Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Penutup Perjalanan Panjang.

Share

Penutup Perjalanan Panjang.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 14:39:49

Ketika teriakan “Istana Pedang” terdengar bergema, seketika itu juga sebuah domain kuno berwarna pelangi muncul, menggantikan asap hitam yang bergulung milik Nyonya Yinfeng.

Dengan cepat, semua penonton dilanda rasa tercekam mendalam, menyaksikan Istana Pedang—sebuah dunia pedang yang penuh misteri dan kekuatan.

Saat bersamaan, mereka menyaksikan dengan mata membesar seperti bola, ketika satu demi satu dari delapan Grand Master terlempar keluar dari dalam Domain Pedang, dalam keadaan yang sangat tidak karuan.

Wajah para Grand Master tampak pucat pasi.

Baju mereka compang-camping, menunjukkan tanda-tanda kekalahan yang parah. Semuanya menampakkan ekspresi ketakutan setelah terlempar dari Istana Pedang. Kata-kata terbata-bata terdengar dari mulut mereka yang ketakutan.

“Dia—dia iblis!”

“Dia menciptakan dunia pedang tersendiri!”

Begitu mendengar kata-kata dari delapan sosok Grand Master, para penonton semakin kagum dengan kehebatan sang Imam Tao.

Malam itu langit berubah semakin cerah. K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
mantap.... #3
goodnovel comment avatar
David Gautama Putra
head to head sama benua pondura
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Di Ruang Bawah Tanah.

    Sekte Langit Merah dulunya tidak terkenal di Benua Longhai. Meskipun pemimpin mereka, An Lushan, masuk dalam peringkat sepuluh besar Datuk dunia persilatan, namun prestasi murid-muridnya jauh dari kesan gemilang.Di antara ribuan murid, hanya tiga yang dianggap paling berbakat: Yun Feiyang, Lei Xinghan, dan satu-satunya murid perempuan, Ning Xueyi.Namun, meskipun mereka adalah yang terbaik di dalam sekte, jika dibandingkan dengan para genius dari sekte-sekte besar lainnya, mereka akan merasa malu. Kultivasi mereka, sayangnya, masih terbilang biasa-biasa saja.Namun, sesuatu yang luar biasa terjadi belum lama ini.Pada suatu malam, di bawah temaram cahaya lampu minyak, An Lushan mengadakan pertemuan rahasia dengan ketiga muridnya di ruang tertutup sekte. Di sana, satu per satu, mereka dipanggil untuk diinterogasi."Yun Feiyang, kau tahu mengapa aku memanggilmu?" suara An Lushan dingin dan penuh tekanan."Ampun, Pemimpin Sekte. Murid tidak tahu," jawab Yun Feiyang dengan suara gemetar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Warisan Artefak Kuno   Nenek Penjual Bubur.

    Sosok tinggi itu perlahan berbalik, jubah hitam panjangnya berkibar seiring gerakannya. Ning Xueyi langsung memucat. Aura yang dipancarkan oleh pria berambut emas itu begitu kuat dan menekan, seperti gunung yang menghimpit dadanya.Napasnya terasa berat, nyaris tersengal-sengal, seolah udara di ruangan itu menipis.“Kamu sudah tahu siapa aku?” Suaranya datar, dingin seperti embun. Ekspresi wajahnya tetap tak berubah, membuat Ning Xueyi tak mampu membaca apa yang ada dalam pikirannya.Dengan suara pelan namun tegas, Ning Xueyi menunduk dalam-dalam.“Tidak, Yang Mulia. Hamba hanya mengikuti perintah Pemimpin Sekte An. Tuanku menawarkan jalan menuju keabadian. Maka gadis ini datang, berharap belas kasihan Yang Mulia untuk membantu hamba melangkah di jalan tersebut...”Ning Xueyi berusaha menahan gemetar di tubuhnya.Ketiga murid terbaik Sekte Langit Merah selalu dikenal pandai merendahkan diri di hadapan kekuatan yang lebih besar. Mereka tahu kapan harus berbicara, kapan harus diam, dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Warisan Artefak Kuno   Pedagang Kacang Kastanye Yang Misterius.

    Sejak peristiwa tragis di Hutan Maple, di mana jago-jago Sekte Wanjian tewas secara misterius, dunia persilatan di wilayah barat menjadi geger.Malam berdarah itu meninggalkan jejak pedang yang jelas—gerakan tusukan halus namun mematikan, yang diyakini sebagai ciri khas seni pedang Sekte Huangtu.Tanpa ragu, Sekte Wanjian menuding Sekte Huangtu sebagai dalang pembantaian tersebut.Bagi mereka, bukti ada pada luka-luka yang ditemukan di tubuh murid-murid mereka—gerakan pedang itu terlalu mirip dengan jurus-jurus pedang Sekte Huangtu.Namun, ketegangan yang membara di antara kedua sekte ini tak kunjung mereda.Bahkan, setelah pertemuan penting di Kota Biratama—tempat berkumpulnya lima sekte besar wilayah barat—masalah ini semakin memanas, memperkeruh suasana yang sudah tegang."Saudara Jian," Gao Zhennan, Pemimpin Sekte Huangtu, berkata sambil tersenyum tipis, kesannya dingin. "Terlalu gegabah jika kau langsung menyalahkan kami atas kematian murid-muridmu hanya berdasarkan seni pedang y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Warisan Artefak Kuno   Transaksi Di Malam Hari.

    Sejak hari itu, hari-hari Sekte Wanjin dan Sekte Huangtu diwarnai oleh perang dingin—diam-diam dan penuh ketegangan.Tak ada yang mau bicara, tak ada diskusi terbuka untuk menyelesaikan masalah. Kedua sekte memilih membalas dendam dalam kegelapan, saling menyerang dari balik bayang-bayang, menghindari bentrokan langsung.Dunia persilatan di wilayah barat mulai terasa bergetar, tapi tak seorang pun menyadari ada sesuatu yang lebih besar di balik keributan ini—perang yang tersembunyi.Dua tahun berlalu, membawa banyak korban dalam diam.Meskipun tidak ada perang terbuka, perseteruan antara Sekte Wanjin dan Sekte Huangtu telah mengguncang dunia persilatan di wilayah barat, mengakibatkan jatuhnya banyak ahli, baik jenius sekte maupun para penatua yang menjadi pilar kekuatan.Wilayah barat benua Longhai, kini terperosok dalam kekacauan, dengan banyak sekte yang melemah akibat konflik ini.Namun, di tengah semua ini, Sekte Langit Merah justru tumbuh pesat.Tanpa terlibat langsung dalam pert

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Warisan Artefak Kuno   Imam Tao dan Tabib Tua.

    Ning Xueyi, setelah berhasil memanipulasi dunia persilatan di wilayah barat, merasa kemampuannya sudah mencapai puncak. Apalagi dengan cepatnya kultivasinya melonjak hingga ke ranah Pendekar Lotus Emas, ia yakin dirinya adalah talenta terbesar dalam dunia persilatan.Tugasnya kini adalah membuat kekacauan di Dataran Tengah, dan rencana itu akan dimulai dengan racun-racun mematikan.Pasar Hantu di Kota Tianzhou menjadi tujuannya, dan Toko Obat Guihua Tang adalah tempat ideal untuk mendapatkan barang-barang terlarang.Keyakinannya begitu besar, hingga ia lupa akan pepatah lama—selalu ada gunung yang lebih tinggi.Kembali di Pasar Hantu, didepan toko obat.Kemarahan Ning Xueyi meledak saat Imam Tao sederhana yang menjaga toko obat itu dengan angkuh membanting pintu di hadapannya. Tanpa basa-basi.Merasa diremehkan, Ning Xueyi meloloskan Pedang Usus Ikan dari sarungnya. Kilauan biru pada pedang itu menyatu dengan cahaya redup dari lampu minyak di sekitarnya, membuat gadis itu semakin perc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Warisan Artefak Kuno   Majelis Kilatan Pedang.

    Gadis itu melesat bagaikan kilat, menembus kegelapan malam dengan kecepatannya yang begitu sulit diikuti oleh mata orang biasa.Dia adalah Ning Xueyi, salah satu kultivator papan atas, dari Sekte Langit Merah.Dia baru saja dikejutkan oleh bentrokan tak terduga dengan seorang pemuda asing di Pasar Hantu. Kecemasan merayap di benaknya sejak pertemuan itu, tetapi tidak menghentikannya untuk terus berlari, mencari tempat berlindung.Setelah berlari sekian lama dalam kegelapan malam, Ning Xueyi akhirnya memilih berlindung di sebuah biara tua yang sudah lama ditinggalkan penghuninya.Dia melangkah masuk ke aula yang bocor, dengan dinding-dinding rapuh dan jendela-jendela yang rusak. Ning Xueyi merasa tempat ini cukup aman untuk sementara waktu.“Ini hanya kesialan. Kebetulan buruk saja bertemu seorang ahli di Pasar Hantu,” gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri. "Tapi aku tidak akan membiarkan ini menghentikan rencanaku untuk menebar kekacauan di Dataran Tengah.”Tangannya mengepal erat,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Warisan Artefak Kuno   Undangan Majelis Pedang.

    Pagi di Pasar Hantu, Kota Tainzhou.Tok – tok – tok.“Permisi! Adakah yang bisa menerima surat undangan Majelis Kilatan Pedang?”Seorang kurir berpakaian seragam dari sekte yang asing, mengetuk pintu Toko Obat Guihua Tang.Kurir itu adalah Tang Gu, seorang praktisi tingkat menengah dari Puncak Qingxue.Perjalanan panjang dari Utara telah ia tempuh, hanya demi menyerahkan undangan Majelis Kilatan Pedang. kepada sosok misterius yang katanya tinggal di Pasar Hantu Kota Tianzhou.“Katanya, dia menduduki peringkat tiga dalam daftar para Datuk dunia. Tapi mengapa tinggal di tempat bobrok seperti ini? Pintu daunnya saja disambung-sambung?” pikir Tang Gu dalam hati, matanya tak bisa menyembunyikan rasa meremehkan.Meski begitu, ia tidak berani bertindak kurang ajar.Tugasnya harus diselesaikan dengan sopan, tak peduli seberapa anehnya situasi yang dihadapinya.Dari dalam toko, suara seorang anak muda terdengar samar. “Siapa?” tanyanya dengan nada biasa, tanpa antusiasme.“Undangan untuk Majel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Warisan Artefak Kuno   Di Kaki Gunung Gu Zi.

    Pada awal bulan pertama di Musim Semi berikutnya, Sekte Fenglin di Gunung Gu Zi tampak dipenuhi kesibukan.Pertemuan Majelis Kilatan Pedang tahun ini diadakan di sekte tersebut, sebuah kehormatan besar yang datang setelah Pimpinan Puncak Qinxue yang misterius, Mei Zhenkang, secara pribadi meminta kepada pemimpin Sekte Fenglin untuk menjadi tuan rumah.Meskipun Mei Zhenkang—Pemimpin Puncak Gunung Qinxue—tidak masuk dalam daftar seratus kultivator terkuat, kehebatannya bukan terletak pada kekuatan fisik, melainkan informasi yang dikuasainya.Organisasinya terkenal karena selalu memberikan informasi akurat mengenai perkembangan dunia persilatan. Hal inilah yang menjadikan dirinya dan Gunung Qinxue disegani di seluruh Benua Longhai.“Saya tidak mau ada kesalahan!” kata Li Gang, pemimpin Sekte Fenglin, dengan nada penuh wibawa saat memberi pengarahan kepada murid-murid kunci sekte."Murid yang ditugaskan sebagai penerima tamu di kaki gunung harus benar-benar paham tentang dunia persilatan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Baru.

    “Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

DMCA.com Protection Status