Share

Bab 126 Pertanda Kegelapan

Author: Caesar Azka
last update Huling Na-update: 2025-03-28 04:29:19

Langit semakin pekat. Awan hitam berputar, menyelimuti bulan dan bintang. Udara yang semula hanya dingin berubah menjadi mencekam. Angin berembus liar, membawa bisikan samar yang terdengar seperti jeritan dari dunia lain.

Arka dan Genta berdiri tegak, napas mereka tertata, meski dada mereka masih naik turun setelah pertarungan yang baru saja mereka menangkan. Namun, insting mereka memberi peringatan—ini belum selesai.

Di kejauhan, bayangan-bayangan mulai bermunculan. Siluet mereka semakin jelas di bawah remang langit yang gelap. Sosok yang berjalan paling depan begitu familier. Langkahnya berat namun penuh wibawa, seolah tanah sendiri tunduk di bawah telapak kakinya.

"Raksa," Arka menggumam pelan, matanya menyipit.

Genta mengepalkan tangan. "Jadi dia akhirnya muncul… pemimpin Klan Bayangan Hitam."

Raksa berhenti beberapa langkah di depan mereka, dikelilingi anak buahnya yang bergerak tanpa suara. Di balik tub
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 127 Ancaman dari Dalam dan Luar

    Suara gemuruh itu semakin mendekat. Tanah bergetar hebat, seolah ada raksasa yang sedang melangkah mendekati mereka. Angin berputar liar, membawa hawa panas yang menusuk. Namun, Arka hanya menatap lurus tanpa rasa gentar. Genta di sampingnya tampak tegang, matanya menyipit berusaha menembus kegelapan yang menyelimuti tempat itu. "Mereka datang," gumam Genta. Arka mengangguk. "Klan Kuno…" Dari kejauhan, sosok-sosok berjubah panjang dengan aura mistis mulai terlihat. Mata mereka bersinar keemasan, menandakan bahwa mereka adalah keturunan langsung dari Klan Kuno yang pernah berseteru dengan Klan Naga Langit di masa lalu. "Arka!" Salah satu dari mereka berbicara dengan suara berat. "Serahkan rahasia Klan Naga Langit! Itu bukan milikmu!" Namun, Arka tetap tenang. Tanpa berkata apa pun, ia membalikkan badan dan berjalan pergi. Genta terkejut. "Kau tidak akan menghadapi mereka?"

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 128 Dibalik Ancaman

    Pesan misterius yang masuk ke perangkat komunikasi Arka tidak membuatnya panik. Ia tetap duduk tenang di kursinya, menatap layar yang menampilkan satu kalimat singkat: "Kami akan datang untukmu. Bersiaplah." Genta yang berdiri di sampingnya membaca pesan itu sekilas, lalu melirik Arka dengan cemas. "Ancaman lagi?" tanyanya. Arka mengangguk pelan. "Sepertinya begitu. Tapi selama ancaman ini hanya datang dari para pengusaha dalam dan luar negeri, aku masih bisa menghadapinya dengan tenang." Genta menghela napas. "Jadi… yang bisa membuatmu waspada hanya jika ancaman itu datang dari Bayangan Hitam?" Arka menatap tajam ke arah jendela kantornya yang menghadap ke kota. "Ya. Raksa terlalu licik. Tipu dayanya banyak, dan yang lebih berbahaya, aku belum bisa membaca kekuatannya." Ketika Arka hendak menutup pesan itu, perangkat komunikasinya berbunyi lagi. Kali ini bukan dari ancaman pengu

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 129 Prinsip yang Tak Terduga

    Angin malam bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk. Dari kegelapan, sosok Raksa perlahan muncul, diikuti oleh bayangan-bayangan hitam yang bergetar seperti kabut pekat. Arka dan Genta langsung bersiaga, merasakan aura kehadiran musuh bebuyutan mereka semakin mendekat. Namun, ada sesuatu yang lebih mengejutkan dari sekadar kemunculan Raksa. "Arka," suara Raksa terdengar dingin. "Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu. Aku selalu mengawasi perkembanganmu. Tapi kali ini… aku tidak datang sendirian." Dari belakang Raksa, seorang pria bertubuh tegap melangkah maju. Rambutnya yang panjang berkibar diterpa angin, dan sorot matanya penuh kepercayaan diri. Arka dan Genta sama-sama terkejut. "Reza?!" seru Genta tak percaya. Arka menatap tajam ke arah pria yang dulunya adalah sahabat sekaligus saingannya di Wijaya Corporation. "Jadi, kau memilih jalan ini, Reza?" Reza menyer

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 130 Musuh yang Mengintai

    Malam itu, angin berhembus perlahan di kediaman Arka. Cahaya bulan samar menerangi halaman rumahnya yang luas. Setelah pertarungan sengit melawan Reza, Arka dan Genta akhirnya kembali. Namun, pikiran Arka masih dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Genta duduk di kursi teras sambil meneguk teh hangat. "Kau terlihat gelisah, Arka." Arka menatap langit, lalu menghela napas. "Reza bukan lawan yang sulit bagiku. Tapi ada sesuatu yang menggangguku… Raksa sepertinya punya rencana lebih besar. Dan dia tidak hanya ingin mengalahkanku, tapi juga menguasai sesuatu yang lebih besar." Sebelum Genta bisa menjawab, langkah kaki terdengar mendekat. Sosok tinggi dengan jubah gelap muncul dari balik bayangan. Arka dan Genta langsung waspada, tetapi begitu cahaya bulan menyinari wajah pria itu, mata Arka membelalak. "Ayah?" Genta pun terkejut. "Tuan Wijaya?" Pria itu tersenyum ti

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 131 Pertarungan di Pinggiran Ibukota

    Langkah kaki Arka dan Genta bergema di lorong markas militer. Setelah mendapatkan informasi dari Panglima, mereka bersiap untuk berangkat ke pinggiran ibukota. Beberapa tentara dari tim khusus telah ditugaskan untuk mengamankan area pertempuran agar tidak ada warga sipil yang terlibat. Genta menatap Arka dengan serius. "Kau yakin ingin melawan mereka sendiri?" Arka tersenyum tipis. "Aku tidak bisa membiarkan orang lain bertarung menghadapi ancaman ini. Lagipula, ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang negara." Baru saja mereka hendak melangkah keluar dari markas, tiba-tiba seorang wanita berdiri di depan mereka. Wajahnya dipenuhi kecemasan. "Arka!" Arka berhenti. "Kiara?" Kiara berlari mendekat, matanya penuh emosi. "Aku baru saja mendapatkan informasi dari tetua keluargaku. Kau dalam bahaya besar! Kau harus membatalkan ini!" Genta menghela napas, sadar bahwa ini akan menjadi pe

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 132 Pertarungan Melawan Pembunuh Bayaran Puncak

    Langit di pinggiran ibukota masih kelam. Angin berhembus membawa debu yang berputar di sekitar dua sosok yang saling berhadapan. Arka berdiri tegap, tubuhnya masih memancarkan aura dari Warisan Klan Naga Langit dan Darah Kuno. Di hadapannya, pemimpin tim pembunuh bayaran itu tersenyum tipis. Matanya tajam, penuh dengan keyakinan. "Aku tidak menyangka kau bisa mengalahkan mereka dengan mudah. Tapi jangan salah sangka, Arka. Aku berbeda." Arka tidak menjawab. Dia hanya menatap lawannya dengan tenang. Tiba-tiba, dalam sekejap mata, sosok pria itu menghilang. "Cepat!" Arka langsung melompat ke samping, menghindari serangan mendadak yang muncul dari bayangan. Namun, sebelum Arka sempat berpikir lebih jauh, sebuah serangan datang dari atas. Dengan kecepatan luar biasa, pemimpin pembunuh bayaran itu melancarkan serangan telapak tangan yang mengandung energi gelap. B

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 133 Ekspansi dan Warisan Ibu

    Di ruang rapat utama Wijaya Corporation, Arka duduk dengan ekspresi serius. Di hadapannya, Raka dan Genta telah menyiapkan dokumen-dokumen ekspansi bisnis ke beberapa kota besar. "Aku berpikir untuk memperluas perusahaan kita," kata Arka sambil menatap layar proyektor yang menampilkan peta dengan beberapa titik kota yang telah ditandai. "Kita harus masuk ke pasar yang lebih luas dan membangun pondasi yang lebih kuat." Raka mengangguk. "Setelah kita berhasil menguasai pasar di Jakarta, memperluas ke kota-kota besar lainnya adalah langkah yang masuk akal. Tapi..." Genta melanjutkan. "Salah satu kota yang masuk dalam daftar ini adalah kota kelahiran ibumu. Itu bukan hanya kota biasa, Arka. Keluarga ibumu sangat berpengaruh di sana." Arka mengangguk pelan. "Itulah kenapa kita harus berhati-hati. Aku ingin bertemu dengan ibu untuk meminta masukannya sebelum kita melangkah lebih jauh." Raka menyandarkan tubuhnya ke

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 134 Rahasia Keluarga Ibu

    Bandung, kota yang penuh sejarah dan keindahan, kini menjadi tujuan Arka dalam ekspansi bisnisnya. Namun, lebih dari sekadar bisnis, di kota inilah ibunya dilahirkan dan dibesarkan, di dalam keluarga yang masih memegang teguh tradisi kuno dan memiliki pengaruh besar dalam dunia bela diri. Sepanjang perjalanan menuju hotel yang telah dipesan, pikiran Arka dipenuhi oleh berbagai kemungkinan. "Ibuku selalu menutupi banyak hal tentang keluarganya," gumamnya pelan. Genta, yang duduk di sebelahnya di dalam mobil, menoleh. "Apa kau berpikir kedatanganmu ke sini akan membongkar rahasia itu?" Arka mengangguk. "Aku tak ingin berharap terlalu banyak, tapi... aku punya firasat petualangan ayahku ada kaitannya dengan keluarga ibu." Raka yang mengemudikan mobil menambahkan, "Kalau begitu, kita harus bersiap untuk lebih dari sekadar negosiasi bisnis. Bisa saja keluargamu akan menguji lebih dari sekadar kemampuan bisnismu."

    Huling Na-update : 2025-03-30

Pinakabagong kabanata

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 223 Kembali ke Akar

    Langit Jakarta diguyur cahaya senja yang lembut saat helikopter hitam mendarat di atap gedung utama Wijaya Corporation. Bilah-bilah rotor melambat, meniupkan debu dan kenangan di udara. Dari dalam kabin, Arka turun lebih dulu, mengenakan jaket hitam bertuliskan WJ Core di lengannya. “Masih terasa aneh ya,” gumam Kiara di belakangnya. “Kita barusan keluar dari altar kehendak… dan sekarang berdiri di atap kantor pusat.” Genta menyeringai sambil menenteng tas data. “Aneh itu kalau kita tiba-tiba bangun di kebun belakang dengan piyama.” Raka menepuk bahunya. “Jangan beri semesta ide aneh, Gen.” Mereka berempat berdiri berjejer, menatap siluet kota yang perlahan berubah warna. Di bawah mereka, gedung-gedung menjulang seperti urat nadi dari ambisi yang pernah hampir dibajak oleh kehendak jahat. Arka menarik napas panjang. “Kita berhasil. Dunia masih berdiri.” “Dan kita masih satu,” Kiara menambahkan,

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 222 Jejak yang Tertinggal

    Altar kehendak bergema dengan getaran lembut, seolah menghela napas terakhir setelah ribuan tahun terbungkam. Dinding kubah yang retak menyala dengan pola cahaya yang bergerak pelan, membentuk simbol-simbol purba yang tak dikenali, tapi terasa akrab bagi Arka dan yang lain. “Tempat ini hidup,” bisik Genta, mengamati garis cahaya yang menjalar di sepanjang lantai. “Tapi bukan seperti teknologi. Ini… sesuatu yang lain.” Kiara menyentuh salah satu simbol, dan cahaya melesat cepat, menyusuri lengannya tanpa melukai. “Seolah-olah tempat ini mengenali kita.” Raka melangkah mendekati pusat altar, di mana sebuah pilar kristal muncul perlahan dari bawah tanah. Di dalamnya, pusaran kehendak berwarna emas berdenyut pelan seperti jantung. “Tunggu,” ucap Arka sambil menatap sekeliling. “Kalian dengar itu?” Detak. Lembut, tapi dalam. Seperti jantung raksasa yang berdetak dari dalam dunia itu sendiri. Kiara m

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 221 Inti dari Segalanya

    Kilatan pertama menyambar seperti tombak cahaya yang mengoyak udara. Arka dan yang lain menembus pusaran badai, tubuh mereka melayang bebas di antara fragmen waktu dan kehendak yang saling bertabrakan. Setiap helai udara terasa tajam, seolah menolak keberadaan mereka. Arka menggertakkan gigi, tubuhnya tertarik ke dalam spiral cahaya keperakan. “Tahan formasi! Jangan terpisah!” “Aku kehilangan gravitasi!” teriak Genta, tubuhnya terpental ke arah fragmentasi kota yang hancur di kejauhan. Kiara melompat, menyambar tangan Genta. “Aku dapat dia! Tapi ini… bukan ruang biasa. Waktunya loncat-loncat!” Raka berputar di udara, kakinya menjejak sebongkah memori masa depan yang padat, lalu meluncur ke arah Arka. “Kita harus sampai ke pusat! Di sanalah kehendak disimpul jadi satu!” Di tengah pusaran, sosok bertopeng perak berdiri kokoh, tubuhnya membesar menjadi kolosus setinggi gedung. Di dadanya, mata yang berputar kini

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 220 Lapisan Ketiga

    Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 219 Pusaran Kehendak

    Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 218 Kehendak di Balik Layar

    Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 217 Bayangan di Langit

    Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

    Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 215 Warisan di Ujung Darah

    Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status