Mira terus membaca isi berita tersebut hingga pesan yang terakhir. Lalu iapun mencari melalui internet berita yang lain dan sayangnya semua surat kabar memberitakan hal yang sama."Apa yang harus kulakukan? Kenapa ujian ini belum berakhir bagiku?" lirih Mira pelan.Di keheningan malam, ia hanya bisa berdoa atas apa yang menimpanya saat ini. "Tapi kenapa aku tidak memercayai hal ini? Aku sangat mengenal mas Denny, dan aku tahu bagaimana ia menjalani hidupnya," gumamnya lagi. "Tapi ... bagaimana mungkin berita ini begitu santer dan nyata?"Akhirnya ia hanya bisa merenung dan berdoa. Ia tak akan bersikap buru-buru, terlebih lagi kondisi dunia Maya memang tidak selalu memberitakan fakta, melainkan hanya mencari sensasi untuk mendapatkan perhatian. Tapi bagaimana jika semua ini benar?Hati Mira terasa sakit, ia tak tahu jika itu terjadi pada dirinya akankah ia memaafkan Denny?"Bagaimana aku memaafkan hal yang menjijikkan itu? Berzina? Bahkan rajam adalah yang paling sesuai dengan hal itu
Merasa gelisah karena tidak bisa menghubungi Denny, maka Mira memutuskan untuk menghubungi Agus. Ia sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi."Apa benar semua berita yang beredar itu, Gus?" ujar Mira pelan dan ragu. Bagaimanapun ia merasa malu dan terganggu dengan berita tersebut."Aku belum bisa memastikan karena belum bertemu langsung dengan Pak Denny. Hanya saja tahanan itu memang seorang wanita muda bernama Marina.""Jadi inisial itu memang benar ya, ada kaitannya dengan Mas Denny dan juga Marina.""Benar. Dan sekarang keadaan semakin rumit, Mir. Karena..."Agus lama terdiam, ia ragu untuk mengatakannya."Kenapa, Gus? Keadaan yang semakin rumit bagaimana maksudmu?""Masalahnya... wanita itu melakukan percobaan bunuh diri sekarang ini sehingga dilarikan ke rumah sakit. Mereka menduga karena Pak Denny mengelak untuk bertanggung jawab. Jika wanita itu sampai meninggal, keadaan akan semakin rumit karena saksi yang lain belum bisa ditemukan."Mira menggigit bibirnya kuat, membayangk
Mira menarik napas, ia tak mengira kedatangannya melihat hal yang menyesakkan. Iapun membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, namun hal itu diketahui Denny.Panggilan Denny tak ia hiraukan, itu karena ada rasa gemuruh dan ingin marah karenanya. Hingga akhirnya tangan kekar Denny menahannya."Mira, aku ingin jelaskan semuanya, bisakah kau mendengarkan aku sekarang?" ujarnya merayu Mira, sementara wanita itu belum juga melihat ke arahnya."Mira...ini sangat penting bagi kita, ayolah dengarkan aku sekali ini saja. Aku berani bersumpah bahwa aku tidak melakukan hal-hal yang melanggar batas agama dalam hal ini."Mira mencerna ucapan Denny dengan susah payah, karena sebenarnya ia hanya ingin menangis saat ini. Ia begitu marah, begitu cemburu melihat Denny dipeluk seorang wanita terlepas dari salah atau tidaknya seorang Denny atas tuduhan keji terhadapnya."Mira ... maukah kau mendengarkan aku?" lirihnya lagi, sehingga ia membuat mereka bisa berhadapan. Denny bisa melihat wajah Mira yang sa
Berbagai macam kata "bagaimana" meluncur dari mulut Marina yang panik membuat Denny menjadi iba. Meskipun ia sebenarnya sangat marah, ia juga masih punya hati saat melihat orang yang sudah sangat putus asa itu. Itulah sebabnya secara reflek iapun menepuk-nepuk punggung Marina untuk menenangkan wanita itu. Cukup lama ia memeluknya sehingga wanita itu tenang.Akan tetapi ia tak menyangka seseorang datang mengunjunginya dan melihat bagaimana wanita itu memeluknya erat. Ia tak mengira Mira bakal datang ke Jakarta dan menyaksikan semua masalah itu."Mira, aku tau aku terlalu ceroboh dan sering kali membuatmu terluka. Akan tetapi untuk kali ini saja kuharap engkau percaya kepadaku tanpa syarat. Karena syarat apapun tak akan ada gunanya jika tidak tulus dari dalam hati. Kuharap, kumohon kamu bisa mengerti posisiku saat ini," kata Denny terus berusaha meyakinkan Mira.Mira tak mengerti mengapa Denny begitu memelas saat berbicara dengannya.Mira tak tau, bagaimana jika esok nanti ternyata Denn
Kebanyakan orang berpikir untuk menjadi orang nomor satu dalam hidupnya. Standar kesuksesan dilihat dari apa yang ia miliki secara kasat mata. Punya perusahaan, mobil, rumah dan berbagai fasilitas lengkap yang membuat hidupnya semakin mudah, itu persepsi normalnya. Akan tetapi mencapai semua itu juga tidak mudah.Kenyataannya, semakin mendapatkan semua itu, kehidupan seseorang menjadi semakin rumit dan tidak bisa dibuat sederhana lagi."Mira, apa kamu tahu apa yang kupikirkan saat ini?" tiba-tiba Denny berujar."Hah?""Kenapa aku merasa sangat miskin sekarang ini kecuali satu hal yang membuatku merasa punya tempat untuk kembali.""Jangan ngawur, Mas. Kamu ini seorang pemimpin perusahaan, jangan mengelak hanya karena takut dimintai sedekah," goda Mira. "Mas Denny kaya, tampan dan juga idola kami, tidak ada yang kurang dari Mas Denny bagi kami," kata Mira.Denny tersenyum simpul,. bagaimana tidak, Mira mulai menggombal di telinganya. Terlihat wanita itu mengedipkan matanya dengan genit
"Uhmm, nggak ada, Mas. Ini cuma obrolan ringan, Kok. Oh ya, rencana Marina akan tinggal satu rumah dengan kita, jadi aku juga sudah menyiapkan kamar untuknya. Saya rasa masalah ini akan selesai sampai di sini."Denny terkejut bukan main. Ia tak mengerti dengan apa yang Mira pikirkan saat ini."Mira, kamu nggak serius kan?" tanya Denny."Kapan sih Mas, istri kamu nggak serius? Selain itu, kamu juga harus diuji Mas.""Diuji?""Kamu memintaku untuk percaya kepadamu, jadi sekarang aku meminta kamu untuk percaya kepadaku, Mas. Kita akan selesaikan ini secara kekeluargaan, bagaimana?"Denny melihat tatapan Mira dengan tatapan heran, lalu melihat Marina yang berdiri mematung tak berkutik. Apa yang sebenarnya direncanakan Mira, sampai mereka harus tinggal bersama?"Terserah, akan tetapi sebenarnya aku tidak setuju samasekali. Apa kata orang dan bagaimana kalau semua orang menganggap tuduhan itu benar?""Mas Denny tidak perlu kuatir. Akan tetapi ada banyak hal yang harus kita lakukan supaya se
Tidak benar bahwa Marina bersedia melakukannya, itu semua karena Dika, pria kekasihnya itulah yang memaksanya untuk melakukan. Dengan segala bujuk rayunya, Dika selalu berhasil membuat ia menurut. Dasar bodoh! rutuknya pada diri sendiri. Akan tetapi penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi sekarang. Dika tidak mau bertanggung jawab, juga melimpahkan kesalahan kepadanya. Selain itu dirinya hanyalah alat balas dendam."Mas, aku hamil sekarang ini, bagaimana kalau kita cepat menikah saja?" suatu hari Marina bertanya pada kekasihnya. Bagaimanapun ia tidak mau dicap sebagai wanita murahan, dan hamil tanpa seorang suami. Itulah sebabnya, meskipun tidak siap menikah, ia rela menikah apa adanya dengan Dika. "Menikah? Apa kau gila? Sudah kukatakan aku samasekali tidak punya komitmen untuk menikah, Marina. Aku belum ingin terikat lalu nanti malah berselingkuh dengan wanita lain. Sekarang kita sama-sama nggak ada ikatan, jadi tolong jangan memintaku untuk menikahi kamu."Marina sangat terkejut d
Denny bisa mendengar perbincangan mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya.Ia hanya bisa bersyukur karena Mira bukan wanita yang lemah dan tidak bijaksana. Hampir tak percaya dengan apa yang dilakukan istrinya, akan tetapi bukan Mira kalau tidak punya cara.Marina membuat tuduhan palsu dan polisi justru memintanya untuk menyetujui hal itu untuk sementara waktu.Kenyataannya sekarang rahasia dibalik kejadian ini hampir terungkap.Marina bisa dikatakan telah mengakui semuanya dengan tanpa perlawanan. Semua itu dikarenakan kesabaran Mira yang tidak gegabah dalam menghadapi tuduhan kepadanya.Lalu Denny terus mendengarkan percakapan antara Marina dan juga Mira."Setelah semua kejadian ini, apakah kau merasa bersalah?" tanya Mira lirih.Marina mengangguk cepat. Ia sungguh merasa bersalah karena membuat tuduhan palsu kepada keluarga sebaik Mira. Akan tetapi jika seseorang berada di posisinya, apakah mereka akan melakukan hal yang sama?"Saya minta maaf, saya sungguh mengkhawatirkan kelua