Ketika langit mulai menguning dan matahari senja merunduk rendah di ufuk barat, pelelangan resmi dinyatakan selesai. Suasana tegang di Aula Dadu Kembar mulai memudar, membuat ruang itu terasa lebih lega.Saatnya bagi para pemenang lelang untuk melunasi tagihan mereka.Rong Guo yang cerdik berpikir secepat kilat, mulai merancang muslihat brilian untuk menipu Tuan Muda Ouyang. Dengan ekspresi serius, ia mengucapkan kata-kata yang penuh perhitungan,“Adik, sebaiknya kamu pulang lebih dahulu ke rumah. Bawalah serta orang tua Xu Yu itu agar kita bisa bertemu nanti. Aku akan menyelesaikan pembayaran untuk kalung ini, lalu menyelinap agar tidak diuntit oleh dua iblis paling berbahaya—Guan Lieming dan perempuan jahat Shi Ninglan.”Tuan Muda Ouyang berpikir sejenak mendengar penawaran cerdik itu. Meski sering dianggap dungu oleh orang-orang sekitar, sebenarnya dia cerdik dan mengenal dengan sangat baik karakter kakak iparnya.Sudah lama ia menyadari bahwa Rong Guo adalah penipu ulung yang sela
Malam itu, dua bayangan melesat cepat membelah Yin Zhi Dalu, mengarungi dataran tengah menuju wilayah Barat. Dari sana, keduanya saling kejar-kejaran menembus batas ke wilayah selatan, melawan kegelapan malam yang pekat.Rong Guo terus memompa energi Qi yang tersisa di dantiannya, kini tinggal tiga puluh persen.Ia mengkonsumsi pil pemulih energi dan secara aktif menyerap kekuatan dari amulet yang dimilikinya. Beruntung, seni meringankan tubuhnya terbilang paling tinggi, hasil latihan intensif yang diwarisi dari Raja Kelelawar Hitam.Dengan kombinasi harmonis antara pil, amulet, dan seni meringankan tubuh yang mumpuni, meskipun cadangan energi Qi di dantian Rong Guo terbatas, ia tidak berhenti berlari sepanjang malam.Ia melompat tinggi, seakan terbang seperti seekor burung, dengan kecepatan yang sebanding dengan meteor melesat di langit.Walaupun fajar hampir menjelang, Rong Guo tampak sama sekali tidak kehabisan tenaga.Kebetulannya lagi, kondisi dunia di Yin Zhi Dalu ini menyerupai
Rong Guo telah menghabiskan waktu dua hari dua malam di dalam jurang yang terdapat di Hutan Bambu lamanya, ia fokus pada proses menyerap energi dari Kalung Bintang Abadi yang legendaris.Pengalamannya yang sebelumnya dibimbing oleh Tabib Dewa Huang Zhiruo, yang membantunya menyelaraskan dan menggabungkan energi internalnya, dengan energi yang diserap dari kalung tersebut, membuatnya tidak mengalami kesulitan berarti.Kini, ia hanya perlu menetralisir semua energi baru yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya, membuat tubuhnya terasa sesak, dengan energi eksternal yang tidak nyaman.Energi yang belum sepenuhnya terkontrol itu, berputar liar di dalam dantian, menantangnya untuk menjinakkan dan menyimpannya dengan baik di lautan dantian di internalnya.+++Malam itu, ketika kentongan pertama dibunyikan di Sekte Yin Zhen, suasana di sekelilingnya tampak begitu sepi.Tidak ada seorang murid pun yang melintas di halaman sekte yang luas, dikelilingi oleh pepohonan cedar yang menjulang tinggi. B
Keesokan harinya, Kekaisaran Yousha di Yin Shi Dalu mengalami kegemparan luar biasa.Di pasar-pasar yang ramai, di tempat berkumpulnya para pedagang, bahkan hingga ke pelosok desa terpencil, kabar tentang kematian Pemimpin Sekte Yin Zhen, Shi Ninglan, menyebar seperti api yang membakar padang rumput kering."Katanya, tubuh Shi Ninglan hancur lebur dihantam oleh seribu aura pedang! Sungguh mengerikan. Kepandaian siapa yang mampu setingkat itu?" seru seorang pria paruh baya di Rumah Teh Krisan Emas.Matanya berbinar penuh semangat saat ia mengulang kembali kejadian malam sebelumnya, keajaiban dan kengerian bertautan di dalam cerita yang ia sampaikan.“Seribu aura pedang? Jika itu benar, berarti pelakunya telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam Niat Pedang! Betapa mengerikannya...” sahut seorang kultivator muda yang duduk di dekatnya, nada suaranya menunjukkan ketakutan yang menyelubungi kebanggaannya sebagai seorang praktisi.Wajah-wajah di sekitar mereka menunjukkan campuran kekaguma
SLASH!Suara pedang terdengar membelah malam, menggema di antara angin dingin yang berdesir. Kilatan pedang bercagak milik Lei Minghun menyambar udara, menciptakan pola menyerupai huruf X yang menyala dengan aura petir mengerikan. Serangan itu meluncur seperti sambaran kilat, menyambut kedatangan sosok berjubah putih.Sosok itu, tak lain adalah Rong Guo. Dengan tenang namun siaga, ia melayang di udara.Meskipun kekuatannya baru pulih lima puluh persen, kepercayaan dirinya tak tergoyahkan. Kali ini, misinya adalah merebut cetakan blueprint mesin energi, dan ia tak akan membiarkan dirinya mati sia-sia di bawah pedang bercagak lawannya.DUAR!Ledakan dahsyat mengguncang udara ketika Pedang Phoenix dan Pedang Naga milik Rong Guo menyambut serangan Lei Minghun.Bentrokan itu memercikkan api yang seolah membakar kegelapan malam. Gelombang energi dahsyat menyapu medan pertempuran, menciptakan tekanan udara yang membuat pepohonan di kejauhan berderak dan gemetar.Lei Minghun terhuyung ke bel
Ketika Han Yinglong, dengan keberanian dan penuh percaya diri, mengayunkan Tombak Kemuliaan, tusukannya melesat cepat menuju jantung lawan yang mengenakan jubah putih bersih, yang melayang di udara.Rembulan rediup, dan cahaya bintang-bintang malam membuat sosok jubah putih terlihat seperti iblis yang mengerikan, menatap dengan remeh kearah lawan.“Tindakan bodoh!” dengusnya dingin.Dan, tiba-tiba saja seberkas cahaya menyilaukan memancar dari pedang berapi-api di tangan lawannya. Sinar itu membelah kegelapan malam, menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan mencolok.“Apa itu?!” teriak Han Yinglong. Suaranya meluap oleh keheranan dan kekhawatiran.Ia merasakan tekanan dari energi yang bersumber dari cahaya putih itu. Tekanan tersebut menindih dan membekapnya, membuat napasnya terengah-engah seolah ditindih batu sebesar gunung yang paling berat.“Ini – ini...” desis Han Yinlong mulai takut.Dalam sekejap, aura menakutkan dari pedang lawan si jubah putih mengalir bagaikan arus tak te
Di puncak bubungan Istana Kekaisaran Yousha, Rong Guo menatap dingin ke arah lima sosok yang terpuruk tak bernyawa di bawah kakinya. Wajahnya tak menunjukkan sedikit pun rasa penyesalan.“Ini bukan salahku, melainkan kalian sendiri yang mencari kematian,” desisnya dengan datar, suaranya penuh ketidakpedulian memecah keheningan malam. “Aku harus berburu dengan waktu, mencuri salinan cetak biru mesin penghimpun energi Qi.”Sejurus kemudian, Rong Guo melesat dengan cepat, kakinya berlari di atas bubungan istana yang luas, seolah tiada ujung. Gerakannya sangat cepat dan gesit, sosoknya menyatu dengan kabut malam yang menyelimuti istana yang megah itu.Dengan ingatannya yang tajam, ia dengan mudah mengingat peta istana yang dipelajarinya saat di Qi Tu Dalu. Dalam sekejap mata, ia telah sampai di depan sebuah bangunan besar yang tinggi menjulang, terkesan angker.Di atasnya terpampang tulisan kaligrafi indah: “Gudang Harta Kekaisaran Yousha.”Rong Guo mendengus dingin, matanya bersinar lici
Setelah berhasil mengalahkan Cerberus—anjing berkepala tiga yang menakutkan itu—Rong Guo segera bergegas masuk ke dalam aula Gudang Harta. Dengan langkah yang sigap, ia langsung menuju ruang khusus yang menjadi tempat penyimpanan salinan blueprint mesin penghimpun energi Qi yang sangat berharga.Melihat gulungan blueprint yang terbingkai dalam sebuah pigura, ia mendengus kesal. “Karena benda ini, aku terpaksa mempertaruhkan nyawaku di dimensi lain dunia ini!” Gerutunya penuh kemarahan. Dengan kasar, ia merenggut blueprint itu dan menyimpannya ke dalam lengan baju yang ia kenakan.Sejurus kemudian, Rong Guo merasa masih memiliki waktu sebelum portal terbuka. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha mengamati setiap sudut ruang tersebut.“Setengah jam tersisa sebelum Shikong Jing-jing membuka portal. Sebaiknya aku memanfaatkan waktu ini untuk melihat-lihat di dalam gudang harta ini. Siapa tahu bisa menemukan barang berharga lainnya,” gumamnya dengan penuh harapan.Dengan sema
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga