbang segera!" ucap tante Monik lirih.
Morgan dengan sigap melakukanya membuat lenguhan Monik bertambah. Semakin tante Monik mendesah Morgan semakin lihai memainkannya.
Setelah beberapa menit bermain di area itu. Kini giliran tante Monik yang berbalik melayani Morgan. Monik langsung mengambil posisi yang disukai oleh para pria.
Morgan kewalahan, Monik memainkan senjata sensitivnya Morgan sampai dirinya mengerang keras. Setelah Intro yang mereka buat saling imbang terpuaskan Monik meminta Morgan memulai penyatuan mereka.Mereka mulai menyatukan diri. Monik sangat lihai memainkan iramanya.
"Perhatikan sayang setiap gerakan yang aku ajarkan padamu. Itu semua adalah gerakan yang disukai para wanita!" ucap tante Monik dengan nafas yang terengah-engah. Monik mengajarkan semua hingga mereka bisa bertemu pada puncaknya.
"Saat penyatuan berikan ciuman dan sentuhan yang membuatnya tetap teransang. Sampai pada klimaks nya!" Jelas Monik yang posisi tubuhnya menduduki tubuh Morgan. Monik mengajarkan tekhniknya semua sambil mempraktekkannya.
Morgan rebah disamping tante Monik dengan cucuran keringat dan nafas yang terengah-engah setelah pergulatan mereka selesai. Sementara tante Monik terlihat seperti tidak merasa lelah, tetapi puas. Padahal mereka sudah memainkan beberapa kali permainan yang Monik inginkan.
Monik langsung memakai kembali pakaiannya dan menyalakan rokoknya. menyesapnya dalam dan menghembuskannya, sambil terus menatap Morgan yang sudah lelah disampingnya.
"Kamu harus memakan makanan penunjang keperkasaan. Disini semua makanan diatur oleh ahli gizi yang tante bayar. Kalian hanya boleh makan bebas saat hari minggu atau saat tamu mengajak kalian makan diluar. Selanjutnya semua harus sehat dan kami awasi. Karena makanan menentukan kesehatan keperkasaan kalian. Bukan hanya berolah raga saja!"
Morgan hanya mendengarkan, dia tidak berkata apa-apa. Lelah nya masih belum hilang.
"Pembagian dari hasil kerja 60 masuk kantor dan 40 bagian kamu kalau ada uang tip itu sepenuhnya hak milik pekerja. Kecuali jika mereka pernah kasbon . Maka saya akan memotong dari uang tip mereka! " Monik menjelaskan secara detil peraturan dan pembagian hasil pada Clubnya.
Morgan mencoba bangun dari sofa dan memakai kembali pakaiannya lalu duduk di sofa.
"Kemampuan mu sudah cukup bagus. Kamu bisa mengimbangi permainan tante!" ucap Monik dan dia membuka dompetnya lalu meraup uang kertas yang tertata rapih pada dompetnya. Monik tidak perduli berapa jumlahnya dan dia langsung memberikannya kepada Morgan.
"Ini bayaran ku dan kau tante nyatakan lulus karena sudah bisa mengimbangi permainan tante!" Monik meletakkan uang itu diatas paha Morgan lalu tante Monik mengecup kening Morgan seraya berterimakasih.
Morgan meraih uang itu dengan ragu. Lalu dia menghitung jumlah uang itu. Matanya takjub dengan nilai yang tante Monik berikan. Jumlah nya setengah dari gaji pokoknya dihotel. Morgan akhirnya tergiur untuk pekerjaannya itu mesti ada sedikit keraguan dalam hatinya, Morgan memikirkan Michele. Bagai mana suatu hari nanti Michele mengetahui pekerjaan ayahnya. Morgan tidak sanggup memikirkan hal itu. Namun tante Monik sejak tadi memperhatikan Morgan seolah dapat membaca apa yang memberatkan Morgan untuk menerima pekerjaan itu.
"Sayang, Kau masih ragu atau memikirkan Michele kah?" tanya Monik dan Morgan mengangguk lemah.
"Kau kan tidak selamanya bekerja seperti ini. Setiap tahun umur mu pasti bertambah dan kami akan mengganti yang lebih muda dan fresh. Jadi manfaatkan kemudaan mu!" Jelas Monik menepis keraguan Morgan.
Apa yang dikatakan tante Monik benar, pikir Morgan. Dia tidak akan selamanya menjadi seorang PSK. Morgan pun sudah mulai merasa yakin akan keputusannya.
"Ok tante, kapan saya dapat memulainya?" tanya Morgan.
"Besok lusa. Tante terlebih dahulu harus menyebar foto kamu pada klien-klien kita. Untuk itu kamu besok akan ada sesi pemotretan bertempat dirumah ini juga!"
"Baik tante. Saya akan datang tepat waktu," jawab Morgan
"Besok tante akan memperkenalkan kamu pada semua pekerja Club ini. Ingat jangan sampai situasi di tempat ini keluar dan tersebar kedunia luar. Tante memiliki mata-mata dan preman-preman yang siap membuat PSK disini menderita jika tidak mengikuti aturan!" Ancam tante Monik. Dan Morgan menganggukkan kepala tanda dia cukup mengerti apa yang tante Monik jelaskan semua.
"Ok. Tante ada urusan diluar. Kamu pasti sudah lapar. Kamu boleh meminta Rani menyiapkan makan siang untuk mu. Katakan kamu adalah tamu tante!"
Setelah mengatakan itu tante Monik lalu keluar diikuti oleh Morgan dari belakang.
"Ran...Rani..., tolong suguhkan makan siang untuk Morgan. Ibu mau keluar sebentar yah!"
Tante Monik berteriak memanggil Rani pelayan ditempat itu yang mengurusi kebutuhan rumah tangga. Rani segera menyiapkan hidangan makan siang untuk Morgan.Rani terkagum melihat ketampanan Morgan. Matanya selalu melirik kearah Morgan. Tetapi dia tidak berani menggodanya karena Rani tau Morgan adalah tamu majikannya.
"Tambah mas? Ini ikan tongkolnya enak loh. Masakan saya sendiri," tukas Rani basa-basi.
"Terimakasih mbak, daging ayam ini saja sudah cukup. Kalau makan ikan tongkol saya suka gatal-gatal." Morgan terus melahap hidangan dihadapannya.
"Gatal apanya mas Gan?" tanya Rani pura-pura tidak paham seraya meledek Morgan.
"Badan saya gatal-gatal. Alergi ikan tongkol," jawab Morgan lagi.
"Oh..., saya kira gatal yang lain biar Rani bantuin garutin gituh!" Rani cekikikan saat Morgan tersedak mendengar perkataan Rani barusan dan langsung memberikan Morgan minum.
"Kalau Rani paling suka ikan tongkol, apalagi kepalanya. Wiihh...,enak loh kalau digerogotin dan tulangnya di hisap-hisap sampai sarinya habis!" ucap rani sambil membayangkannya.
Morgan semakin merasa tidak nyaman dan mulai was-was. Rani bercerita tetapi mata nya mengisyaratkan sesuatu kepadanya. saat matanya mengarah pada Morgan.
'Wah gawat! Memang benar ini tempat untuk mesum. Bahkan pelayannya saja mesum. Aku harus hati-hati ini, sebelum wanita nafsunya meledak. sebaiknya aku harus cepat pergi dari sini!' Bisik Morgan dalam hati dan dia dengan segera menghabiskan makan siangnya lalu meneguk sekali lagi sampai habis air minum pada gelasnya.
"Terimakasih ya mbak. Masakan mbak Rani enak sekali!" seru Morgan sambil bersiap-siap memasang kuda-kuda untuk kabur.
"Masak-Masakan enak mah kecil mas! Rani juga bisa buat enak yang lain mas, Mau coba gak?" Ledek Rani dan Morgan sudah mulai panik dengan cepat dia langsung berpamitan pulang.
"Makasih ya mbak, maaf saya permisi pulang dulu yah!" Morgan mengambil langkah seribu bahkan dia hanya melambaikan tangannya saja pada penjaga rumah itu.
Morgan terus berlari sampai dia menemukan taksi. Didalam taksi dia menarik nafas panjang dan menghempaskannya.Supir taksi melirik dari kaca kemudi, "Dikejar orang gila ya pak? Sepertinya bapak ketakutan?!" tanya supir taksi itu.
Morgan masih mengatur nafasnnya. "Benar pak, tepatnya cewek gila!" jawab Morgan dengan nafas terengah-engah.
Supir Taksi itu pun segera melajukan mobilnya dengan cepat.
***
To be countinue.Morgan menyisir rambut Michele. Wajah putrinya itu sedikit pucat."Papa kemarin kemana? Michele tidak melihat papa. yang ada hanya bibi Febe," tanya Michele sambil melilit-lilit pita berwarna pink miliknya."Papa sedang mencari pekerjaan tambahan nak," Ucap Morgan sambil menelan ludahnya karena dia bingung harus memberi menjawaban apa kepada Michele.Morgan mengikatkan pita pink itu pada rambut Michele yang panjang hitam dan lurus. Morgan sangat piawai memakaikan Michele pita, sepertinya dia sudah terbiasa mendandani rambut putrinya itu."Putri papa sudah rapih, cantik dengan pita berwarna pink," tukas Morgan dan menyodorkan cermin kecil kehadapan Michele dan Michele tersenyum manis melihat dirinya yang cantik di cermin.Morgan mengenggam jemari tangan Michele dan mengecup kening putrinya."Michele tidak takut kan menjalani operasi nanti?" tanya Morgan cemas. Karena anak seumur Michele harus merasakan namanya meja ope
Satu persatu pekerja PSK diperkenalkan kepada Morgan."Ada satu lagi anak PSK club ini, dan sekarang ini dia sedang berlibur bersama pelanggan yang menyewanya dengan full. Kemungkinan besok dia pulang, namanya Jaxi. Kamu harus banyak bertanya kepada Jaxi. Dia Psk paling digemari disini. Mungkin nanti kamu bisa menggantikan kepopulerannya," ucap Monik sambil tersenyum penuh arti. Morgan seperti mengenal nama yang barusan disebutkan tante Monik. Dia merasa nama itu sangat tidak asing ditelingannya. Nama itu seperti nama kakak seniornya, waktu Morgan masih kuliah dulu. Tetapi Morgan tidak berani menduga jika belum melihat wajah Jaxi langsung. Apakah itu Jaxi yang dia kenal, atau hanya memiliki nama yang sama. Tante Monik mengajak Morgan untuk melihat kamar istrihatnya. PSK tidak diharuskan tinggal disana tetapi kamar yang disediakan club juga sering digunakan untuk mereka bekerja selain dihotel. Tergantung kemauan pelanggan, mereka ingin bercinta di
Ini hari pertama Morgan mulai melayani tamunya. Monik mengirim pesan kepada Morgan kalau nanti jam satu siang dia harus melayani tamu yang bernama tante Friska. Dalam aturan Club para PSK tidak boleh banyak berbicara kepada pelanggan. Tugas mereka hanya melayani saja dan tidak boleh menceritakan masalah hidupnya atau seluk beluk kehidupannya. Semua penuh rahasia, hubungan yang terjadi hanyalah hubungan penjual dan pembeli. Hubungan antara psk dan pelanggannya.Morgan berangkat tepat waktu. Dia juga sudah mengundurkan diri dari hotel tempatnya bekerja. Sesampai di club, Morgan langsung bersiap-siap didalam kamarnya. Pelayan yang mengurus kamar para psk sudah menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan mulai dari minyak Jaitun, alat kontrasepsi, tissu dan peralatan mandi sudah disiapkan untuk para pelanggan. Bahkan Club menyediakan koki khusus untuk memasak makanan pesanan para tamu yang lapar sehabis bercinta.Masih sisa sepuluh menit dari kedatangan tante Friska,
"Happy birthday to...you..."Prokk...Prokk...Prokk...Suara tepukan tangan berkumandang setelah menyanyikan lagu ulang tahun untuk Michele. Morgan mencium dan memeluk Michele. Begitu pun bibi Febe turut mengucapkan selamat kepada Michele dan berdoa untuk kesehatannya."Selamat ulang tahun ya sayang. Bibi hanya bisa membuat kan kamu shyal berwarna pink ini sebagai hadiah," bibi Febe langsung melilitkan shyal tersebut ke leher Michele. Agar Michele tetap merasa hangat di musim penghujan ini."Michele harus mengucapkan apa kepada bibi?" Ujar Morgan mengajarkan putrinya."Terimakasih bibi, Michele senang sekali sama warnanya" ucap Michele sambil tersenyum manis.Michele mengambil kado yang ada didalam kotak kue ulang tahunnya."Ini apa pah?" tanya Michele penasaran."Itu tadi diberikan tante pelayan toko kue,tempat papa membeli kue ulang tahun kamu. Tante itu juga mengucapkan ulang tahun untuk Michel
Morgan telah standby dikamar. Tante Tita mulai memasuki kamar yang dipandu oleh petugas Club.'Memang dasar! Para wanita-wanita pemburu kenikmatan. Bahkan disaat mati lampu saja mereka tidak mau membuang waktu' Sungut Morgan dalam hatinya."Hallo, selamat datang tante Tita!" sapa Morgan dalam remangnya lampu kamar."Nama kamu Morgan? Seperti nama salah satu mahasiswa saya dulu. Suara kamu juga hampir sama dengannya?" Sahut Tante Tita. Sesat Morgan menelan salivanya karena takut. Sepertinya tante Tita mulai mencurigainya.Morgan tertawa namun hatinya masih was-was, "Tante mau melucu yah, kita kan baru kenal hari ini. Ok, sebelum kita mulai nama samaran saya adalah Morgan dan itu bukan nama sebenarnya," Jawab Morgan yang mencoba berkelit untuk menghindari jati dirinya dihadapan Tita, pelanggannya."Sudahlah, lagipula mana mungkin anak orang kaya raya itu berada di tempat seperti ini. Ayo sayang, come to mama!" untungnya ta
Pagi ini Morgan datang ke Club hanya untuk meminta ijin kepada tante Monik. Siang ini Michele akan menjalani operasinya, dirumah sakit tempat michele dirawat selama ini.Tante Monik memberikan cuti kepada Morgan selama empat hari. Tante Monik juga memberikan sedikit uang kepada Morgan untuk kebutuhan Michele selama Morgan tidak bekerja.Morgan kembali kerumah sakit dan berpapasan dengan seorang wanita muda yang sedang duduk di kursi roda. Wanita itu hendak memetik setangkai bunga yang berada tepat dihadapannya, diarea pekarangan taman rumah sakit. Namun wanita itu tidak bisa menggapainya karena kakinya tidak dapat digerakkan. Morgan mencoba memetiknya dan memberikan kepada wanita itu."Ini nona, hati-hati dengan durinya yang tajam!" sapa Morgan dan menyerahkan bunga itu ketangan wanita itu."Terimakasih tuan, anda baik sekali." jawab Wanita itu. "Nama saya Morgan, saya sering melihat anda
Morgan kali ini mendapatkan pelanggan yang cukup ramah dan royal. Setelah pekerjaannya selesai, Morgan segera bergegas ke rumah sakit. Tetapi dia menyempatkan dirinya mampir ke toko langganannya, untuk membeli hadiah kecil yang akan dia berikan kepada Michele putrinya.Biasanya Morgan akan membelikan pie apel kesukaan Michele, namun kali ini Morgan hanya membelikan sebuah mainan sederhana untuk Michele. Karena Michele saat ini dalam masa penyembuhan pasca habis operasi jantung yang dilakukan kemarin lusa. Jadi untuk saat ini Michele tidak diperbolehkan memakan - makananan dari luar rumah sakit.Morgan meminta pegawai toko itu agar membungkus mainan yang Morgan beli dengan kertas kado, serta diikat dengan pita berwarna pink kesukaan Michele.Setelah selesai membelikan hadiah untuk putrinya, Morgan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit. Morgan lalu menghentikan taksi yang melintas. Baru saja Morgan hendak membuka pintu taksi itu, t
Sisa cuti Morgan masih tinggal satu hari dan kali ini Morgan ingin memanfaatkan waktunya untuk mengajak Michele keluar kamar, untuk menghirup udara segar diluar kamar.Morgan lalu menanyakan kepada dokter yang menangani operasi Michele, apakah Morgan dapat membawa Michele melihat taman pagi ini dibantu dengan kursi roda? Dokter lalu mengijinkan Morgan. Tetapi dengan satu syarat pasien boleh keluar kamar hanya sebentar dan pasien jangan sampai merasa lelah karena itu dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, sebab alat yang dipasangkan pada jantung Michele masih belum bekerja secara stabil. Begitulah keterangan dokter yang menangani operasi putrinya itu."Michele ingin melihat bunga-bunga ditaman, tidak?" Tanya Morgan kepada putrinya.Bibir Michele tersenyum lebar, "Michele mau, pa!" Jawabnya riang.Morgan lalu mengambil kursi roda dan menggendong putrinya untuk duduk dikursi roda. Bibi Febe memakaikan sweeter dan melilitkan
Morgan merasa seperti meniduri monster. Dirinya tidak habis pikir kalau saat ini dia sedang tersiksa tetapi sebaliknya pelanggannya merasa puas dan gairahnya semakin membara.Setelah puas melucuti tubuh Morgan dengan cambuk kulit serta mencumbui sekujur tubuh Morgan, Mawar dan Morgan berganti kharakter. Kali ini Morgan yang harus menyiksa tante Mawar dan Mawar adalah korban.Cetar...ceter...Suara cabukan sudah mulai terdengar dan bekas guratan cambukan mulai terlihat pada tubuh Mawar dan tanpak terlihat jelas karena kulit tubuh mawar yang berwarna sedikit kuning langsat. Pelanggannya itu tidak merasa sakit, dia semakin melenguh dan meminta Morgan untuk memperkuat cambukannya.'Gila! Wanita ini sakit?! Dia sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun. Dia menikmatinya dan semakin bergairah. Batin ku tidak kuat melakukan penyiksaan seperti ini kepada perempuan!' Maki Morgan dalam hatinya. Morgan harus memuaskan tante Mawar aga
Morgan harus kembali bekerja. Wajah Morgan terlihat sangat lesu. Semalam dia tidak dapat tidur hanya bisa memejamkan mata dua jam saja. Semua dikarenakan mimpi buruk yang melanda alam bawah sadarnya.Morgan menatap wajahnya di cermin, ada lingkaran hitam dimatanya. 'Mimpi apa itu tadi malam. Mengingatnya saja aku sudah merinding. Aku dipukuli seorang wanita yang bertubuh tinggi dan dia seakan senang dan puas melakukan hukuman itu terhadapku. Wanita itu bagaikan malaikat pencabut nyawa!' Seru Morgan dalam hatinya. Tetapi pikirnya, Morgan harus melupakan mimpi itu. Itu hanya mimpi dan hanya bunga tidur saja. Hari ini dia harus fokus kepada pekerjaannya.Karena obat-obatan Michele mulai habis sehingga Morgan harus membeli obat itu untuk putrinya dan obat-obatan tersebut harganya tidaklah murah.Morgan mengkancing lengan kemeja panjangnya, pagi ini dia memakai kemeja berwarna biru laut dengan list kotak-kotak halus yang dia pa
Setelah mengatarkan Laura, Morgan segera kembali menuju ruangan Michele. Morgan takut putrinya itu mencari-cari dan menanyakan dirinya. Tetapi Morgan berubah pikiran, dia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Morgan lalu pergi ke cafe yang masih berada disekitar area rumah sakit. Morgan mengambil ponselnya dan menghubungi pengasuh Michele yaitu bibi Febe, untuk memberitahukan keberadaannya kini agar Febe dan Michele tidak terlalu menghawatirkan dirinya.Setelah tiba di cafe Morgan segera mengambil posisi duduk di pinggiran cafe, agar dirinya tidak terlalu terganggu dengan suasana lalu-lalang orang yang ingin membeli kopi.Morgan melambaikan tangan memanggil pegawai cafe mengantarkan menu daftar menu cafe tersebut ke mejanya. Jemari telunjuk Morgan menyusuri dan mencari nama Kopi yang ingin dia pesan, "Mbak, saya pesan kopi espreso long machiato satu cangkir saja!" ucap Morgan, pegawai itu menatap Morgan dengan heran.Morgan merasa sedikit risih denga
Sisa cuti Morgan masih tinggal satu hari dan kali ini Morgan ingin memanfaatkan waktunya untuk mengajak Michele keluar kamar, untuk menghirup udara segar diluar kamar.Morgan lalu menanyakan kepada dokter yang menangani operasi Michele, apakah Morgan dapat membawa Michele melihat taman pagi ini dibantu dengan kursi roda? Dokter lalu mengijinkan Morgan. Tetapi dengan satu syarat pasien boleh keluar kamar hanya sebentar dan pasien jangan sampai merasa lelah karena itu dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, sebab alat yang dipasangkan pada jantung Michele masih belum bekerja secara stabil. Begitulah keterangan dokter yang menangani operasi putrinya itu."Michele ingin melihat bunga-bunga ditaman, tidak?" Tanya Morgan kepada putrinya.Bibir Michele tersenyum lebar, "Michele mau, pa!" Jawabnya riang.Morgan lalu mengambil kursi roda dan menggendong putrinya untuk duduk dikursi roda. Bibi Febe memakaikan sweeter dan melilitkan
Morgan kali ini mendapatkan pelanggan yang cukup ramah dan royal. Setelah pekerjaannya selesai, Morgan segera bergegas ke rumah sakit. Tetapi dia menyempatkan dirinya mampir ke toko langganannya, untuk membeli hadiah kecil yang akan dia berikan kepada Michele putrinya.Biasanya Morgan akan membelikan pie apel kesukaan Michele, namun kali ini Morgan hanya membelikan sebuah mainan sederhana untuk Michele. Karena Michele saat ini dalam masa penyembuhan pasca habis operasi jantung yang dilakukan kemarin lusa. Jadi untuk saat ini Michele tidak diperbolehkan memakan - makananan dari luar rumah sakit.Morgan meminta pegawai toko itu agar membungkus mainan yang Morgan beli dengan kertas kado, serta diikat dengan pita berwarna pink kesukaan Michele.Setelah selesai membelikan hadiah untuk putrinya, Morgan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit. Morgan lalu menghentikan taksi yang melintas. Baru saja Morgan hendak membuka pintu taksi itu, t
Pagi ini Morgan datang ke Club hanya untuk meminta ijin kepada tante Monik. Siang ini Michele akan menjalani operasinya, dirumah sakit tempat michele dirawat selama ini.Tante Monik memberikan cuti kepada Morgan selama empat hari. Tante Monik juga memberikan sedikit uang kepada Morgan untuk kebutuhan Michele selama Morgan tidak bekerja.Morgan kembali kerumah sakit dan berpapasan dengan seorang wanita muda yang sedang duduk di kursi roda. Wanita itu hendak memetik setangkai bunga yang berada tepat dihadapannya, diarea pekarangan taman rumah sakit. Namun wanita itu tidak bisa menggapainya karena kakinya tidak dapat digerakkan. Morgan mencoba memetiknya dan memberikan kepada wanita itu."Ini nona, hati-hati dengan durinya yang tajam!" sapa Morgan dan menyerahkan bunga itu ketangan wanita itu."Terimakasih tuan, anda baik sekali." jawab Wanita itu. "Nama saya Morgan, saya sering melihat anda
Morgan telah standby dikamar. Tante Tita mulai memasuki kamar yang dipandu oleh petugas Club.'Memang dasar! Para wanita-wanita pemburu kenikmatan. Bahkan disaat mati lampu saja mereka tidak mau membuang waktu' Sungut Morgan dalam hatinya."Hallo, selamat datang tante Tita!" sapa Morgan dalam remangnya lampu kamar."Nama kamu Morgan? Seperti nama salah satu mahasiswa saya dulu. Suara kamu juga hampir sama dengannya?" Sahut Tante Tita. Sesat Morgan menelan salivanya karena takut. Sepertinya tante Tita mulai mencurigainya.Morgan tertawa namun hatinya masih was-was, "Tante mau melucu yah, kita kan baru kenal hari ini. Ok, sebelum kita mulai nama samaran saya adalah Morgan dan itu bukan nama sebenarnya," Jawab Morgan yang mencoba berkelit untuk menghindari jati dirinya dihadapan Tita, pelanggannya."Sudahlah, lagipula mana mungkin anak orang kaya raya itu berada di tempat seperti ini. Ayo sayang, come to mama!" untungnya ta
"Happy birthday to...you..."Prokk...Prokk...Prokk...Suara tepukan tangan berkumandang setelah menyanyikan lagu ulang tahun untuk Michele. Morgan mencium dan memeluk Michele. Begitu pun bibi Febe turut mengucapkan selamat kepada Michele dan berdoa untuk kesehatannya."Selamat ulang tahun ya sayang. Bibi hanya bisa membuat kan kamu shyal berwarna pink ini sebagai hadiah," bibi Febe langsung melilitkan shyal tersebut ke leher Michele. Agar Michele tetap merasa hangat di musim penghujan ini."Michele harus mengucapkan apa kepada bibi?" Ujar Morgan mengajarkan putrinya."Terimakasih bibi, Michele senang sekali sama warnanya" ucap Michele sambil tersenyum manis.Michele mengambil kado yang ada didalam kotak kue ulang tahunnya."Ini apa pah?" tanya Michele penasaran."Itu tadi diberikan tante pelayan toko kue,tempat papa membeli kue ulang tahun kamu. Tante itu juga mengucapkan ulang tahun untuk Michel
Ini hari pertama Morgan mulai melayani tamunya. Monik mengirim pesan kepada Morgan kalau nanti jam satu siang dia harus melayani tamu yang bernama tante Friska. Dalam aturan Club para PSK tidak boleh banyak berbicara kepada pelanggan. Tugas mereka hanya melayani saja dan tidak boleh menceritakan masalah hidupnya atau seluk beluk kehidupannya. Semua penuh rahasia, hubungan yang terjadi hanyalah hubungan penjual dan pembeli. Hubungan antara psk dan pelanggannya.Morgan berangkat tepat waktu. Dia juga sudah mengundurkan diri dari hotel tempatnya bekerja. Sesampai di club, Morgan langsung bersiap-siap didalam kamarnya. Pelayan yang mengurus kamar para psk sudah menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan mulai dari minyak Jaitun, alat kontrasepsi, tissu dan peralatan mandi sudah disiapkan untuk para pelanggan. Bahkan Club menyediakan koki khusus untuk memasak makanan pesanan para tamu yang lapar sehabis bercinta.Masih sisa sepuluh menit dari kedatangan tante Friska,