Share

Bab 138 Ancaman Baru Terkuat

Author: Caesar Azka
last update Last Updated: 2025-03-31 06:30:23

Dua bulan berlalu sejak pembukaan kantor cabang Wijaya Corporation di Bandung. Dalam waktu singkat, perusahaan berkembang pesat, menarik banyak mitra lokal. Para pengusaha yang sebelumnya ragu kini berbondong-bondong menjalin kerja sama.

Di ruang rapat utama kantor cabang, Arka duduk di ujung meja panjang. Di hadapannya, Raka, Genta, dan Wiliam menyampaikan laporan perkembangan.

"Arka, proyek kita berjalan lebih cepat dari perkiraan," kata Raka sambil menyerahkan laporan keuangan. "Pendapatan meningkat 35 persen dibandingkan bulan lalu."

Genta menambahkan, "Banyak perusahaan kecil dan menengah ingin bermitra dengan kita. Mereka melihat bagaimana kita membantu ekonomi lokal berkembang."

Arka mengangguk puas. "Bagus. Tapi kita harus memastikan keberadaan perusahaan ini bukan hanya dirasakan oleh kalangan pengusaha."

Wiliam, yang kini lebih sering mengenakan setelan rapi dibandingkan jaket kulit khas jalanan, be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 139 Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Di tengah gemerlap Bandung yang semakin akrab dengan namanya, Arka tetap berpegang teguh pada visi besarnya. Proyek sosial yang ia rancang bersama Wiliam mulai menunjukkan hasil. Berbagai program bantuan bagi masyarakat menengah ke bawah, mulai dari layanan kesehatan gratis hingga pelatihan kerja, kini berjalan lancar. Di salah satu pusat pelatihan, Wiliam berdiri di samping Arka, menyaksikan para peserta yang sedang mendapatkan pelatihan usaha. "Tuan Muda, aku harus mengakui... Aku tidak pernah membayangkan bisa berada di posisi ini," ujar Wiliam dengan nada rendah. "Dulu aku hanya memikirkan bagaimana bertahan hidup di jalanan. Sekarang, aku justru membantu orang lain mendapatkan kehidupan yang lebih baik." Arka tersenyum, menepuk bahu Wiliam. "Dunia ini lebih dari sekadar kekuatan dan pertarungan, Wiliam. Kekuatan sejati adalah ketika kita bisa menggunakannya untuk melindungi dan membangun." Wiliam menatapnya dengan penu

    Last Updated : 2025-03-31
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 140 Pertarungan di Pinggir Kota

    Langit Bandung mulai berwarna jingga ketika Arka dan timnya tiba di lokasi pertarungan. Daerah luas di pinggiran kota ini dipilih dengan hati-hati—jauh dari keramaian, menghindari korban sipil, dan cukup luas untuk menampung pertarungan berskala besar. Di kejauhan, pasukan khusus yang dikirim oleh Panglima bersiaga. Mereka adalah tim terbaik, yang selalu mendampingi Arka dalam misi-misi negara. Di sisi lain, keluarga Brahma telah menempati beberapa titik strategis, siap untuk bergerak jika keadaan tidak terkendali. Arka berdiri di tengah lapangan, matanya tajam menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya—pembunuh bayaran peringkat dua dunia. Pria itu tinggi dan kekar, wajahnya penuh luka bekas pertempuran. Genta dan Wiliam berdiri di belakang Arka, siap siaga. "Arka, biarkan kami membantumu jika keadaan semakin buruk," ujar Genta dengan nada serius. Arka tetap menatap lurus ke depan. "Tidak. Ini pertarungan

    Last Updated : 2025-03-31
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 141 Kebangkitan Warisan Kuno

    Angin malam berhembus semakin dingin. Dari arah kegelapan, bayangan-bayangan bergerak dengan cepat dan diam. Arka menajamkan pandangannya, tubuhnya sudah siaga. Dari kegelapan itu, muncullah beberapa sosok berjubah hitam dengan simbol naga berwarna merah darah di dada mereka. Langkah mereka ringan, namun setiap gerakan penuh tekanan. Seorang pria dengan rambut perak panjang maju ke depan, tatapannya tajam seperti elang. Suaranya dalam dan penuh wibawa. "Akhirnya, warisan Klan Naga Langit muncul kembali. Kami telah menunggu saat ini selama bertahun-tahun." Arka tetap diam, tetapi matanya penuh kewaspadaan. Genta berbisik pelan, "Siapa mereka?" Salah satu pengawal militer yang diperintahkan Panglima berbicara lirih, "Itu... simbol Klan Kuno. Mereka salah satu klan terkuat yang pernah ada. Klan yang menyimpan rahasia bela diri tingkat puncak sejak ratusan tahun lalu." Tetua keluarga

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 142 Mengguncang Kota Telnologi

    Suasana di ruang pertemuan Wijaya Corporation cabang Bandung terasa tegang. Seorang pria berpakaian serba hitam dengan wajah penuh keringat duduk di hadapan Arka, Raka, dan Genta. William berdiri di sampingnya dengan tangan bersedekap. "Orang ini adalah salah satu kaki tanganku di Bogor. Dia membawa informasi penting." Arka mengangguk, lalu menatap pria itu dengan tajam. "Katakan, apa yang kau ketahui?" Pria itu menarik napas dalam, lalu berkata dengan suara bergetar. "Saya telah mengamati pergerakan keluarga besar dan para pengusaha di Bogor. Mereka mulai gelisah sejak proyek energi terbarukan perusahaan Anda berkembang di Bandung. Mereka menganggap ini ancaman besar bagi dominasi mereka di industri energi." Genta menatapnya dengan penuh selidik. "Lanjutkan." Pria itu menelan ludah. "Bogor memang kota yang lebih kecil dibanding Bandung, tetapi para pengusaha di sana memiliki teknologi mutakhir dalam bisnis m

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 143 Pertempuran Dengan "Sepuluh"

    Malam itu, langit di atas Bandung tampak kelam, seolah menyimpan firasat buruk. Arka berdiri di dalam kantornya, menatap keluar jendela dengan ekspresi serius. Panggilan dari Panglima tadi siang masih terngiang di kepalanya. Genta memasuki ruangan dengan wajah serius. "Arka, kita sudah mengirim mata-mata untuk menyelidiki teknologi yang dikembangkan oleh keluarga besar di Bogor." Arka menoleh. "Hasilnya?" Raka yang baru masuk ruangan melemparkan berkas ke meja. "Informasi dari Panglima benar adanya. Para keluarga besar di Bogor ternyata memiliki teknologi yang jauh lebih maju dari yang kita bayangkan. Mereka bekerja sama dengan negara adidaya secara diam-diam." Genta mengangguk. "Bahkan, mereka sudah mengembangkan pasukan tempur berbasis teknologi tinggi yang dipadukan dengan ilmu bela diri kuno. Ini bukan hanya ancaman bisnis, Arka. Ini ancaman bagi negara." Arka mengambil berkas itu dan membacanya dengan sa

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 144 Misi Rahasia di Bogor

    Malam itu, di salah satu markas militer rahasia, Panglima menatap layar monitor dengan ekspresi serius. Di layar itu terpampang berbagai data dan rekaman terkait teknologi ilegal yang dikembangkan oleh keluarga besar di Bogor. Panglima menarik napas dalam sebelum akhirnya menghubungi Arka melalui saluran khusus. "Arka, ada misi yang harus kau jalankan." Di kantor Wijaya Corporation cabang Bandung, Arka duduk di kursinya dengan tenang, mendengarkan suara Panglima di telepon. "Misi apa, Panglima?" "Kami mendapat informasi bahwa keluarga besar di Bogor telah melakukan kerja sama ilegal dengan pihak luar negeri untuk mengembangkan teknologi tempur berbasis kecerdasan buatan. Proyek 'Sepuluh' hanyalah permulaan. Jika kita tidak menghentikan mereka sekarang, negara ini akan berada dalam bahaya besar." Arka mengangguk. "Jadi, kau ingin aku menyusup ke dalam jaringan mereka?" "Tepat. Kau

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 145 Pertemuan Rahasia dan Dua Musuh Baru

    Malam itu, suasana di sebuah hotel mewah di Bogor terasa lebih tegang dari biasanya. Sepuluh pengusaha elit telah berkumpul di ruang pertemuan eksklusif, menunggu kedatangan Arka, Raka, dan Genta. Mereka telah lama menantikan kesempatan untuk mendobrak dominasi lima keluarga besar yang selama ini menekan bisnis mereka. Saat Arka dan timnya memasuki ruangan, semua mata tertuju padanya. Salah satu pengusaha, seorang pria berusia lima puluhan dengan janggut rapi, berbicara lebih dulu. "Tuan Arka, kami tahu Anda datang ke Bogor untuk investasi energi terbarukan. Kami tertarik untuk bekerja sama, tetapi ada masalah yang harus Anda ketahui." Arka duduk dengan santai, menatap pria itu dengan tenang. "Masalah seperti apa?" Seorang wanita berambut pendek, yang merupakan CEO perusahaan teknologi terbesar di Bogor, menjawab. "Lima keluarga besar. Mereka tidak hanya mendominasi ekonomi, tetapi juga memiliki hubu

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 146 Perlawanan Kekuatan Keluarga Bogor

    Di laboratorium canggih milik Wijaya Corporation, sekelompok ilmuwan terbaik tengah bekerja keras menganalisis dua chip yang diambil dari tubuh Delapan dan Sembilan. Arka berdiri di depan layar monitor besar, mengamati hasil pemindaian awal. Seorang ilmuwan senior bernama Dr. Surya menjelaskan, "Chip ini memiliki sistem kendali berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan dengan teknologi yang belum pernah kita lihat sebelumnya." Raka yang berdiri di samping Arka bertanya, "Apakah ada kemungkinan chip ini dikendalikan dari jarak jauh?" Dr. Surya mengangguk. "Sangat mungkin. Ada jejak sinyal frekuensi tinggi yang mengindikasikan bahwa seseorang bisa mengontrol pergerakan mereka secara langsung." Arka menyipitkan matanya. "Kalau begitu, kita bisa melacak sumbernya?" Dr. Surya mengetik cepat di komputer. "Kami akan mencoba, tapi mereka pasti memiliki sistem enkripsi yang rumit. Ini bukan teknologi biasa."

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 223 Kembali ke Akar

    Langit Jakarta diguyur cahaya senja yang lembut saat helikopter hitam mendarat di atap gedung utama Wijaya Corporation. Bilah-bilah rotor melambat, meniupkan debu dan kenangan di udara. Dari dalam kabin, Arka turun lebih dulu, mengenakan jaket hitam bertuliskan WJ Core di lengannya. “Masih terasa aneh ya,” gumam Kiara di belakangnya. “Kita barusan keluar dari altar kehendak… dan sekarang berdiri di atap kantor pusat.” Genta menyeringai sambil menenteng tas data. “Aneh itu kalau kita tiba-tiba bangun di kebun belakang dengan piyama.” Raka menepuk bahunya. “Jangan beri semesta ide aneh, Gen.” Mereka berempat berdiri berjejer, menatap siluet kota yang perlahan berubah warna. Di bawah mereka, gedung-gedung menjulang seperti urat nadi dari ambisi yang pernah hampir dibajak oleh kehendak jahat. Arka menarik napas panjang. “Kita berhasil. Dunia masih berdiri.” “Dan kita masih satu,” Kiara menambahkan,

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 222 Jejak yang Tertinggal

    Altar kehendak bergema dengan getaran lembut, seolah menghela napas terakhir setelah ribuan tahun terbungkam. Dinding kubah yang retak menyala dengan pola cahaya yang bergerak pelan, membentuk simbol-simbol purba yang tak dikenali, tapi terasa akrab bagi Arka dan yang lain. “Tempat ini hidup,” bisik Genta, mengamati garis cahaya yang menjalar di sepanjang lantai. “Tapi bukan seperti teknologi. Ini… sesuatu yang lain.” Kiara menyentuh salah satu simbol, dan cahaya melesat cepat, menyusuri lengannya tanpa melukai. “Seolah-olah tempat ini mengenali kita.” Raka melangkah mendekati pusat altar, di mana sebuah pilar kristal muncul perlahan dari bawah tanah. Di dalamnya, pusaran kehendak berwarna emas berdenyut pelan seperti jantung. “Tunggu,” ucap Arka sambil menatap sekeliling. “Kalian dengar itu?” Detak. Lembut, tapi dalam. Seperti jantung raksasa yang berdetak dari dalam dunia itu sendiri. Kiara m

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 221 Inti dari Segalanya

    Kilatan pertama menyambar seperti tombak cahaya yang mengoyak udara. Arka dan yang lain menembus pusaran badai, tubuh mereka melayang bebas di antara fragmen waktu dan kehendak yang saling bertabrakan. Setiap helai udara terasa tajam, seolah menolak keberadaan mereka. Arka menggertakkan gigi, tubuhnya tertarik ke dalam spiral cahaya keperakan. “Tahan formasi! Jangan terpisah!” “Aku kehilangan gravitasi!” teriak Genta, tubuhnya terpental ke arah fragmentasi kota yang hancur di kejauhan. Kiara melompat, menyambar tangan Genta. “Aku dapat dia! Tapi ini… bukan ruang biasa. Waktunya loncat-loncat!” Raka berputar di udara, kakinya menjejak sebongkah memori masa depan yang padat, lalu meluncur ke arah Arka. “Kita harus sampai ke pusat! Di sanalah kehendak disimpul jadi satu!” Di tengah pusaran, sosok bertopeng perak berdiri kokoh, tubuhnya membesar menjadi kolosus setinggi gedung. Di dadanya, mata yang berputar kini

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 220 Lapisan Ketiga

    Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 219 Pusaran Kehendak

    Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 218 Kehendak di Balik Layar

    Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 217 Bayangan di Langit

    Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

    Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 215 Warisan di Ujung Darah

    Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status