Home / Fantasi / Warisan Sang Phoenix / Kiran dari Begonia City

Share

Kiran dari Begonia City

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2023-07-18 13:48:44

Kiran berusia 11 tahun, tinggal di Kota Begonia dengan Arhun dan Kora Wang, ayah dan ibu.

Ia bukan anak tunggal. Ada dua kakaknya, Thorn Wang tewas dalam perang melawan Chosa ketika berusia 19 tahun. Menyusul kematian Aura Wang kakak perempuan nomor dua yang juga tewas di dalam perang. Semua direkrut pihak Kekaisaran Qingchang untuk membantu Hersen melawan Chosa dan Zhouya.

Kiran masih ingat. Tatkala itu ada prajurit kekaisaran mengetuk pintu dan membawa membaca surat dari kekaisaran di depan pintu keras-keras,

“Thorn Wang dinyatakan tewas dalam perang, Kekaisaran sangat berterima kasih atas sumbangan tenaga muda almarhum…”

ibu Kiran jatuh pingsan.

Sedangkan Arhun Wang berusaha tabah, mendengar berita resmi dibacakan prajurit hingga selesai. Rumah itu berduka sebulan. Arhun berhenti bicara, hanya terdiam setiap hari.

Menyusul semusim kemudian, prajurit kekaisaran yang lain datang mengetuk rumah itu lagi. Berita pun dibaca, di depan Arhun, Kora dan Kiran.

“Skywraith kapal roh yang ditumpangi Aura Wang meledak ditembak api sihir pyromancer negeri musuh di perbatasan Kekaisaran Chosa !”

Hening dan sepi meski bibir prajurit itu terus membaca berita duka.

Arhun Wang selanjutnya terbaring di ranjang, terkena serangan penyakit mematikan. Ia berubah menjadi seperti mayat hidup, menolak berbicara dan menolak bergerak. Diam membisu diatas tempat tidur saja.

++++++

Kiran tersesat di dalam Hutan Pinus itu. Dua jam berlalu, tapi tiga kawan nakalnya tak berhasil ia ditemukannya. Tanpa sadar ia telah melangkah semakin dalam ke jantung Hutan Terlarang.

Langit menuju senja. Cakrawala tampak kelam, sebentar lagi akan gelap total pertanda malam akan tiba. Hutan terlarang seketika berubah menyeramkan. Dan Kiran merasa ia seolah-olah terlempar ke suatu tempat yang asing. Pemandangan di depan mata, hanya hutan belantara dan deretan bukit-bukit kecil. Mistis dan menimbulkan rasa gentar.

Kiran tak menyangka. Itu adalah Line Hills, kawasan tembok perbatasan antara Qingchang dan Zolia.

Di atas barisan bukit ia melihat. Ada tembok tinggi berselimut asap tipis yang warnanya gelap. Aura mistis terpancar membuat bulu kuduk Kiran meremang.

Lama larut dalam tepekur, Kiran tiba-tiba tersadar. Dia seketika jadi panik!

“Ini perbatasan antar negara. Perbatasan yang konon dijaga militer, juga ada banyak banyak ahli sihir, master pengendali elemen – yang bekerja di bawah perintah Kaisar.

“Celaka! Aku bisa saja dituduh mata-mata, alih-alih dihukum mati, sekeluarga!”

Ia menyesal. Sekarang balik mengutuk diri sendiri! "Apa sebenarnya yang telah aku lakukan? Mengapa begitu berani, menerobos tempat terlarang yang tampak mengerikan ini? Lari adalah jalan terbaik!” batin Kiran

Tapi begitu ia melangkah masuk ke hutan itu, semua tampak gelap gulita, hitam seperti tinta. Bahkan Cahaya rembulan, tak dapat menerobos ke sel-sela dedaunan.

Kiran berbalik lagi. Ia menepi di sisi hutan yang ada lapangan kecil, yang batasnya di cakrawala dimana Line Hills itu berada.

“Menunggu sampai hari terang, itu mungkin sikap bijaksana,” batin Kiran sambil membersihkan tanah di kaki pohon pinus, untuk ia berbaring

+++

Malam semakin larut. Dan Kiran tak jua memejamkan mata. Ia hanya meringkuk di bawah pohon pinus, tak berani bergerak. Ia takut, kalau ada petugas patrol melihat dan menandainya.

“Seluruh keluargaku akan dibuat sulit karena kenakalan ini. Kasihan betul ayah yang sudah lumpuh, dan ibu yang semakin tua.” Air matanya mengalir di pipi. Namun penyesalan selalu terlambat

Sejurus kemudian, setelah ia merasa tenang, Kiran mulai berpikir jernih. Keinginan untuk hidup, tumbuh begitu besar di hati.

"Aku tak ingin mati di sini?" tapi, perutnya berbunyi tanda rasa lapar kini melanda.

Sayangnya, hanya suara desiran angin malam yang dingin menyambutnya. Itu membuat rasa lapar itu semakin melanda. Apa yang harus kumakan? Bekal pun aku tak punya. Kejadian ini sungguh di luar perhitunganku,” Kiran semakin menyesal.

Semalam ia menahan rasa lapar dan dinginnya udara di hutan itu. Suara lolongan serigala, membuat iat tak berani memejamkan mata, meski rasa kantuk mulai datang.

Dia baru saja akan memejamkan matanya, ketika di ketinggian langit diatas sana, tampak dua titik kecil yang saling berkejaran. Sesekali kerlipan kecil itu meletup mirip percikan api kecil, dan sangkanya itu hanya satu fenomena alam belaka.

Tiba-tiba saja, ketika mata rasa kantuk itu makin tak tertahankan, ia menatap langit berkabut, yang tiba-tiba saja tampak menarik. Ada dua titik yang bergerak di angkasa, saling kejar mengejar. Kiran langsung berdiri. Ia melangkah keluar dari hutan, sedikit ke pinggiran lapangan rumput itu.

Dua titik itu makin jelas. Kiran bertanya-tanya. "Sebentar! Itu bukan fenomena alam - meteor. Tapi itu adalah dua makhluk hidup yang terbang berkejaran di langit!" Kiran seketika jadi gelisah.

“Apakah itu adalah semacam sihir para penjaga perbatasan? Sebaiknya aku bersembunyi!”

Ia baru saja melangkah mundur, untuk masuk kedalam hutan, tapi dua titik itu kini makin membesar. Wujudnya terlihat menyerupai unggas yang memiliki sayap lebar. Menariknya unggas itu berwarna merah, menyala-nyala terbakar api.

Kiran mengernyit. “Sebentar! apakah itu makhluk legendaris itu? Tapi tak mungkin!”

Kiran menggosok kedua matanya dengan tangan. Dan sekali lagi ia menatap ke langit. Dan rasa terkejut itu melanda. "Phoenix! Benar itu Phoenix!" jerit Kiran tertahan.

“Aku pernah melihat gambar makhluk itu. Dulu di perpustakaan Kota Begonia sebelum perang melanda.”

Kiran sekarang tertarik. Ia memindai benda berkilauan yang mengejar sang Phoenix. “I-itu kapal? Kapal laut yang yang dapat terbang? Apakah ini yang disebut-sebut dengan Kapal Roh!” Kiran semakin tertarik.

Tanpa sadar ia melangkah, makin berani ke tengah-tengah lapangan berumput. Sosoknya kini jelas terlihat dari atas langit.

Duar !

Tampak letupan api, yang meledak keluar dari arah kapal roh. Mata Kiran melebar.

"Pertunjukan langka! Kapal Roh bertarung melawan Phoenix! Jika kuceritakan ini pada tiga anak nakal itu, mereka pasti mati dalam kecemburuan!” Kiran makin lupa, kalau ia harus bersembunyi, untuk tidak terdeteksi petugas di dalam kapal roh itu.

Pada saat yang sama, di atas kapal roh tampak sepuluh orang, yang semuanya mengenakan jubah, seragam militer khusus divisi sihir, Mereka berulang kali menembak makhluk besar itu menggunakan api. Dan yang membuat Kiran kagum, api ledakan itu ditembakkan bukan dengan senjata. Melainkan telapak tangan yang di sodok kearah depan.

"Celaka! Mereka penyihir, ahli-ahli pengendali api. Pyromancer." Kiran ngeri.

“Ini bukan khayalan. Tapi nyata, pertarungan antara Phoenix legendaris melawan sepuluh ahli - Pyromancer dan Hydromancer!"

Kiran terpaku di tengah-tengah lapangan. Ia telah Nampak jelas dari atas sana. Tak mungkin kelompok penyihir itu tidak melihatnya. Anak kecil yang nyata melakukan pengintaian terlarang. Melihat aksi sihir yang tidak diperkenankan untuk ditonton secara sembarangan. Kiran ingin pergi. Tapi sorot mata pyromancer di geladak itu, jelas menatapnya dengan tatapan yang sulit di tebak.

“Apakah ini adalah akhir dari keluarga Wang kami?” Kiran menangis pilu didalam hati. Ia yakin, mereka sekeluarga akan dihukum mati atas perbuatan lancangnya

Catatan : Pyromancer adalah Elementalist- pengendali api, sedangkan Hydromancer adalah Elementalist- pengendali air. Untuk pengendali angin disebut Aeromancer sedangkan penguasa tanah disebut Geomancer.

BERSAMBUNG.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
vino susanto
opo iki ??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Sang Phoenix   Phoenix dan Kapal Roh

    Kiran tercengang. Jantungnya berdebar kencang ketika memandang ke langit malam di Hutan terlarang. Itu adalah pertunjukan tak terlupakan selama hidupnya.“Apakah Phoenix itu, adalah mahluk kontrak sang Sage Putih, seperti yang diceritakan pendongeng Niraj Singh?” Kiran bertanya-tanya.Ia seorang anak yang sangat gemar mendengar dongeng. Di rumah arak Brimm The Liquidator, Kiran itulah Tuan Niraj Singh selalu tampil di panggung dengan kisah-kisah legendarisnya. Dan legenda tentang pertempuran di langit Benua Ayax antara Sage Putih melawan Warlock Hitam adalah kisah favoritnya. Kiran dan kawan-kawannya sangat kagum dengan pendongeng itu.Konon desas desus berkata, Niraj Singh adalah seorang ahli sihir. Dia agen rahasia dan mata-mata Klan Phoenix Merah. Tapi itu tak terbukti kebenarannya. Di sisi lain. Dua sosok itu semakin mendekat ke tanah. Bunyinya memekakan telinga, membuat tanah bergetar.Rooaar! Phoenix dan kapal roh menukik. Keduanya saling menyambar ke tanah. Debu beterbangan be

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Phoenix Bernama The Flame

    Krooong! Suara kepakan sayap terdengar bergaung di kepala Kiran.Mula-mula pelan, tapi makin lama makin keras. Bunyinya gong yang ditabuh, terdengar bergema di telinga Kiran. Ketika makin dekat, getaran sayap itu mengguncang tubuh Kiran.Kiran histeris. "Aku belum ingin mati!"Swoosh! Kiran meloncat, sejauh mungkin yang ia mampu. Tubuhnya lantas bergulingan rerumputan lapangan, Berakhir dengan batang batang pohon pinus terdekat. Kiran kesakitan. Itu adalah pohon yang besar dan masih muda. Dan ledakan itu terdengar.BOOM!Debu beterbangan, menyusul api membumbung tinggi, tatkala Phoenix membentur tanah berumput yang hangus seketika.Kiran merasakan uap panas yang melebar sampai ke tempat itu terbaring. Kulitnya seperti akan mengelupas. Api berwarna merah kuning menyala sesaat. Sesudahnya padam.Keheningan!Kiran kesakitan. Sekujur tubuhnya kaku bercampur perih. Ia berusaha berdiri, tapi tidak bisa. Dengan pasrah ia tertelungkup dalam diam, mencoba tetap hidup - bertahan dari rasa saki

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Pendongeng Niraj Singh

    Hari masih gelap, matahari belum nampak. Angin dingin bertiup dari Hutan Terlarang, ini membuat penduduk Kota Begonia makin lelap. Semua orang mengencangkan selimut bertahan dari udara yang membeku.Tapi di jantung Hutan Berbisik, di antara bayangan pohon pinus yang berdesir, tampak sekelompok militer mondar-mandir. Langit ketika itu jernih tak berawan, mulai berwarna biru gelap, pertanda subuh telah menjelang.Swish!Tiga kapal roh berukuran sedang semuanya terbuat dari Kayu Padauk, kayu khusus dengan serat kayu terlihat bercahaya indah di langit yang masih gelap. Kapal-kapal roh itu hilir-mudik di atas perbatasan dua kekaisaran. Qingchang dan Zolia.Sesekali, lampu sorot dari ketinggian dipancarkan menembus rimbunnya daun pinus. Ada hal penting yang menjadi concern orang-orang itu. Kaum militer berjumlah 100 orang itu, mondar-mandir di pinggiran hutan terlihat sibuk mencari-cari sesuatu.Pria gagah berusia tak lebih dari 30 tahun, sepertinya ia adalah komandan kelompok militer itu.

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Di Alun-alun Kota Begonia

    Kiran dan temannya mengambil langkah seribu - Bolted like a deer - mereka menghilang dalam gelapnya malam. Di Brimm the Liquidator Eve Whitehouse melayangkan tatapan dinginnya ke jendela tempat mereka mengintip tadi.++++++Avena, Kai dan Ming berlari ke arah kiri dan Kiran terus berlari di jalan berbatu itu.Kiran ikut menghilang di persimpangan jalan itu Ia berlari cepat dengan dada berdegup. Ia bahkan tidak merasa telah menempuh jarak jauh dalam sekejap mata. Tahu-tahu saja, ia telah bersembunyi di balik selimut kasar yang tidak nyaman, di kamar sempitnya.Kiran tak bisa tertidur. Matanya terbuka lebar, memandang langit-langit kamar yang bolong!Ia membayangkan tatapan dingin perempuan pucat berambut putih tadi. Aura yang terpancar dari diri Pyromancer itu, seperti sanggup membunuhnya, meski dengan tatapan. Entah mengapa, ada sesuatu di dalam pikirannya, yang membuat ia tidak suka dengan pyromancer tadi. Tapi dia mencoba mengabaikannya.Pada akhirnya rasa kantuk itu datang, dan dia

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Kuil Dewa Tempestia

    Kota Begonia menjadi geger hari itu. Aksi pertempuran kelompok misterius itu sangat menarik perhatian. Orang-orang sibuk berlari menyelamatkan diri, menghindar dari kekacauan itu. Ada yang terjatuh, bahkan ada yang terinjak-injak sekelompok pengunjung yang panik. Beruntung tidak ada korban nyawa atas insiden tersebut.Semua orang kini terlihat tanpa jubah penutup. Tak ada lagi yang mengenakan mantel berkerudung seperti awal mereka berkumpul di alun-alun.KIran menatap ke panggung. Niraj Singh betul-betul telah lenyap, menghilang bersama kelompok misterius itu."Aku bersyukur, pendongeng itu selamat"Sementara itu, Kapten Bao berdiri berkacak pinggang di tengah lapangan. Dengan wajah memburuk, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi ke langit, lalu dengan suara yang ia besar berteriak. Suaranya bergaung di langit alun-alun kota."Semuanya diharap tenang. Jangan menimbulkan suara keributan tak berarti, yang menambah kacau suasana. Pihak militer akan mengambil tindakan tegas terhadap p

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Zetta Mui, Fortune Teller - 1

    Seseorang menghentikan lamunan Kiran. "Ibu?" Kiran terkejut ketika Kora Wang menepuk pundaknya"Apa yang kamu lakukan di sini?" tatapnya penuh selidik."Ayo kita pulang!. Hari telah sore. Aku tak ingin kena hukuman cambuk hanya karena menunggumu bercengkerama dengan kawan-kawan bengal mu. Jam malam akan segera berlaku!" Suara Kora Wang terdengar tegas. Kumpulan pun bubar.Perjalanan ke rumah, terasa sangat cepat. Banyak orang berjalan terburu-buru, bergegas tiba di rumah sebelum jam malam berlaku.Kiran menarik selimut kasarnya hingga ke leher. Dia mencari kehangatan. Sejak Avena mengatakan bahwa calon ahli sihir terpilih harus pindah ke Kota Shanggu, dia menggigil gelisah. Rasanya tak tega untuk berpisah dengan dua orang tuanya.Setelah bolak-balik gelisah diatas ranjang, akhirnya sampai pada keputusan melegakan."Untuk apa aku berpikir terlalu banyak? Belum tentu aku akan lolos di audisi uji talenta sihir besok. Tidur lebih baik." Kiran tertawa dalam hati.Kiran tertidur pulas ses

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Zetta Mui - 2

    Puluhan anak-anak yang akan mengikuti/ audisi bakat, berbaris rapi di bawah podium. Seorang petugas, dari seragam nya jelas seorang militer mengedarkan nomor urut untuk naik ke panggung mengikuti tes bakat yang di pandu Zetta Mui - gadis Peramal masa depan.Kiran mendapat nomor urut 12."Ini adalah nomor yang tidak menunjukkan rezeki tapi juga bukan angka kesialan. Semoga aku lulus audisi nanti" batin Kiran, wajahnya cemberut. Angka tiga adalah nomor keberuntungan bagi Kiran.Di Kekaisaran Qingchang ini, rakyatnya sangat percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Sehingga apapun itu, selalu dikait-kaitkan dengan pembawa sial atau tidak. Dari angka, atau hari, bahkan bulan sekalipun mereka selalu mempercayai ada masa keberuntungan dan ada masa tidak beruntung untuk nomor-nomor tertentu. Bulan ini, angka tiga adalah angka favorit.Alun-alun kota semakin ramai.Setelah semua anak peserta audisi menerima nomor antriannya, Zetta Mui mengundang mereka ke pentas sesuai urutan nomor."Uruta

    Last Updated : 2023-07-18
  • Warisan Sang Phoenix   Undangan Institut Magentum.

    Jantung Kiran berdegup kencang! Susuran anak tangga pendek menuju podium, terasa seperti lorong panjang menuju kamar kematian. Kiran dipenuhi rasa tidak percaya diri, ditambah kekuatiran kalau-kalau hasilnya uji bakatnya nanti berujung kekecewaanKiran gemetar."Bersikaplah tenang adik kecil. Tarik nafas dalam-dalam dan sentuh kuas ajaib itu.Sekarang!" Zetta berusaha membujuknya.Kiran menjadi percaya diri. Entah mengapa, suara Zetta yang lembut dan ramah, itu membuat pikirannya terasa jernih.Zetta mendesak."Ayo dimulai, satu sapuan kuas di permukaan kanvas, dan semua selesai!" Titah Zetta, kini nadanya memerintah. Sikap ragu-ragu itu membuat dia kehilangan kesabaran dengan cepat."Semoga berhasil!" Kiran menutup mata, memompa semangat dan secara tak terduga dia melambaikan tangan, meniru gerakan Zetta yang dramatis.Plak!Cairan tinta sihir itu, penuh menodai seluruh permukaan kanvas. Semua orang di alun-alun terbelalak. Kiran sungguh ceroboh!Seharusnya dia menyapu kuas untuk

    Last Updated : 2023-07-18

Latest chapter

  • Warisan Sang Phoenix   Finale.

    Pagi yang dingin di Hutan Cemara, ketika angin berdesir membawa bunga salju yang jatuh ke permukaan tanah, menutup semua bekas pertempuran semalam. Kini, yang terlihat hanyalah pemandangan putih dan kelabu sejauh mata memandang.Kiran berjalan berkeliling di perkemahan, ditemani oleh Roneko. Sepanjang perjalanan, ia tak henti-hentinya bertanya dan meminta Roneko, sang Kyuubi, menceritakan kejadian semalam."Roneko, ceritakan sekali lagi. Apakah Anda yakin bahwa sosok Phoenix api itu adalah manifestasi dari perbuatan sihir tingkat tinggi, yang aku rapalkan?" Kiran tetap tidak percaya.Dengan senyuman menyeringai, wajah putus asa, karena tuannya selalu tidak percaya dengan perkataannya, Roneko menegaskan. "Tuanku Kiran, bukankah anda sendiri sudah mendengar, bahkan Zephyr sudah bersaksi bahwa anda memiliki sihir yang tidak terduga – sihir Phoenix emas. Jadi, untuk apa bertanya berulang kali?"Masih dengan wajah polos dan tidak percaya, Kiran menyahuti, "Masalahnya, aku hanya melakukan r

  • Warisan Sang Phoenix   Akhir Pertarungan Maha Sihir.

    Beruntung, ketika Zephyr mendekati Roneko yang terbaring di tumpukan salju, ia terlihat masih bernafas, meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri. Beberapa pasukan dari Hutan Ternola, seperti puluhan Silent Owl – burung hantu kerdil, datang membantu.Roneko ini dibawa kembali ke tempat para penghuni Ternola dalam keadaan tidak sadarkan diri, diangkut oleh sekitar lima puluh Silent Owl.Sesuai dengan julukan mereka ‘SILENT’, setiap gerakan sayap puluhan burung hantu itu tidak meninggalkan bunyi atau suara sama sekali. Zephyr berjaga-jaga, mengikuti puluhan Silent Owl dan Roneko, agar tidak terjadi serangan balas dendam dari pihak Nymph, yang pemimpinnya baru saja dimusnahkan oleh Roneko.---Di cakrawala, pertempuran antara Phoenix Emas dan sosok Raksasa Es Ymir mencapai puncaknya.Suara deru gelombang es yang dihasilkan oleh sihir Ymir terdengar menggema, ketika dia melepaskan ribuan hujan kristal es ke arah Phoenix Emas.*WUSH!*Sekali lagi, api berwarna emas keluar dari mulut Phoen

  • Warisan Sang Phoenix   Tragedi di Cakrawala.

    Beberapa menit sebelum Elang bermata perak itu pergi, setelah dia menerima perintah dari Pemimpin Kaum Nymph, Roneko Sang Kyuubi memperhatikan semua kejadian antara si mata perak dengan Kaum Nymph.Saat semua pihak terpaku pada kejadian pertempuran di cakrawala, itulah pertarungan antara Raksasa Es - Ymir melawan Siluet Phoenix Emas, pada yang bersamaan pemimpin Nymph mencoba mencari kesempatan. Diam-diam dia memanggil Elang mata perak untuk mengabarkan keadaan genting mereka, pada penguasa di Istana Es.Siapa menyangka. Dari pihak Hutan Ternola sendiri, Roneko memperhatikan semua kejadian yang terjadi dengan penuh kewaspadaan.Ketika melihat sinar berwarna kelabu berkelebat dari kelompok Nymph, terabang cepat ke arah cakrawala, pada saat itulah sosoknya yang mengenakan gaun berwarna merah ikut berkelebat, mengejar Elang Mata Perak.Sebaliknya di pihak Nymph, detik genting seperti itu tidak terlewatkan dari pandangan Pemimpin Nymph.Dengan mata menyala, mulut yang terbuka lebar, dia b

  • Warisan Sang Phoenix   Saga Keajaiban di Hutan Cemara.

    Angin bertiup kencang pada malam yang dingin. Realm Wonderland dilanda hawa dingin membeku, atmosfer di satu tempat, dekat Hutan Cemara, penuh dengan aura menakutkan.Pada saat semua pihak dari Hutan Ternola merasa aman dalam lindungan perisai cermin ajaib, tiba-tiba suara teriakan panik terdengar.“Lihat! Cermin sihir akan retak!”Seketika keadaan menjadi kacau.Semua makhluk di balik perlindungan sihir 100 Twilight Turtles menjadi panik.“Seseorang harus mengambil tindakan! Jika tidak, kita semua akan tewas!”“Oh, masih adakah kekuatan sihir yang dapat mengalahkan makhluk terkutuk itu?”Suara hantaman tinju Ymir terdengar bertalu-talu, diiringi gemerincing retakan cermin sihir membuat semua panik.Pada saat mereka meraung dalam ketakutan, tiba-tiba ada satu sosok tubuh melesat terbang ke arah cermin kristal yang retakannya semakin besar… bahkan mungkin sebentar lagi akan pecah.“Siapa itu?”“Darimana datangnya sosok makhluk berwarna emas itu?”“Cahaya tubuhnya sangat menyilaukan!”S

  • Warisan Sang Phoenix   Ymir.

    TRING TRING TRINGSuara dawai harpa berdenting lembut ketika jemari Pemimpin Nympha memainkan nada-nada yang aneh. Para Nymph yang tersisa tampak khusyuk, menggumam dalam nada yang tidak jelas, seolah-olah bernyanyi dengan lirik dan nada yang sangat rendah. Bulu kuduk semua orang meremang.“Sihir terkutuk!”“Mereka memanggil makhluk gaib!”Ketakutan merayap di antara penghuni Hutan Ternola.Pada saat itu, langit di cakrawala seketika berubah menjadi gelap. Awan hitam bergulung-gulung, menghalangi cahaya rembulan dan sinar bintang jatuh ke permukaan tanah.Tiba-tiba, udara menjadi lebih dingin. Air yang menggenang tampak membeku, ketika aura dingin merayap, memenuhi atmosfer di tepian hutan cemara itu.Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, bunyinya sangat jeras membuat tanah bergetar, sepihan salju tersisa, dan percikan air seketika runtuh ke tanah.Tap – tap – tap!Dari arah utara, semua makhluk menyaksikan dengan mulut ternganga.“Ymir!”“Raksasa Es!”Ymir adalah raksasa dari e

  • Warisan Sang Phoenix   Sihir Api Emas dan Teror Awan Hitam.

    Pada saat itu, api berwarna merah keemasan yang muncul dari tubuh Kiran, bukanlah api yang terlihat seperti api biasa, api yang mampu dikobarkan oleh Merak Api, meski berusia lima ratus tahun sekalipun.Ini adalah api yang aneh, api keabadian yang jarang dilihat oleh mahluk lain. Api berwarna seperti emas.Roneko, sosok Kyuubi penguasa chakra api, tentu saja yang paling dahulu sadar akan hal ini. Dia berada paling dekat dengan Kiran tatkala cahaya keabadian, dengan hawa panas yang aneh, menyeruak dari tubuh Kiran.“Tuan. Ini adalah api abadi. Bukan api yang dapat dikeluarkan oleh mahluk kontrak sejenis Merak api sekalipun…” kata Roneko tidak percaya.Dalam pandangan Kyuubi itu, mahluk yang muncul dari jiwa Kiran, itu sama sekali bukan Merak api.Meskipun itu masih sejenis burung, tapi Roneko berani memastikan, “Itu sama sekali bukan Merak. Itu Burung yang aneh. Sayangnya wujud itu seperti terkurung dengan selubung sihir, yang membuatnya terlihat sangat misterius,” batin Roneko.Pada s

  • Warisan Sang Phoenix   Chaos.

    Malam itu, ketika hawa dingin merayap dengan kelopak es turun dari langit, Diolos si Pegasus tiba-tiba merasa sangat mengantuk.Dia membatin penuh rasa penasaran. "Tidak biasanya aku mengantuk sejak awal malam," pikir Diolos. Dia meringkik dan bertanya pada Kiran, yang tampaknya juga terpengaruh kantuk, sibuk merentangkan alas tidur di bawah pohon cemara, langit malam menjadi atapnya.Merasa terganggu dengan suara Diolos yang seperti merengek, Kiran menegur Pegasus itu. “Tidurlah, Diolos. Perjalanan kita masih panjang. Istana Es penyihir Putih ada di batas Realm Wonderland ini. Anda membutuhkan tenaga ekstra besok hari!” setelah memberi nasehat, Kiran segera tertidur.Alas jerami kering yang di pintal seperti tikar menjadi tempat tidurnya, sementara selimut bulu angsa, perlengkapan termewah saat ini, mencoba memberikan perlindungan dari dingin malam kepada semua mahluk dari Hutan Ternola. Malam itu, tak seorangpun terganggu dalam tidurnya, meski bunga salju mulai gugur dari langit.Di

  • Warisan Sang Phoenix   Pasukan Nymph Mutant.

    Pada malam sebelum kejadian aneh, ketika Kiran dan dua kelompoknya, bersama dengan Zephyr dan pasukan perang dari Hutan Ternola tiba, tempat yang luas ini tampak cocok untuk didirikan tenda darurat. "Kita akan beristirahat hingga pagi menjelang, baru melanjutkan perjalanan menuju Istana Utara!" teriak Zephyr dengan tegas. "Akhirnya beristirahat juga..." anggota-anggota pasukan perang khusus itu merasa lega ketika pemimpin perang, Zephyr, memberikan perintah. Dengan cekatan, tentara perang dari berbagai ras segera mendirikan tenda darurat, sementara yang lainnya menyiapkan makanan, yang semuanya berupa pil, dan menyodorkan air kepada setiap anggota perang. Masing-masing ras memiliki tenaga khusus yang mengatur akomodasi, jumlahnya sepuluh mahluk per ras. Di Hutan Ternola di Realm Wonderland ini, di mana keajaiban terjadi di luar nalar dan akal sehat, makanan seperti yang dikonsumsi oleh mahluk di luar realm bukan lagi prioritas utama. Di setiap ras di dalam Realm ini, mereka memil

  • Warisan Sang Phoenix   Misteri Mata Perak.

    Tet – tet – tet…Suara mirip terompet terdengar ketika lima ratus pasukan Silent Owl bersiul seperti nyanyian perang. Suara kepakan sayap ratusan Silent Owl ini dengan sengaja diperdengarkan, menimbulkan suara gema seperti bunyi ribuan capung terbang, membuat gentar perasaan siapapun yang mendengarnya.Menyusul suara derap kaki pasukan Breeze Foxes – rubah pengendali angin tampak membuka jalan dengan berbaris rapi membelah Hutan Ternola. Selanjutnya, memimpin pasukan di belakang dan berjalan di jalanan yang penuh tumpukan salju. Sesekali pasukan Breeze Foxes itu meniup siulan, lalu angin berhembus kencang dan membawa pergi tumpukan salju, sehingga jalanan ke utara menjadi bersih, membuat pasukan di belakang berjalan lancar.Di sisi kiri dan kanan jalanan, tampak ribuan makhluk penghuni Hutan Ternola yang menonton iring-iringan pasukan magical beast – yang tampak seperti parade perang pasukan manusia.Seribu pasukan Spark Sprites – mahluk kecil yang dapat memanggil percikan listrik ber

DMCA.com Protection Status