Share

BAB 23

Author: Duo Sul Enjelika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di usia pernikahanku yang baru seumur jagung kini diriku terbuai dengan cinta sesaat Gayatri. Aku tega menghianati wanita yang kukejar- kejar cintanya dahulu yang kini dia sudah berstatus istriku.

Rasa bosan melanda melihat penampilannya yang dekil tidak pandai berdandan dan tidak mudah bergaul membuatku menjadi semakin bosan terhadapnya.

“Sinta! Sudi kah dirimu memaafkan kesalahanku yang tega menyakitimu?" Tak terasa air mata ini mengalir. Sebisa mungkin kumenahannya namun tetap mengalir dengan sendirinya.

Seketika kumengepalkan tangan karena teringat video Gayatri adalah seorang lelaki. Ku coba membasuh muka agar teta ptenang. Namun, hati ini tetap tersiksa akibat ulahku.

“Gayatri! Awas kamu. Akan kutemukan dirimu secepatnya yang sudah berani menipuku.”

Bersamaan dengan itu, aku terus mengingat Sinta yang tega mempermalukan Gayatri demi membuktikannya padaku.

Dirinya yang begitu lincah dengan ilmu bela diri membuatku semakin tak percaya dengan sosoknya yang selama ini ku kena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Warisan Utang Mertua   BAB 24

    Akhirnya Kak Arman datang juga untuk membebaskan kami.” Aku yang masih bingung dengan pernyataan Kesya segera bertanya. “kalian ke sini mau apa?” tanyaku dengan penasaran.“Kami... Kami..., tadi di tangkap Kak! Karena terbukti sebagai pengedar dan pemakaian obat terlarang.” Aku yang mendengar pernyataan Kesya serentak kaget. “Apa? Ini tidak mungkin. Pasti kalian dijebak.” Kugelengkan kepala ini sebagai tanda tak Terima. Namun, keraguanku dibantah oleh Kesya dan Ibu yang berjalan mendekatiku. “ Maafkan Ibu Nak! Yang dikatakan Kesya itu memang benar.” Di peluknya diriku kemudian menangis. Syukurlah, Kak Arman datang kemari untuk membebaskan kami.” Kesya segera memelukku disusul tangisannya. “Ma-maksudnya, apa Key!” Kupeluk dirinya yang menangis di pelukanku. “ Selama ini kami terus- terusan meminta uang pada Kak Arman adalah untuk membeli obat terlarang itu. Begitu juga dengan uang Sinta yang diambil oleh Ibu.” “Apa!” Mataku hanya bisa terbelalak mendengar semuanya. Rasanya un

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 25

    Kulajukan sepeda motor ini menyusulnya menuju rumah kontrakan. Masalah Ibu, biarlah dulu. Toh dia ditangkap atas kesalahannya yang mencoba membohongiku selama ini. Aku yang semakin kesal dengan ulah Gayatri, sekarang jadi makin kesal dengan ulah Ibu setelahku mengetahui sikapnya selama ini. Sinta, ternyata selama ini dia mengetahui semuanya. Tapi, kenapa aku tak pernah mengerti posisimu. Selama ini aku menjadi terpengaruh karena cinta Gayatri. Itu semua ku lakukan atas dasar kemauan Ibu juga yang berusaha memisahkan aku dengan Sinta. Akhirnya diriku sampai di kontrakan juga. Namun, mobil Sinta tak ada di sana. Kucoba masuk ke dalam, tampak suasana sangat berbeda dari waktu aku tinggal bersama Sinta di sini. “Cari siapa ya Pak?” Seorang lelaki yang bertubuh tegap keluar dari dalam. “Kamu siapanya Sinta ha?” Ku tarik kerak baju lelaki itu ketika melihat sosoknya keluar dari dalam kamar Sinta. Entah kenapa kali ini aku semakin emosi. Aku tak mau ada lelaki yang berani mendekati S

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 26

    “Kamu sudah beristri, kenapa harus cari wanita di luar sana? Ini semua karena Ibumu terlalu memanjakanmu dari dulu sehingga setelah menikah kamu masih saja bikin ulah.” Kali ini Ayah benar-benar marah dibuat olehnya. “A-Arman minta Maaf Pak, awalnya aku tak mempunyai perasaan apa pada Gayatri. Namun, karena bujukan Ibu aku berusaha membuka hati untuknya.” Kali ini Arman mencoba untuk jujur.“Plak!” Satu tamparan lagi mendarat di pipi Arman. Ayahnya juga makin emosi. “Anak tak berguna! di saat kumencoba mengadopsimu menjadi anak angkat, kukira dirimu akan membalas budi. Inikah yang kau balas pada kami sebagai orang tua angkatmu?” lanjut Ayahnya Arman. “Ma-maafkan Arman Yah! Arman janji tidak mengulanginya lagi dan akan berusaha membujuk Sinta untuk kembali,” jelas Arman mencoba meyakinkan Ayahnya. “aku tidak butuh penjelasanmu, kali ini bagaimanapun caranya, kembalikan sertifikat rumah kami. Setelah itu menjauhlah dari hidupku. Kamu juga sudah dewasa jangan berlindung di bawah keti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 27

    Part 23POV SINTAMentari pagi kini menampakkan sinarnya yang mulai menyinari belahan bumi. Diriku yang masih lemah sekuat tenaga ingin bangun duduk bersila namun tak bisa. Perlahan pandanganku melihat sekeliling tumbuhan yang tumbuh di dasar tebing seakan menyemangati ku harus bisa. Kucoba menggerakkan tubuh yang kaku ini benar saja kepalaku masih terasa sakit akibat benturan semalam. Hal yang terakhir kuingat saat hendak berkunjung ke rumah Lani yang ingin membantuku melunasi utang mertuaku secara diam-diam di Bank tempat Mas Arman menggadaikannya sertifikat rumah. Ketika motor buntutku hendak mendaki jalan yang berbukit rewelnya kambuh lagi. Mogok tepat di tempat sepi hanya mengandalkan sinar rembulan. Tepatnya di jalan dekat tebing. Mas Heri yang selalu ada siap membantuku turun untuk memeriksa. Tanpa kami sadari mobil Mas Arman diam-diam membuntuti .Entah iblis apa yang merasukinya sampai dia mempunyai niat jahat ingin mencelakaiku dan Mas Heri. Meskipun diriku ingin ber

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 28

    Asep adalah seorang asisten rumah tangga yang dipercayakan merawat rumah ini. Dibalik tingkahnya yang polos sebenarnya dia juga seorang laki-laki yang selama ini menyamar menjadi seorang wanita dengan nama Gayatri. Kini dirinya terlihat gugup, ketika Mas Arman datang lagi mencarinya. Beberapa saat kemudian Arman dipanggil oleh Bapak itu. Karena, melihat Asep yang tak kunjung keluar dari kamarnya. “ Sep! Kalau kamu tidak keluar kami dobrak pintunya ya. Kami takut kamu kenapa-kenapa di dalam.”Kini Arman dan Bapak itu sudah berdiri di depan kamar Asep. Bersiap untuk mendobrak pintunya. Baru memulai aksinya tiba-tiba Asep keluar dari kamarnya. Menggunakan sarung sebagai penutup wajah. “Loh Sep! Kenapa mukamu di tutup?” “Aku... Aku lagi demam Pak!” Sambil memegang kain penutup wajahnya. “Tapi... Tadi pagi kamu terlihat biasa saja. Aneh!” gumam Bos Asep. “Aku.. Demamnya baru Pak,” jawab Asep kemudian melangkah pergi ke kamar kecil. Arman yang melihat tingkahnya seperti tak bisa lan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 29

    “Kalian sudah saling kenal rupanya,” canda Pak Santo. “Belum pak, ku mengira tamu Bapak adalah orang yang kukenal. Karena sepertinya kita pernah bertemu,” ucap Sinta. sambil menatap tajam ke arah Asep“Oh iya, Paman! Aku dan dia memang belum saling kenal,” jawab Asep membenarkan. Kali ini dirinya harus dipertemukan oleh takdir yang membuatnya hampir syok melihat keberadaan Sinta. Sinta! Kenalkan ini Asep ponakan saya, selama ini dia bekerja di kota dan ini Sinta wanita yang berapa hari ini membantuku dalam mengurus keperluan yang ada termasuk membantuku mengurus ternak. Sinta yang melihat keberadaan Asep hanya bisa Menatapnya dengan santai karena selama ini orang yang dicarinya dengan susah patah malah datang dengan sendirinya di hadapannya. “Oh ya Sin, bisakah kamu memasak untuk makan malam? Karena kata ponakanku dia akan tidur di sini.” “Ti-tidak paman! Asep tidak jadi tidur di sini. Karena, masih ada pekerjaan yang harus Asep selesaikan,” ujarnya. “loh! Kenapa berubah pikira

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 30

    “Sa-saya paman!” ucap Asep dari dalam kegelapan. “Loh, ngapain kamu di sana Sep?” pak Santo sambil menggosok-gosok matanya yang masih setengah terbuka. “Aku... Aku lagi sakit perut paman. Mau buang air!” balasnya dari sana dengan ancaman Sinta. “Oh iya, paman masuk dulu. Kamu hati-hati karena di sini kadang berkeliaran anjing hutan.” Kemudian Pak Santo berlalu. Tanpa rasa curiga dia pergi meninggalkan Asep yang lagi dikerjai oleh Heri dan Sinta. Sinta melepaskan cengkeramannya di leher Asep sebagai ancaman. “Bagus anak pintar!” Ditepuknya pipi Asep yang merah akibat tamparannya karena emosi. Kini Sinta semakin menjadi akibat ulah Asep yang tak mau mengatakan di mana uang hasil penggadaian sertifikat rumah mertuanya tersebut. “Aduh Mbak, sudah kubilang uang yang Asep dapatkan hanya sepuluh juta. Itu sudah kukirim untuk orang tua Asep di kampung.” Tangisannya semakin pecah. “Terus uangnya ke mana? Jika kamu tak bisa mengatakannya akan kubuang dirimu di tengah hutan agar menjadi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Warisan Utang Mertua   BAB 31

    Ahk, Tolong!” Sinta menutup kepalanya dengan telapak tangan sambil meminta tolong. Pak Santo yang mendengar suaranya membatalkan Ayunan gobloknya di kepala Sinta. “Sinta! Kamu kah itu?” dirinya mendekat untuk memastikan. “I-iya Pak de, ini diriku. Maaf malam gini keluyuran.” “Kamu... Dari mana saja Sin? Apa kamu sebagai perempuan tak takut pergi keluar di tengah kegelapan malam begini?” “Sebenarnya takut pak De. Tapi... Sinta keburu mau buang air.” Wajah polosnya mulai beraksi untuk meyakinkan Pak Santo. “ini Asep mana juga, tak ada pulang sejak tadi,” sesekali pandangannya menjauh ke arah luar. Pak, saya mau pamit ke dalam dulu ya mau kembali ke tempat peristirahatan.” Sinta masuk ke kamarnya yang sudah disediakan Pak Santo sejak kedatangannya ke tempat itu. “Iya, jangan lupa jendela kamu ditutup rapat. Nanti ada hewan biasanya masuk tanpa sepengetahuanmu.” Kini Pak Santo juga berbalik arah kembali ke tempat peristirahatannya. Kali ini Sinta hampir saja ketahuan. M

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Warisan Utang Mertua   BAB 43

    “A-aku kenapa?” tanya Sinta ketika tersadar dari pingsannya. Dilihatnya sekeliling ruangan dengan pandangan liar.“ Bu Sinta pingsan di ruangan. Sepertinya Ibu kelelahan. Sebaiknya Ibu pulang dan istirahat di rumah saja,” ujar salah satu guru wanita yang berdiri di hadapannya.“ Baiklah, sebaiknya mungkin seperti itu. Aku pamit ya Ibu-ibu,” balas Sinta seraya berdiri memakai sepatunya.Kemudian salah satu guru pria memberikan tas dan kunci mobilnya. Dirinya masih dalam keadaan sedikit pusing tetapi tetap berusaha menuju jalan pulang dengan mengendarai mobilnya.***“ Eh, Mbak Sinta! Kok pulang cepat?” tanya Mbak Novita ingin tahu. “Aku lagi kurang enak badan Mbak, jadi...lebih memilih pulang cepat,” ujarnya sambil melangkah ke kamarnya untuk beristirahat.Matanya seketika mulai terlelap ketika menjatuhkan diri di atas pembaringan. Dalam tidurnya sosok gadis kecil yang dilihatnya tadi muncul lagi dalam mimpinya. “ Bu, Ibu ayo ikut aku Bu. Di sini aku kedinginan, di ruangan gelap aku

  • Warisan Utang Mertua   BAB 42

    Hari- hari dilalui Sinta dengan kesendirian rasanya mulai membosankan. Mas Heri yang dulu selalu membantu ketika dirinya mengalami kesusahan saat ini mulai menjauh darinya.Karena sudah menemukan sosok Ibu polwan calon pendamping yang sebentar lagi menikah dengannya. Berulang kali dirinya mencoba berani mengutarakan isi hatinya. Namun, Sinta selalu menolak dengan alasan di hatinya masih membekas sosok Arman. Sosok Arman begitu sulit untuk dilupakannya.Andaikan saja dulu Arman mau mendengarkan keluh kesahnya, mungkin dia tidak akan termakan oleh hasutan Ibu mertuanya yang ingin menguasai harta menantu. Bahkan hutang-hutang keluarga Arman tak perlu ditanggung olehnya.Seperti biasa disaat waktu subuh dirinya bersiap menghadap sang Halik. Ketika selesai sujud terakhir tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan teriakan Mbak Novita dari arah depan.“ Aaakkhh! Tolong!” teriak Mbak Novita yang mencari pertolongan dari segala arah.“ Ke-kenapa Mbak Nov? Ada apa? Apa yang terjadi?” Sinta yang

  • Warisan Utang Mertua   BAB 41

    “Hei, bangun! Beraninya sama perempuan.” Serentak ketiga lelaki itu terbangun. Di hadapan mereka Sinta mulai geram atas apa yang mereka lakukan sebelumnya.“Maaf Mbak, kami...,”“Kami apa? Jangan pikir aku akan diam atas apa yang kalian lakukan ya.” “Mbak, kami hanya menuruti apa yang diperintahkan Gayatri,” jawab lelaki yang bertubuh kurus itu.“Diam! Saya tidak tanya. Apa yang ingin kalian harapkan padaku?” “ Hei, kamu banci! Kukira dirimu sudah mati. Ternyata nasibmu masih bisa bertemu lagi denganku ya.” Diangkatnya dagu Gayatri dengan jari telunjuknya itu.“Aku begini karena Anda yang dulunya berani menyiksaku,” bantahnya.“Dulu kamu mencoba bermain-main denganku. Dengan cara merusak rumah tanggaku. Sekarang, maumu apa?” “Aku hanya ingin membalaskan dendamku dan mengambil uangmu.”Tawa Sinta seketika meledak. Kalimat yang dilontarkan Gayatri membuatnya jadi merasa lucu.“ Kali ini kamu menangkap orang yang salah. Aku hanya seorang Sinta yang penghasilan setiap bulannya tidak se

  • Warisan Utang Mertua   BAB 40

    Kini Sinta sudah tersadar kembali setelah beberapa lama dirinya sempat tak sadarkan diri akibat ulah Gayatri. Dilihatnya sekeliling tampak ruangan tertutup yang pengap udara dan sedikit gelap layaknya di dalam sebuah gudang yang sudah lama tidak terpakai .Baru saja mau menggerakkan kakinya namun terasa kaku karena lilitan tali yang mengikatnya.“ Ah! Sialan, berani macam-macam ke aku rupanya,” gumamnya dalam hati.Mulutnya yang ditutup dengan sebuah kain hitam Begitu juga dengan kaki dan tangannya membuat dirinya kesulitan dalam bergerak.“Siapa yang berani macam-macam denganku? Apakah itu memang Gayatri? Kalau memang dia kenapa dia masih hidup?” lanjutnya.Dirinya yang kini masih bertanya dalam hati seakan-akan ini suatu hal yang menjadi teka-teki bagi dirinya yang harus dipecahkan.“Oh Tuhan! Tolong aku. Semoga semuanya akan baik-baik saja,” lanjutnya memohon.Terdengar suara langkah kaki diluar membuat denyut jantungnya semakin kencang. Kini di pura-pura tidur kembali agar bisa

  • Warisan Utang Mertua   BAB 39

    Sesampainya di rumah Sinta segera turun dari mobil tanpa menunggu Heri membukakan pintu.“Mas, aku turun. Maaf karena ulah Mas Arman makan malam kita kali ini jadi kacau.” Kemudian dia melangkah masuk ke rumahnya.“Sinta! Tunggu dulu,” ucapnya sambil menahan lengannya.“ Kenapa Mas?” Rianti berbalik.“Aku...aku...” Namun tak dilanjutkannya lagi.“Kenapa dengan Mas?” tanya Rianti penasaran.“Tidak jadi. Aku takut nanti kamu tersinggung,” balas Heri.“ Ya sudah. Rianti masuk dulu ya Mas.” Dirinya berbalik kemudian segera meninggalkan Dibaringkan tubuhnya di tempat pembaringan kemudian tidur terlelap.Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah Sinta segera menuju ke sel tahanan menuju mantan Ibu mertuanya. Meskipun status mereka kini hanya mantan tapi, dirinya masih saja menganggap Ibunya sebagai mertuanya.“Maaf pak polisi kedatangan saya kemari ingin menengok Ibu Mertua saya. Apakah bisa?” tanya Sinta pada salah satu polisi yang kebetulan berjaga.“Atas nama Bu siapa mertua Anda.” po

  • Warisan Utang Mertua   BAB 38

    Malam harinya Heri sudah bersiap menjemput Sinta untuk pergi ke tempat yang sudah mereka sepakati. Dress berwarna pink senada dengan warna jilbab yang dikenakannya membuat penampilan Sinta kali ini semakin cantik mempesona.“Yuk, Sin!” Dipersilahkannya Sinta masuk ke dalam mobilnya. Kali ini Sinta duduk di depan samping Heri mengemudi.Kali ini mobil yang mereka naiki segera melaju ke Cafe. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai.Sebuah meja yang dihiasi dengan lilin dan musik yang menambah keindahan suasana Cafe malam itu. Sengaja Heri menyiapkan ini semua, karena dia ingin mengutarakan isi hatinya ke Sinta yang selama ini dipendamnya.“Mau...makan apa Sin?” Diperlihatkan menu yang tersedia.“Aku...mau makan yang seperti Mas Heri pesan,” jawabnya dengan senyum.“Sin, aku...aku mau bilang sesuatu sama kamu!” Dipegangnya hari Sinta yang terasa dingin itu.“Mau bilang apa Mas? Tumben Mas serius seperti ini. Biasanya...Mas Heri kebakaran bercanda.” Sambil sesekali melihat pemandang

  • Warisan Utang Mertua   BAB 37

    Hari-hari telah berlalu. Kesendirian Sinta mulai terasa sepi. Sosok Arman mantan suaminya selalu saja terngiang di ingatannya. “ Oh, Tuhan! Singkirkan perasaan bodohku ini pada mantan suami yang pernah menyakitiku,” gumamnya dalam hati.kali ini dirinya masih kurang fokus mengerjakan tugas administrasi kepala sekolah. karena di ingatannya sosok Arman selalu menghantui.Beberapa saat kemudian terdengar suara kurir yang mengantarkan paket di depan rumahnya.“Paket...Paket!” “Mbak Nov,! Mbak Nov! Di depan ada kurir Mbak. Siapa tahu yang diantar itu paket Mbak Nov,” ucapnya sambil menikmati makanan ringan yang ada di tangannya.Kemudian dicobanya lagi memanggil nama Mbak Novita.“Mbak Nov, paketnya datang! Namun, tak ada balasan dari Mbak Novita. Akhirnya Sinta memutuskan untuk keluar menghampiri kurir tersebut.“ I-iya sebentar,” balasnya dari dalam sambil menuju keluar.“ Paket dari siapa Pak? Perasaan saya tak punya Paket.” Kurir yang datang membawa paket menggunakan masker dan to

  • Warisan Utang Mertua   BAB 36

    Hari ini sidang cerai Sinta dengan Mas Arman. Sebagai wanita yang pernah disakiti oleh suami dan keluarganya yang hanya memanfaatkannya, dirinya menjadikan ini sebagai pelajaran agar tidak salah pilih lagi dalam mencari pendamping hidup. Setelah perceraian mereka dinyatakan sah, hatinya lega ketika semua harus berakhir seperti ini. Meski bukan perceraian yang diinginkannya. Namun, niat dan tekadnya sudah bulat untuk memberikan pelajaran pada keluarga Arman. Setelah status mereka dinyatakan sah kini keduanya segera berjabatan tangan. Sinta, yang pada saat itu ditemani oleh kedua orang tuanya dan Heri juga ada di sana. “Maaf ya Sin, selama menjadi suami kamu...aku selalu menyakitimu. Sungguh aku memang pantas mendapatkan hukuman yang setimpal,” ucapnya sambil menjabat tangan Sinta. “Aku juga minta maaf, jika selama menjadi istri Mas mempunyai salah.” Dibalasnya jabatan tangan lelaki yang baru saja sah menjadi mantan suaminya itu. Hari itu Sinta menggunakan baju berwarna pink sen

  • Warisan Utang Mertua   BAB 35

    Kali ini Sinta membawa pulang uang lima puluh juta tersebut dengan aman meskipun nyawa taruhannya. Bersyukur dirinya selamat dari serangan orang-orang Tedi. Keesokan harinya Sinta pergi bertemu Lani sahabatnya yang bekerja di salah satu bank tempat Arman menggadaikan SK rumahnya. “Lan, aku menuju ke situ ya! Aku akan menebus hutang Mas Arman setelah itu rumah tersebut akan menjadi milikmu seutuhnya,” ucapnya. “Oke! Aku menunggumu Sin. Eh, jangan lupa segera melengkapi persyaratannya. Biar perjalanan mulus.” Lani mengingatkan Sinta. “Oke, tenang saja. Semua sudah beres. Kamu menungguku dengan duduk manis.” Beberapa saat kemudian mobil Sinta berhenti di depan Bank tempat Lani bekerja. Dirinya segera melangkah masuk kemudian mengurus semua berkas yang dibutuhkan saat akan melunasi hutang Arman. “Terimakasih ya Lan, kamu... Sudah sangat membantuku. Kali ini tak sabar menunggu sertifikat rumah itu di tanganku.” Sambil memeluk sahabatnya itu. “Kamu yang sabar ya Sin, jika serti

DMCA.com Protection Status