Sekte Langit Merah dulunya tidak terkenal di Benua Longhai. Meskipun pemimpin mereka, An Lushan, masuk dalam peringkat sepuluh besar Datuk dunia persilatan, namun prestasi murid-muridnya jauh dari kesan gemilang.Di antara ribuan murid, hanya tiga yang dianggap paling berbakat: Yun Feiyang, Lei Xinghan, dan satu-satunya murid perempuan, Ning Xueyi.Namun, meskipun mereka adalah yang terbaik di dalam sekte, jika dibandingkan dengan para genius dari sekte-sekte besar lainnya, mereka akan merasa malu. Kultivasi mereka, sayangnya, masih terbilang biasa-biasa saja.Namun, sesuatu yang luar biasa terjadi belum lama ini.Pada suatu malam, di bawah temaram cahaya lampu minyak, An Lushan mengadakan pertemuan rahasia dengan ketiga muridnya di ruang tertutup sekte. Di sana, satu per satu, mereka dipanggil untuk diinterogasi."Yun Feiyang, kau tahu mengapa aku memanggilmu?" suara An Lushan dingin dan penuh tekanan."Ampun, Pemimpin Sekte. Murid tidak tahu," jawab Yun Feiyang dengan suara gemetar.
Sosok tinggi itu perlahan berbalik, jubah hitam panjangnya berkibar seiring gerakannya. Ning Xueyi langsung memucat. Aura yang dipancarkan oleh pria berambut emas itu begitu kuat dan menekan, seperti gunung yang menghimpit dadanya.Napasnya terasa berat, nyaris tersengal-sengal, seolah udara di ruangan itu menipis.“Kamu sudah tahu siapa aku?” Suaranya datar, dingin seperti embun. Ekspresi wajahnya tetap tak berubah, membuat Ning Xueyi tak mampu membaca apa yang ada dalam pikirannya.Dengan suara pelan namun tegas, Ning Xueyi menunduk dalam-dalam.“Tidak, Yang Mulia. Hamba hanya mengikuti perintah Pemimpin Sekte An. Tuanku menawarkan jalan menuju keabadian. Maka gadis ini datang, berharap belas kasihan Yang Mulia untuk membantu hamba melangkah di jalan tersebut...”Ning Xueyi berusaha menahan gemetar di tubuhnya.Ketiga murid terbaik Sekte Langit Merah selalu dikenal pandai merendahkan diri di hadapan kekuatan yang lebih besar. Mereka tahu kapan harus berbicara, kapan harus diam, dan
Sejak peristiwa tragis di Hutan Maple, di mana jago-jago Sekte Wanjian tewas secara misterius, dunia persilatan di wilayah barat menjadi geger.Malam berdarah itu meninggalkan jejak pedang yang jelas—gerakan tusukan halus namun mematikan, yang diyakini sebagai ciri khas seni pedang Sekte Huangtu.Tanpa ragu, Sekte Wanjian menuding Sekte Huangtu sebagai dalang pembantaian tersebut.Bagi mereka, bukti ada pada luka-luka yang ditemukan di tubuh murid-murid mereka—gerakan pedang itu terlalu mirip dengan jurus-jurus pedang Sekte Huangtu.Namun, ketegangan yang membara di antara kedua sekte ini tak kunjung mereda.Bahkan, setelah pertemuan penting di Kota Biratama—tempat berkumpulnya lima sekte besar wilayah barat—masalah ini semakin memanas, memperkeruh suasana yang sudah tegang."Saudara Jian," Gao Zhennan, Pemimpin Sekte Huangtu, berkata sambil tersenyum tipis, kesannya dingin. "Terlalu gegabah jika kau langsung menyalahkan kami atas kematian murid-muridmu hanya berdasarkan seni pedang y
Sejak hari itu, hari-hari Sekte Wanjin dan Sekte Huangtu diwarnai oleh perang dingin—diam-diam dan penuh ketegangan.Tak ada yang mau bicara, tak ada diskusi terbuka untuk menyelesaikan masalah. Kedua sekte memilih membalas dendam dalam kegelapan, saling menyerang dari balik bayang-bayang, menghindari bentrokan langsung.Dunia persilatan di wilayah barat mulai terasa bergetar, tapi tak seorang pun menyadari ada sesuatu yang lebih besar di balik keributan ini—perang yang tersembunyi.Dua tahun berlalu, membawa banyak korban dalam diam.Meskipun tidak ada perang terbuka, perseteruan antara Sekte Wanjin dan Sekte Huangtu telah mengguncang dunia persilatan di wilayah barat, mengakibatkan jatuhnya banyak ahli, baik jenius sekte maupun para penatua yang menjadi pilar kekuatan.Wilayah barat benua Longhai, kini terperosok dalam kekacauan, dengan banyak sekte yang melemah akibat konflik ini.Namun, di tengah semua ini, Sekte Langit Merah justru tumbuh pesat.Tanpa terlibat langsung dalam pert
Ning Xueyi, setelah berhasil memanipulasi dunia persilatan di wilayah barat, merasa kemampuannya sudah mencapai puncak. Apalagi dengan cepatnya kultivasinya melonjak hingga ke ranah Pendekar Lotus Emas, ia yakin dirinya adalah talenta terbesar dalam dunia persilatan.Tugasnya kini adalah membuat kekacauan di Dataran Tengah, dan rencana itu akan dimulai dengan racun-racun mematikan.Pasar Hantu di Kota Tianzhou menjadi tujuannya, dan Toko Obat Guihua Tang adalah tempat ideal untuk mendapatkan barang-barang terlarang.Keyakinannya begitu besar, hingga ia lupa akan pepatah lama—selalu ada gunung yang lebih tinggi.Kembali di Pasar Hantu, didepan toko obat.Kemarahan Ning Xueyi meledak saat Imam Tao sederhana yang menjaga toko obat itu dengan angkuh membanting pintu di hadapannya. Tanpa basa-basi.Merasa diremehkan, Ning Xueyi meloloskan Pedang Usus Ikan dari sarungnya. Kilauan biru pada pedang itu menyatu dengan cahaya redup dari lampu minyak di sekitarnya, membuat gadis itu semakin perc
Gadis itu melesat bagaikan kilat, menembus kegelapan malam dengan kecepatannya yang begitu sulit diikuti oleh mata orang biasa.Dia adalah Ning Xueyi, salah satu kultivator papan atas, dari Sekte Langit Merah.Dia baru saja dikejutkan oleh bentrokan tak terduga dengan seorang pemuda asing di Pasar Hantu. Kecemasan merayap di benaknya sejak pertemuan itu, tetapi tidak menghentikannya untuk terus berlari, mencari tempat berlindung.Setelah berlari sekian lama dalam kegelapan malam, Ning Xueyi akhirnya memilih berlindung di sebuah biara tua yang sudah lama ditinggalkan penghuninya.Dia melangkah masuk ke aula yang bocor, dengan dinding-dinding rapuh dan jendela-jendela yang rusak. Ning Xueyi merasa tempat ini cukup aman untuk sementara waktu.“Ini hanya kesialan. Kebetulan buruk saja bertemu seorang ahli di Pasar Hantu,” gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri. "Tapi aku tidak akan membiarkan ini menghentikan rencanaku untuk menebar kekacauan di Dataran Tengah.”Tangannya mengepal erat,
Pagi di Pasar Hantu, Kota Tainzhou.Tok – tok – tok.“Permisi! Adakah yang bisa menerima surat undangan Majelis Kilatan Pedang?”Seorang kurir berpakaian seragam dari sekte yang asing, mengetuk pintu Toko Obat Guihua Tang.Kurir itu adalah Tang Gu, seorang praktisi tingkat menengah dari Puncak Qingxue.Perjalanan panjang dari Utara telah ia tempuh, hanya demi menyerahkan undangan Majelis Kilatan Pedang. kepada sosok misterius yang katanya tinggal di Pasar Hantu Kota Tianzhou.“Katanya, dia menduduki peringkat tiga dalam daftar para Datuk dunia. Tapi mengapa tinggal di tempat bobrok seperti ini? Pintu daunnya saja disambung-sambung?” pikir Tang Gu dalam hati, matanya tak bisa menyembunyikan rasa meremehkan.Meski begitu, ia tidak berani bertindak kurang ajar.Tugasnya harus diselesaikan dengan sopan, tak peduli seberapa anehnya situasi yang dihadapinya.Dari dalam toko, suara seorang anak muda terdengar samar. “Siapa?” tanyanya dengan nada biasa, tanpa antusiasme.“Undangan untuk Majel
Pada awal bulan pertama di Musim Semi berikutnya, Sekte Fenglin di Gunung Gu Zi tampak dipenuhi kesibukan.Pertemuan Majelis Kilatan Pedang tahun ini diadakan di sekte tersebut, sebuah kehormatan besar yang datang setelah Pimpinan Puncak Qinxue yang misterius, Mei Zhenkang, secara pribadi meminta kepada pemimpin Sekte Fenglin untuk menjadi tuan rumah.Meskipun Mei Zhenkang—Pemimpin Puncak Gunung Qinxue—tidak masuk dalam daftar seratus kultivator terkuat, kehebatannya bukan terletak pada kekuatan fisik, melainkan informasi yang dikuasainya.Organisasinya terkenal karena selalu memberikan informasi akurat mengenai perkembangan dunia persilatan. Hal inilah yang menjadikan dirinya dan Gunung Qinxue disegani di seluruh Benua Longhai.“Saya tidak mau ada kesalahan!” kata Li Gang, pemimpin Sekte Fenglin, dengan nada penuh wibawa saat memberi pengarahan kepada murid-murid kunci sekte."Murid yang ditugaskan sebagai penerima tamu di kaki gunung harus benar-benar paham tentang dunia persilatan.
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit