Kiran dan temannya mengambil langkah seribu - Bolted like a deer - mereka menghilang dalam gelapnya malam. Di Brimm the Liquidator Eve Whitehouse melayangkan tatapan dinginnya ke jendela tempat mereka mengintip tadi.
++++++Avena, Kai dan Ming berlari ke arah kiri dan Kiran terus berlari di jalan berbatu itu.Kiran ikut menghilang di persimpangan jalan itu Ia berlari cepat dengan dada berdegup. Ia bahkan tidak merasa telah menempuh jarak jauh dalam sekejap mata. Tahu-tahu saja, ia telah bersembunyi di balik selimut kasar yang tidak nyaman, di kamar sempitnya.Kiran tak bisa tertidur. Matanya terbuka lebar, memandang langit-langit kamar yang bolong!Ia membayangkan tatapan dingin perempuan pucat berambut putih tadi. Aura yang terpancar dari diri Pyromancer itu, seperti sanggup membunuhnya, meski dengan tatapan. Entah mengapa, ada sesuatu di dalam pikirannya, yang membuat ia tidak suka dengan pyromancer tadi. Tapi dia mencoba mengabaikannya.Pada akhirnya rasa kantuk itu datang, dan dia terlelap dan lupa akan kejadian mendebarkan di Brimm the Liquidator.+++"Bangun Kiran!” Hari telah siang. Aku heran benar. Mengapa akhir-akhir ini kamu selalu bangun setelah matahari terbit?" Kora Wang menarik selimut yang menutupi Kiran.Hawa dingin masuk, membuat Kiran menggigil." Tiap hari yang kulihat kamu makin siang ketika terjaga. Bermalas-malasan di atas ranjang." Kora Wang terus berbicara tak henti. Dia menyapu kamar anaknya, memaksa anak itu berdiri dari ranjang.Sejurus kemudian… Kiran tengah membersihkan wajahnya dengan air dingin di dapur. Beruntung sekali, walaupun kemiskinan merajalela, namun sumber air tak sulit ditemukan di Qingchang Empire.Tap - tap -tap! Suara sepatu itu terdengar mendekat. Kiran mengerling. Kora Wang telah menyusulnya ke belakang. Ibunya menelengkan kepala dan berbisik pelan di telinga Kiran."Seseorang dari kantor pemerintahan subdistrict Kota Begonia kami, baru saja datang memberi pengumuman.” Petugas itu memberitahu bahwa seluruh penduduk di Kota Begonia wajib berkumpul bersinar tepat ketika matahari di atas kepala, di alun-alun kota." Kiran berubah bingung.“Apa yang terjadi? Mengapa semua harus berkumpul di alun-alun?”Kora Wang memberi kode rahasia, keduanya berbisik. "Yang aku dengar, pendongeng Orang Zolia itu akan dieksekusi siang hari ini. Dia dihukum atas tuduhan pemberontak, bekerja sama dengan Klan Phoenix Merah!"Telinga Kiran berdenging, dadanya berdegup kencang, hal yang belakangan ini akrab dengannya.Kiran memasang wajah tidak peduli. Ia seolah mengabaikan bisikan sang ibu. Padahal sesungguhnya ia peduli berita itu. Kora Wang mengabarkan Nasib Tuan Niraj Singh - idolanya.Merasa terabaikan, Kora Wang berbisik lebih keras lagi."Jam 12.00 siang nanti, kita semua harus berkumpul di alun-alun dan menyaksikan eksekusi pendongeng Niraj Singh!” Jangan lupa kenakan jubah hitam bertudung itu. Apakah kau mendengar?" Suara Kora Wang seperti bergaung.Kiran mengangguk kepala lesu. Tak ada gunanya berpura-pura seperti tidak mengenal siapa Niraj Singh.Kiran sangat suka kisah-kisah kepahlawanan yang diceritakan Tuan Niraj Singh. Kisah-kisah mitologi tentang para Batara dari Zolia Empire, dan cerita kepahlawanan para dewa, itu semua sangat berbekas, di hati Kiran."Mari kita berangkat!" suara Kora Wang membuyarkan lamunan Kiran. Ibunya melempar mantel hitam bertudung pada Kiran."Jika hanya termenung dan melamun tidak karuan. Kita akan terlambat datang, dan saat itu eksekusi telah selesai. Aku tak ingin diberi surat teguran karena tidak disiplin. Apalagi denda, tak akan pernah!Semua orang yang mereka temui mengenakan mantel hitam, khas eksekusi. Tampak misterius dengan tudung menyamarkan raut mereka.+++Kiran dan Kora Wang tiba di alun-alun kota tak lama ketika prosesi eksekusi akan dimulai.Ia merapatkan tudung, makin menyembunyikan wajah sehingga menjadi serupa dengan semua orang yang hadir. Sementara itu, alun-alun Kota Begonia telah padat dan ramai, meski tidak terasa sesak. Tempat itu memang luas.Kiran melempar pandangan ke tengah alun-alun.Ada satu podium atau panggung dari kayu, yang di atasnya telah banyak tumpukan kayu tebal. Kayu pohon pinus yang nyalanya tinggi, cocok untuk upacara pembakaran penyihir!Kiran menatap benci ke kumpulan militer yang mondar-mandir. "Mereka terlampau sadis! Hukuman bakar hanya pantas untuk penyihir hitam! Padahal kaisar penjajah itu, juga penyihir hitam!" desisnya pelan, takut terdengar orang lain.Tampak besi dan borgol yang berukuran besar, menggantung di sisi kiri dan di sisi kanan. “Itu untuk menggantung tangan sang pendongeng!” Kiran makin sedih.Juga ada borgol yang sama, terlihat tergeletak di lantai juga dari sisi dan kanan panggung - itu akan dipakai merantai kaki tereksekusi. Kiran menangis didalam hati.Sementara itu, Kora Wang tersadar. Ia mengguncang Kiran. "Mereka akan membakarnya hidup-hidup?" suara Kora bergetar, tak percaya. Ternyata, ada banyak suara-suara lain yang juga berbisik, dengan nada tidak puas.Kiran menutupi kupingnya, tak ingin mendengar pendapat orang lain. Dia ngeri, Tak sanggup rasanya membayangkan sosok Tuan Niraj Singh akan dihukum bakar nanti.Mendadak! BOOM!Bunyi gong terdengar, keras dipukul. Itu mengalihkan perhatian semua orang ke satu pria yang berjalan tertatih-tatih, dengan tangan dan kaki yang diborgol – menuju panggung. Suara gemerincing borgol terdengar. Nadanya membuat hati semua orang terasa perih. Beberapa perempuan terisak. Pelan, berusaha tidak tertangkap pihak militer."Niraj Singh!"Suara-suara di alun-alun terdengar mendesis, mirip lebah bergerombol. Seorang petugas berpakaian serba hitam, ia mengenakan topeng warna senada tampak menyeret pendongeng Niraj Singh ke atas panggung.Hening dan mencekam.Telah lama sekali, tak ada seorang pun yang di eksekusi mati. Apalagi hukuman bakar seperti ini.Kora Wang meremas tangan Kiran - yang juga terasa dingin sama seperti tangannya."Ini tidak adil!" Kiran hanya mendengar suara ibunya berbisik pelan.Di atas panggung, sang algojo mulai memasang rantai. Dia memborgol tangan dan kaki Niraj Singh. Pendongeng itu tak bergeming sama sekali. Ia terlihat tidak takut.Suara isak semakin keras terdengar. Kaum perempuan menutup mulut dan menghapus air mata dengan sapu tangan hitam. Burung nasar terbang berbunyi diatas kepala. Hawa kematian telah menyebar, dan mengundang burung pemakan bangkai itu, untuk bergerombol."Algojo, bersiap-siap!"Suara seseorang terdengar memberi aba-aba. Sang algojo siap-siap untuk melempar obor ke tumpukan kayu kering itu. Mereka menunggu dua orang yang menjadi tokoh utama dibalik semua ini.Tangis dan sedih rakyat Begonia City pudar tertiup angin. Ketika itu muncul satu perempuan berambut perak dengan Langkah dramatis ia langsung ke atas panggung depan podium eksekusi. Semua orang berbisik!"Penyihir jahat!""Pyromancer!"Sesudah penampilan dramatis penyihir berambut putih, pandangan semua orang teralihkan ke sosok lain, pria muda berbadan jangkung dengan sikap seperti elang. Sosoknya tampak tidak asing. Ia sangat terkenal di kalangan penduduk Kota Begonia."Kapten Bao!"Dan seisi lapangan seketika bungkam.Semua takut dengan keberadaan pria yang dipanggil Kapten Bao itu. Kapten Bao melambaikan tangannya dengan gerakan dramatis. Dia menginstruksikan sang algojo untuk memulai eksekusi. "Bakar dia!" dingin suaranyaApi langsung menyala dengan cepat. Asapnya melambung tinggi.Niraj Singh mulai terlihat gelisah ketika asap mengepul. Ia kesulitan bernafas. Sang pendongeng mulai batuk-batuk. Ia meronta, mencoba berjengit, berusaha melepaskan diri dari rantai kokoh di tangan dan kakinya.Tapi semua sia-sia belaka. Niraj Singh tidak menjerit minta tolong. Permohonan maaf apalagi. Ia senang telah mengarang dongeng, tentang kematian Kasiar hitam!Keadaan mulai kacau, banyak orang merasa tidak puas dengan pembantaian itu. "Ini terlalu sadis. Membunuh dengan cara menyiksa, bukan kebiasaan di Negri Qingchang kami!" Seseorang berteriak keras.Suara orang banyak menyambutnya, ikut memaki-maki.Tapi Eve Whitehouse dan Kapten Bao itu, sama sekali tidak peduli. Yang ada justru keduanya semakin bersemangat, ketika melihat horor di wajah Niraj Singh.Biar bagaimana gigihnya seseorang, kematian itu selalu membawa rasa takut.Awan kelam bergulung di langit Kota Begonia. Angin kencang bertiup, beberapa ranting pohon Willow, jatuh ketanah. Suara ledakan guntur terdengar di langit, titik-titik air hujan mulai luruh ke bumi.Kora Wang berdoa di dalam hati. "Bahkan langit sekalipun, ikut menjadi sedih melihat tindakan biadab ini!"Keajaiban terjadi!Mendadak air hujan yang hanya rintik-rintik itu berubah menjadi semburan air, meluap dari tiga arah. Semprotannya mengakibatkan Eve White House dan Kapten Bao, terlempar keras dari atas podium, jatuh bergulingan.Tampak tiga sosok berjubah gelap. Mereka terlihat mengendarai air seolah-olah bagian dari hujan. Baru sekali ini, penduduk Kota Begonia, melihat ada manusia yang dapat mengendarai air.Dalam keadaan kacau dan heboh itu, sosok lainnya muncul dari langit diiringi suara gemuruh angin menderu, bersanding selaras badai.Keempatnya terlihat serupa, mereka semua mengenakan jubah longgar, lengkap dengan tudung dan topeng berwarna gelap dari logam. Tampak bordiran kecil bergambar Phoenix Emas di dada kiri.“Klan Phoenix Merah!”Semua orang tertegun, melongo tak percaya. Klan Phoenix Merah itu nyata adanya.Ketika empat sosok itu bergerak dalam atraksi, jubah empat sosok tersebut melambai-lambai. Penampilan mereka terlihat agung, seperti dewa.Orang-orang ada yang gembira, ada pula yang takut. Bahkan anggota-anggota militer ikut-ikutan terpesona, atas demonstrasi tersebut. Keterampilan sihir seperti itu, tak pernah disaksikan dengan sembarangan Sihir adalah kemewahan bagi mereka yang awam.Sementara itu, Empat sosok itu bergerak sangat cepat, bahkan terlalu cepat. Tahu-tahu saja Niraj Singh telah bebas dari belenggu borgol besi itu, kini telah berada dalam gendongan sosok lain, yang mengendarai angin badai.Sang pengendara angin itu melambaikan tangan. Dan angin topan seketika melanda. Itu membuat podium dan keadaan disekitarnya menjadi porak-poranda. Sesudah semua beres, keempat sosok misterius itu menghilang diantara suramnya pemandangan di alun-alun kota.Kaum militer terlambat bergerak. Ketika mereka mencoba mengejar, itu hanya kesia-siaan belaka. Eve Whitehouse dan Kapten Bao muncul sesudahnya dalam keadaan berantakan. Wajah mereka berubah seperti kepiting rebus.Rakyat Begonia telah kocar-kacir melarikan diri mencari tempat aman agar terhindar dari bentrokan yang dapat terjadi kapan saja. Teriakan riuh membuat geger seisi kota."Pyromancer dan Anemomancer!""Klan Phoenix yang legendaris!"Kiran di tarik Kora Wang untuk berlindung, tak ingin terlibat kekacauan itu. Kiran tersenyum senang. Hatinya lega tatkala sang pendongeng selamat di bawa Klan Phoenix Merah. Ia masih ingin melihat keramaian, sayangnya keadaan bertambah kacau.“Lebih baik pergi, sebelum militer melepas panah acak, dan membantai orang yang ribut dan kacau itu. Pemberontakan bisa terjadi sewaktu-waktu!”BERSAMBUNGKota Begonia menjadi geger hari itu. Aksi pertempuran kelompok misterius itu sangat menarik perhatian. Orang-orang sibuk berlari menyelamatkan diri, menghindar dari kekacauan itu. Ada yang terjatuh, bahkan ada yang terinjak-injak sekelompok pengunjung yang panik. Beruntung tidak ada korban nyawa atas insiden tersebut.Semua orang kini terlihat tanpa jubah penutup. Tak ada lagi yang mengenakan mantel berkerudung seperti awal mereka berkumpul di alun-alun.KIran menatap ke panggung. Niraj Singh betul-betul telah lenyap, menghilang bersama kelompok misterius itu."Aku bersyukur, pendongeng itu selamat"Sementara itu, Kapten Bao berdiri berkacak pinggang di tengah lapangan. Dengan wajah memburuk, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi ke langit, lalu dengan suara yang ia besar berteriak. Suaranya bergaung di langit alun-alun kota."Semuanya diharap tenang. Jangan menimbulkan suara keributan tak berarti, yang menambah kacau suasana. Pihak militer akan mengambil tindakan tegas terhadap p
Seseorang menghentikan lamunan Kiran. "Ibu?" Kiran terkejut ketika Kora Wang menepuk pundaknya"Apa yang kamu lakukan di sini?" tatapnya penuh selidik."Ayo kita pulang!. Hari telah sore. Aku tak ingin kena hukuman cambuk hanya karena menunggumu bercengkerama dengan kawan-kawan bengal mu. Jam malam akan segera berlaku!" Suara Kora Wang terdengar tegas. Kumpulan pun bubar.Perjalanan ke rumah, terasa sangat cepat. Banyak orang berjalan terburu-buru, bergegas tiba di rumah sebelum jam malam berlaku.Kiran menarik selimut kasarnya hingga ke leher. Dia mencari kehangatan. Sejak Avena mengatakan bahwa calon ahli sihir terpilih harus pindah ke Kota Shanggu, dia menggigil gelisah. Rasanya tak tega untuk berpisah dengan dua orang tuanya.Setelah bolak-balik gelisah diatas ranjang, akhirnya sampai pada keputusan melegakan."Untuk apa aku berpikir terlalu banyak? Belum tentu aku akan lolos di audisi uji talenta sihir besok. Tidur lebih baik." Kiran tertawa dalam hati.Kiran tertidur pulas ses
Puluhan anak-anak yang akan mengikuti/ audisi bakat, berbaris rapi di bawah podium. Seorang petugas, dari seragam nya jelas seorang militer mengedarkan nomor urut untuk naik ke panggung mengikuti tes bakat yang di pandu Zetta Mui - gadis Peramal masa depan.Kiran mendapat nomor urut 12."Ini adalah nomor yang tidak menunjukkan rezeki tapi juga bukan angka kesialan. Semoga aku lulus audisi nanti" batin Kiran, wajahnya cemberut. Angka tiga adalah nomor keberuntungan bagi Kiran.Di Kekaisaran Qingchang ini, rakyatnya sangat percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Sehingga apapun itu, selalu dikait-kaitkan dengan pembawa sial atau tidak. Dari angka, atau hari, bahkan bulan sekalipun mereka selalu mempercayai ada masa keberuntungan dan ada masa tidak beruntung untuk nomor-nomor tertentu. Bulan ini, angka tiga adalah angka favorit.Alun-alun kota semakin ramai.Setelah semua anak peserta audisi menerima nomor antriannya, Zetta Mui mengundang mereka ke pentas sesuai urutan nomor."Uruta
Jantung Kiran berdegup kencang! Susuran anak tangga pendek menuju podium, terasa seperti lorong panjang menuju kamar kematian. Kiran dipenuhi rasa tidak percaya diri, ditambah kekuatiran kalau-kalau hasilnya uji bakatnya nanti berujung kekecewaanKiran gemetar."Bersikaplah tenang adik kecil. Tarik nafas dalam-dalam dan sentuh kuas ajaib itu.Sekarang!" Zetta berusaha membujuknya.Kiran menjadi percaya diri. Entah mengapa, suara Zetta yang lembut dan ramah, itu membuat pikirannya terasa jernih.Zetta mendesak."Ayo dimulai, satu sapuan kuas di permukaan kanvas, dan semua selesai!" Titah Zetta, kini nadanya memerintah. Sikap ragu-ragu itu membuat dia kehilangan kesabaran dengan cepat."Semoga berhasil!" Kiran menutup mata, memompa semangat dan secara tak terduga dia melambaikan tangan, meniru gerakan Zetta yang dramatis.Plak!Cairan tinta sihir itu, penuh menodai seluruh permukaan kanvas. Semua orang di alun-alun terbelalak. Kiran sungguh ceroboh!Seharusnya dia menyapu kuas untuk
Matahari bersinar tepat diatas kepala. Angin sepoi-sepoi bertiup. Daun-daun Cherry Blossom gugur ke tanah. Hati sepi mengiringi anak itu, Dia meninggalkan rumah tuanya, di pemukiman kumuh. Dua orang berdiri didepan rumah. Mereka melambaikan tangan Yang pria duduk di kursi. Nyaris seperti mayat hidup. Yang perempuan sesekali menghapus airmata di pipi.Tak perlu untuk menjadi romantis, bila menghadapi perpisahan. Kiran sedih. Tapi mimpinya harus terwujud. Menjadi seorang ahli pesona - penenun ilusi adalah tiket sekali perjalanan, keluar dari kehidupan yang susah seperti sekarang.Burung layang-layang terbang. Kiran menatap ke langit, menghela nafas dalam-dalam."Aku harus tegar. Ini adalah jalan menuju sukses. Kelak... jika berhasil nanti, kedua orang tuaku akan di boyong ke kota Shanggu. Kiran pun tegap melangkah pasti. "Kota Begonia akan menjadi masa lalu. Kota Shanggu adalah masa depan." Katanya mantap.Siang itu Kiran telah tiba di stasiun Kota Begonia. Gerbang Kebahagiaan itu nam
Hantu pengurus rumah tangga itu mengantar Kiran dan Chen ke kamar mereka. Di lorong berliku, penuh dengan hiasan tembikar buatan tangan, tampak menghiasi meja pajangan dari kayu cendana. Aroma harum menguar. Dinding-dinding kaku, penuh ornamen makhluk legendaris, di ukir dengan ahli, membuat Kiran merasa seolah-olah berjalan di lorong waktu, menembus ruang masa lalu, ketika dunia masih di penuhi mahluk-mahluk legendaris.Elvira, hantu perempua pengurus rumah tangga itu mengantar Kiran ke kamar yang terpisah dari Chen."Tidak bisa kah kami sekamar?" Kiran terkejut."Penting bagi kamu sekamar, karena latar belakang kami asalnya dari kota yang sama. Kupikir ini akan memudahkan kami untuk menyesuaikan diri di institut ini." Kiran berdalih, setengah memohon.Elvira membalas dengan senyum manis. Tapi terlihat menakutkan. Suaranya seolah-olah berasal dari dunia yang berbeda. Dunia yang jauh, di lembah kegelapan."Darling. Aku tak ingin kepala sekolah memarahiku. Semua diatur dan memperoleh
Makan siang berlangsung dengan cepat. Semua antusias untuk acara pemilihan anggota klub siswa. Kiran dan kawan semeja sejak tadi telah membuat licin semua sajian. Pengurus rumah tangga bekerja cekatan, membereskan semua kekacauan.Mereke bekerja secara sihir. Hantu dan para Peri hanya menjentikkan dua jari, dan piring kotor serta hidangan sisa lenyap seketika dari atas meja. Mengagumkan!Siswa baru, bertepuk tangan memuji. Tentu saja siswa yang terkagum-kagum itu, mereka yang bukan dari keluarga penyihir. Meja di kelompok Kiran salah satunya. Empat remaja uda itu bertepuk tangan keras-keras.Senior-senior institute hanya membuang muka dengan malas. Itu bukan hal yang istimewa di mata mereka. Tapi di luar daripada itu, ada tiga pasang mata siswa baru, anak kelas satu. Mereka menatap kawan-kawan angkatannya dengan mencibir. Mereka bahkan menunjukkan wajah malas secara terang-terangan.Beberapa naik pitam. Lila salah satunya."Siapa mereka? Lagaknya angkuh sekali. Seolah-olah semua kea
Acara makan malam selesai, perkenalan dengan ketua klub pun tuntas. Kiran kembali ke kamarnya. Tapi ia menyimpan rahasia mengantungi 2 buah Pil Aetherion sesuai janji pada Yara - agar merahasiakan ini, termasuk pada Chen, Kenji, dan Lila."Lihatlah. Kami mendapat jatah sumber daya, masing-masing satu pil aetherion. Klub yang hebat bukan?" Kata Lila membanggakan diri. Dua anak lelaki lainnya ikut menunjukkan sumber daya, Pil Aetherion. Melihat Kiran hanya diam sejak kedatangannya, Lila bertanya penasaran. "Tunggu dulu. Apakah klub melukis mu, tidak memberikan jatah sumber daya?" Dua kawannya yang lain ikut menatap penasaran.Agar tak menimbulkan salah sangka, Kiran menunjukkan satu pil yang serupa. Keempatnya lantas tertawa terbahak-bahak. Chen menyela."Kukira... hampir saja aku menyarankan mu pindah klub saja!" Malam itu, empat anak itu semakin akrab. Lila selalu dengan ide-ide seru tapi konyol, dia memberi mereka tantangan."Mulai hari ini kompetisi di antara semua murid baru I
Pagi yang dingin di Hutan Cemara, ketika angin berdesir membawa bunga salju yang jatuh ke permukaan tanah, menutup semua bekas pertempuran semalam. Kini, yang terlihat hanyalah pemandangan putih dan kelabu sejauh mata memandang.Kiran berjalan berkeliling di perkemahan, ditemani oleh Roneko. Sepanjang perjalanan, ia tak henti-hentinya bertanya dan meminta Roneko, sang Kyuubi, menceritakan kejadian semalam."Roneko, ceritakan sekali lagi. Apakah Anda yakin bahwa sosok Phoenix api itu adalah manifestasi dari perbuatan sihir tingkat tinggi, yang aku rapalkan?" Kiran tetap tidak percaya.Dengan senyuman menyeringai, wajah putus asa, karena tuannya selalu tidak percaya dengan perkataannya, Roneko menegaskan. "Tuanku Kiran, bukankah anda sendiri sudah mendengar, bahkan Zephyr sudah bersaksi bahwa anda memiliki sihir yang tidak terduga – sihir Phoenix emas. Jadi, untuk apa bertanya berulang kali?"Masih dengan wajah polos dan tidak percaya, Kiran menyahuti, "Masalahnya, aku hanya melakukan r
Beruntung, ketika Zephyr mendekati Roneko yang terbaring di tumpukan salju, ia terlihat masih bernafas, meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri. Beberapa pasukan dari Hutan Ternola, seperti puluhan Silent Owl – burung hantu kerdil, datang membantu.Roneko ini dibawa kembali ke tempat para penghuni Ternola dalam keadaan tidak sadarkan diri, diangkut oleh sekitar lima puluh Silent Owl.Sesuai dengan julukan mereka ‘SILENT’, setiap gerakan sayap puluhan burung hantu itu tidak meninggalkan bunyi atau suara sama sekali. Zephyr berjaga-jaga, mengikuti puluhan Silent Owl dan Roneko, agar tidak terjadi serangan balas dendam dari pihak Nymph, yang pemimpinnya baru saja dimusnahkan oleh Roneko.---Di cakrawala, pertempuran antara Phoenix Emas dan sosok Raksasa Es Ymir mencapai puncaknya.Suara deru gelombang es yang dihasilkan oleh sihir Ymir terdengar menggema, ketika dia melepaskan ribuan hujan kristal es ke arah Phoenix Emas.*WUSH!*Sekali lagi, api berwarna emas keluar dari mulut Phoen
Beberapa menit sebelum Elang bermata perak itu pergi, setelah dia menerima perintah dari Pemimpin Kaum Nymph, Roneko Sang Kyuubi memperhatikan semua kejadian antara si mata perak dengan Kaum Nymph.Saat semua pihak terpaku pada kejadian pertempuran di cakrawala, itulah pertarungan antara Raksasa Es - Ymir melawan Siluet Phoenix Emas, pada yang bersamaan pemimpin Nymph mencoba mencari kesempatan. Diam-diam dia memanggil Elang mata perak untuk mengabarkan keadaan genting mereka, pada penguasa di Istana Es.Siapa menyangka. Dari pihak Hutan Ternola sendiri, Roneko memperhatikan semua kejadian yang terjadi dengan penuh kewaspadaan.Ketika melihat sinar berwarna kelabu berkelebat dari kelompok Nymph, terabang cepat ke arah cakrawala, pada saat itulah sosoknya yang mengenakan gaun berwarna merah ikut berkelebat, mengejar Elang Mata Perak.Sebaliknya di pihak Nymph, detik genting seperti itu tidak terlewatkan dari pandangan Pemimpin Nymph.Dengan mata menyala, mulut yang terbuka lebar, dia b
Angin bertiup kencang pada malam yang dingin. Realm Wonderland dilanda hawa dingin membeku, atmosfer di satu tempat, dekat Hutan Cemara, penuh dengan aura menakutkan.Pada saat semua pihak dari Hutan Ternola merasa aman dalam lindungan perisai cermin ajaib, tiba-tiba suara teriakan panik terdengar.“Lihat! Cermin sihir akan retak!”Seketika keadaan menjadi kacau.Semua makhluk di balik perlindungan sihir 100 Twilight Turtles menjadi panik.“Seseorang harus mengambil tindakan! Jika tidak, kita semua akan tewas!”“Oh, masih adakah kekuatan sihir yang dapat mengalahkan makhluk terkutuk itu?”Suara hantaman tinju Ymir terdengar bertalu-talu, diiringi gemerincing retakan cermin sihir membuat semua panik.Pada saat mereka meraung dalam ketakutan, tiba-tiba ada satu sosok tubuh melesat terbang ke arah cermin kristal yang retakannya semakin besar… bahkan mungkin sebentar lagi akan pecah.“Siapa itu?”“Darimana datangnya sosok makhluk berwarna emas itu?”“Cahaya tubuhnya sangat menyilaukan!”S
TRING TRING TRINGSuara dawai harpa berdenting lembut ketika jemari Pemimpin Nympha memainkan nada-nada yang aneh. Para Nymph yang tersisa tampak khusyuk, menggumam dalam nada yang tidak jelas, seolah-olah bernyanyi dengan lirik dan nada yang sangat rendah. Bulu kuduk semua orang meremang.“Sihir terkutuk!”“Mereka memanggil makhluk gaib!”Ketakutan merayap di antara penghuni Hutan Ternola.Pada saat itu, langit di cakrawala seketika berubah menjadi gelap. Awan hitam bergulung-gulung, menghalangi cahaya rembulan dan sinar bintang jatuh ke permukaan tanah.Tiba-tiba, udara menjadi lebih dingin. Air yang menggenang tampak membeku, ketika aura dingin merayap, memenuhi atmosfer di tepian hutan cemara itu.Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, bunyinya sangat jeras membuat tanah bergetar, sepihan salju tersisa, dan percikan air seketika runtuh ke tanah.Tap – tap – tap!Dari arah utara, semua makhluk menyaksikan dengan mulut ternganga.“Ymir!”“Raksasa Es!”Ymir adalah raksasa dari e
Pada saat itu, api berwarna merah keemasan yang muncul dari tubuh Kiran, bukanlah api yang terlihat seperti api biasa, api yang mampu dikobarkan oleh Merak Api, meski berusia lima ratus tahun sekalipun.Ini adalah api yang aneh, api keabadian yang jarang dilihat oleh mahluk lain. Api berwarna seperti emas.Roneko, sosok Kyuubi penguasa chakra api, tentu saja yang paling dahulu sadar akan hal ini. Dia berada paling dekat dengan Kiran tatkala cahaya keabadian, dengan hawa panas yang aneh, menyeruak dari tubuh Kiran.“Tuan. Ini adalah api abadi. Bukan api yang dapat dikeluarkan oleh mahluk kontrak sejenis Merak api sekalipun…” kata Roneko tidak percaya.Dalam pandangan Kyuubi itu, mahluk yang muncul dari jiwa Kiran, itu sama sekali bukan Merak api.Meskipun itu masih sejenis burung, tapi Roneko berani memastikan, “Itu sama sekali bukan Merak. Itu Burung yang aneh. Sayangnya wujud itu seperti terkurung dengan selubung sihir, yang membuatnya terlihat sangat misterius,” batin Roneko.Pada s
Malam itu, ketika hawa dingin merayap dengan kelopak es turun dari langit, Diolos si Pegasus tiba-tiba merasa sangat mengantuk.Dia membatin penuh rasa penasaran. "Tidak biasanya aku mengantuk sejak awal malam," pikir Diolos. Dia meringkik dan bertanya pada Kiran, yang tampaknya juga terpengaruh kantuk, sibuk merentangkan alas tidur di bawah pohon cemara, langit malam menjadi atapnya.Merasa terganggu dengan suara Diolos yang seperti merengek, Kiran menegur Pegasus itu. “Tidurlah, Diolos. Perjalanan kita masih panjang. Istana Es penyihir Putih ada di batas Realm Wonderland ini. Anda membutuhkan tenaga ekstra besok hari!” setelah memberi nasehat, Kiran segera tertidur.Alas jerami kering yang di pintal seperti tikar menjadi tempat tidurnya, sementara selimut bulu angsa, perlengkapan termewah saat ini, mencoba memberikan perlindungan dari dingin malam kepada semua mahluk dari Hutan Ternola. Malam itu, tak seorangpun terganggu dalam tidurnya, meski bunga salju mulai gugur dari langit.Di
Pada malam sebelum kejadian aneh, ketika Kiran dan dua kelompoknya, bersama dengan Zephyr dan pasukan perang dari Hutan Ternola tiba, tempat yang luas ini tampak cocok untuk didirikan tenda darurat. "Kita akan beristirahat hingga pagi menjelang, baru melanjutkan perjalanan menuju Istana Utara!" teriak Zephyr dengan tegas. "Akhirnya beristirahat juga..." anggota-anggota pasukan perang khusus itu merasa lega ketika pemimpin perang, Zephyr, memberikan perintah. Dengan cekatan, tentara perang dari berbagai ras segera mendirikan tenda darurat, sementara yang lainnya menyiapkan makanan, yang semuanya berupa pil, dan menyodorkan air kepada setiap anggota perang. Masing-masing ras memiliki tenaga khusus yang mengatur akomodasi, jumlahnya sepuluh mahluk per ras. Di Hutan Ternola di Realm Wonderland ini, di mana keajaiban terjadi di luar nalar dan akal sehat, makanan seperti yang dikonsumsi oleh mahluk di luar realm bukan lagi prioritas utama. Di setiap ras di dalam Realm ini, mereka memil
Tet – tet – tet…Suara mirip terompet terdengar ketika lima ratus pasukan Silent Owl bersiul seperti nyanyian perang. Suara kepakan sayap ratusan Silent Owl ini dengan sengaja diperdengarkan, menimbulkan suara gema seperti bunyi ribuan capung terbang, membuat gentar perasaan siapapun yang mendengarnya.Menyusul suara derap kaki pasukan Breeze Foxes – rubah pengendali angin tampak membuka jalan dengan berbaris rapi membelah Hutan Ternola. Selanjutnya, memimpin pasukan di belakang dan berjalan di jalanan yang penuh tumpukan salju. Sesekali pasukan Breeze Foxes itu meniup siulan, lalu angin berhembus kencang dan membawa pergi tumpukan salju, sehingga jalanan ke utara menjadi bersih, membuat pasukan di belakang berjalan lancar.Di sisi kiri dan kanan jalanan, tampak ribuan makhluk penghuni Hutan Ternola yang menonton iring-iringan pasukan magical beast – yang tampak seperti parade perang pasukan manusia.Seribu pasukan Spark Sprites – mahluk kecil yang dapat memanggil percikan listrik ber