Share

Bab 105 Panggilan Negara

Penulis: Caesar Azka
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 05:30:21

Nama Arka semakin dikenal di berbagai kalangan. Dia bukan hanya seorang pengusaha brilian, tetapi juga seorang pendekar yang tak terkalahkan. Kehebatannya dalam pertarungan terakhir menyebar luas, membuatnya menjadi sosok yang dihormati sekaligus ditakuti.

Di sisi lain, negara menghadapi ancaman yang lebih besar. Sebuah kelompok bayangan dari dunia internasional mulai menyusup, berusaha meruntuhkan pemerintahan dan menciptakan kekacauan. Mereka bukan orang-orang biasa, melainkan mantan prajurit dan ahli beladiri yang pernah dikalahkan oleh para pendekar dalam negeri di masa lalu. Kini mereka kembali, lebih kuat dan lebih ganas dari sebelumnya.

Pemerintah mulai gelisah. Militer dan aparat keamanan sudah bersiaga, tetapi mereka tahu bahwa menghadapi musuh dengan kemampuan beladiri luar biasa membutuhkan pendekatan berbeda.

Di suatu pagi yang tenang, Arka menerima panggilan tak terduga.

"Tuan Arka, seseorang ingin bertemu deng
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 106 Pertempuran di Perbatasan

    Malam itu, Arka menerima panggilan darurat dari Panglima Damar. Suaranya terdengar tegang di ujung telepon. "Arka, musuh telah tiba di perbatasan. Mereka bergerak dalam bayangan, mencoba menyusup ke wilayah kita. Ini bukan ancaman biasa. Kazuro dan beberapa ahli beladiri kelas dunia ada di antara mereka." Arka yang sedang berada di ruang latihan rahasianya dikediamannya menatap peta yang terbentang di meja. Ia sudah memperkirakan bahwa serangan seperti ini akan datang, tapi tidak menyangka akan secepat ini. "Apa rencananya, Panglima?" tanya Arka. "Kita akan melakukan operasi penghancuran. Aku butuh kau di garis depan. Kau akan memimpin tim kecil, terdiri dari para tentara pilihan. Mereka sudah terlatih, tapi melawan orang-orang seperti Kazuro, senjata biasa tidak akan cukup. Kau harus menghadapi mereka secara langsung." Arka terdiam sejenak. Ia tahu bahwa misi ini akan sangat ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 107 Kembali Ke Dunia Bisnis

    Arka duduk di dalam mobil yang membawanya kembali ke kota. Setelah pertempuran sengit di perbatasan, ia akhirnya bisa menghela napas sejenak. Namun, pikirannya masih dipenuhi dengan berbagai hal—tentang musuh yang kabur, tentang masa depan, dan tentang misinya sebagai seorang pengusaha yang harus tetap menjaga perusahaannya. Panglima Damar telah berterima kasih padanya sebelum ia pergi. "Arka, negara ini berhutang budi padamu. Kau telah membuktikan bahwa masih ada patriot sejati yang akan melindungi tanah air ini." Arka hanya tersenyum tipis. "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, Panglima." Namun, tanpa sepengetahuan Arka, Panglima Damar telah menceritakan kisahnya kepada kepala negara dan para elit pemerintahan. Mereka terkejut sekaligus kagum, bahwa seorang pemuda yang dikenal sebagai pengusaha ternyata memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa dan mampu melindungi perbatasan seorang diri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 108 Bayangan Di Balik Kejayaan

    Arka terus mempertahankan rahasia besar tentang dirinya sebagai patriot negara. Meskipun banyak pihak mulai menaruh curiga, ia tetap memainkan perannya sebagai pengusaha yang fokus mengembangkan perusahaannya. Namun, di balik ketenangan itu, dunia bisnis dan politik mulai mengincarnya. Di ruang rapat eksklusif sebuah hotel bintang lima, sekelompok elit pengusaha berkumpul. Mereka berbincang dengan penuh kehati-hatian, mencoba mengungkap identitas sang patriot yang telah menyelamatkan negara. "Orang ini bukan sekadar pejuang, dia juga sangat cerdas dalam bisnis," ujar seorang pria tua berjas hitam. "Kita harus menemukan dia. Jika dia bergabung dengan kita, masa depan bisnis kita akan lebih kuat," tambah seorang wanita berusia sekitar lima puluhan dengan suara berwibawa. "Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Pemerintah merahasiakan identitasnya dengan sangat ketat," sahut pengusaha muda lainnya. "Ada satu car

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 109 Bayangan Yang Semakin Gelap

    Arka mulai merasakan tekanan dari berbagai sisi. Dunia bisnis semakin bergejolak, hubungan dengan Kiara menjadi semakin rumit, dan musuh-musuhnya tidak tinggal diam. Kali ini, ancaman yang datang jauh lebih besar dari sebelumnya. Di ruang rapat eksklusif perusahaan miliknya, Arka dan Raka sedang membahas ekspansi bisnis mereka. "Arka, sepertinya para investor besar mulai menunjukkan ketertarikan pada perusahaan kita. Beberapa dari mereka bahkan menawarkan kerja sama eksklusif," ujar Raka sambil menyerahkan beberapa dokumen. Arka melihat sekilas dokumen itu. "Menarik. Tapi kita harus berhati-hati. Tidak semua yang mendekat itu punya niat baik." "Aku juga berpikir begitu. Lagipula, beberapa dari mereka tampaknya lebih tertarik pada dirimu daripada bisnis kita," tambah Raka dengan senyum penuh arti. Arka tertawa kecil. "Aku sudah terbiasa dengan itu. Dunia ini bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang kekuatan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 110 Bayangan Di Perbatasan

    Langit masih gelap ketika Arka tiba di markas militer. Tatapannya tajam, pikirannya fokus pada misi yang akan datang. Kali ini, lawan yang akan dihadapi bukan sembarangan. Musuh yang dikirim bukan hanya sekadar penyusup biasa, tetapi ahli bela diri dengan kekuatan yang hampir menyamai dirinya. Panglima Damar berdiri di depan layar besar yang menampilkan peta perbatasan. Beberapa titik merah menunjukkan posisi musuh yang telah terdeteksi. "Arka, berdasarkan laporan terbaru, mereka sudah masuk lebih dalam dari yang kita perkirakan," ujar Panglima dengan nada serius. Arka menyimak dengan seksama. "Berapa banyak dari mereka?" Seorang perwira berbicara. "Setidaknya ada tiga orang dengan tingkat kekuatan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Mereka adalah ahli bela diri dari klan bayangan yang memiliki teknik rahasia. Jika kita tidak hati-hati, mereka bisa merusak stabilitas negara." Arka menghela napas. "Jika

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 111 Pertarungan Tak Berujung

    Malam semakin larut, namun medan pertempuran di perbatasan masih terasa panas. Tanah bergetar, pepohonan di sekitar berguguran akibat benturan kekuatan yang luar biasa. Kazen, lawan pertama Arka, kini terkapar di tanah dengan napas tersengal. Arka berdiri tegak, tubuhnya masih dikelilingi oleh aura biru keemasan khas jurus Klan Naga Langit. Tapi, meskipun baru saja memenangkan pertarungan, ia tidak bisa lengah. Dari balik kegelapan, seseorang melangkah maju. Seorang pria bertubuh tinggi dengan sorot mata tajam menatapnya penuh perhitungan. "Hmph... Kazen memang lemah, sudah kuduga ia tak akan bertahan lama." Arka mengangkat alis. "Dan kau siapa?" Pria itu tersenyum tipis. "Namaku Zarek. Aku jauh lebih kuat dari Kazen. Seharusnya kau bersyukur, karena sekarang kau akan menghadapi lawan yang layak." Arka merasakan hawa dingin menyelubungi udara. Ini berbeda. Aura Zarek lebih menekan daripada Kaze

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 112 Pertempuran Terakhir di Perbatasan

    Langit perbatasan masih dipenuhi dengan hawa pertempuran yang mencekam. Tubuh Drakar terkapar di tanah, napasnya tersengal-sengal, sementara Arka berdiri tegak dengan tatapan tajam. Para tentara yang menyaksikan pertarungan itu belum sepenuhnya tenang, tetapi ada sedikit kelegaan di wajah mereka. Namun, sebelum mereka bisa menarik napas panjang, suara langkah kaki bergema di tengah keheningan. "Bagus sekali. Kau berhasil mengalahkan tiga orangku," suara itu dalam dan penuh keangkuhan. Arka dan para tentara menoleh. Dari balik kabut, seorang pria dengan jubah hitam panjang melangkah maju. Wajahnya dingin, matanya tajam seperti elang yang mengamati mangsanya. "Siapa kau?" Arka bertanya dengan nada waspada. Pria itu tersenyum kecil. "Aku?" Ia mengangkat dagunya. "Namaku adalah Kurogane. Dan aku bukan sekadar ahli bela diri yang dikirim untuk menguji kekuatanmu." Arka mengernyit. "Maksudmu?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 113 Permainan Para Pengusaha

    BAB 113: PERMAINAN PARA PENGUSAHA Arka duduk di ruang kantornya yang luas, menatap layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keuangan. Ia baru saja kembali dari perbatasan, dan kini saatnya fokus kembali pada bisnisnya. Raka duduk di seberangnya, memeriksa dokumen terkait ekspansi bisnis mereka. "Arka, kita harus segera mengeksekusi rencana pengembangan ini," ujar Raka sambil meletakkan dokumen di meja. "Pasar internasional mulai terbuka untuk kita, dan ini adalah peluang besar." Arka mengangguk. "Aku setuju. Tapi kita harus tetap waspada. Aku mendengar ada beberapa pengusaha yang mencoba menjegal langkah kita." Raka mendesah. "Aku juga mendengar kabar itu. Mereka tidak suka melihat kita berkembang terlalu cepat." Arka tersenyum tipis. "Mereka boleh mencoba, tapi mereka tidak akan bisa menghentikan kita." Di sisi lain, para pengusaha besar yang merasa tersaingi oleh Arka mulai bergerak. M

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26

Bab terbaru

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 223 Kembali ke Akar

    Langit Jakarta diguyur cahaya senja yang lembut saat helikopter hitam mendarat di atap gedung utama Wijaya Corporation. Bilah-bilah rotor melambat, meniupkan debu dan kenangan di udara. Dari dalam kabin, Arka turun lebih dulu, mengenakan jaket hitam bertuliskan WJ Core di lengannya. “Masih terasa aneh ya,” gumam Kiara di belakangnya. “Kita barusan keluar dari altar kehendak… dan sekarang berdiri di atap kantor pusat.” Genta menyeringai sambil menenteng tas data. “Aneh itu kalau kita tiba-tiba bangun di kebun belakang dengan piyama.” Raka menepuk bahunya. “Jangan beri semesta ide aneh, Gen.” Mereka berempat berdiri berjejer, menatap siluet kota yang perlahan berubah warna. Di bawah mereka, gedung-gedung menjulang seperti urat nadi dari ambisi yang pernah hampir dibajak oleh kehendak jahat. Arka menarik napas panjang. “Kita berhasil. Dunia masih berdiri.” “Dan kita masih satu,” Kiara menambahkan,

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 222 Jejak yang Tertinggal

    Altar kehendak bergema dengan getaran lembut, seolah menghela napas terakhir setelah ribuan tahun terbungkam. Dinding kubah yang retak menyala dengan pola cahaya yang bergerak pelan, membentuk simbol-simbol purba yang tak dikenali, tapi terasa akrab bagi Arka dan yang lain. “Tempat ini hidup,” bisik Genta, mengamati garis cahaya yang menjalar di sepanjang lantai. “Tapi bukan seperti teknologi. Ini… sesuatu yang lain.” Kiara menyentuh salah satu simbol, dan cahaya melesat cepat, menyusuri lengannya tanpa melukai. “Seolah-olah tempat ini mengenali kita.” Raka melangkah mendekati pusat altar, di mana sebuah pilar kristal muncul perlahan dari bawah tanah. Di dalamnya, pusaran kehendak berwarna emas berdenyut pelan seperti jantung. “Tunggu,” ucap Arka sambil menatap sekeliling. “Kalian dengar itu?” Detak. Lembut, tapi dalam. Seperti jantung raksasa yang berdetak dari dalam dunia itu sendiri. Kiara m

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 221 Inti dari Segalanya

    Kilatan pertama menyambar seperti tombak cahaya yang mengoyak udara. Arka dan yang lain menembus pusaran badai, tubuh mereka melayang bebas di antara fragmen waktu dan kehendak yang saling bertabrakan. Setiap helai udara terasa tajam, seolah menolak keberadaan mereka. Arka menggertakkan gigi, tubuhnya tertarik ke dalam spiral cahaya keperakan. “Tahan formasi! Jangan terpisah!” “Aku kehilangan gravitasi!” teriak Genta, tubuhnya terpental ke arah fragmentasi kota yang hancur di kejauhan. Kiara melompat, menyambar tangan Genta. “Aku dapat dia! Tapi ini… bukan ruang biasa. Waktunya loncat-loncat!” Raka berputar di udara, kakinya menjejak sebongkah memori masa depan yang padat, lalu meluncur ke arah Arka. “Kita harus sampai ke pusat! Di sanalah kehendak disimpul jadi satu!” Di tengah pusaran, sosok bertopeng perak berdiri kokoh, tubuhnya membesar menjadi kolosus setinggi gedung. Di dadanya, mata yang berputar kini

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 220 Lapisan Ketiga

    Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 219 Pusaran Kehendak

    Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 218 Kehendak di Balik Layar

    Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 217 Bayangan di Langit

    Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

    Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 215 Warisan di Ujung Darah

    Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status