Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Kuil Awan Giok.

Share

Kuil Awan Giok.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-04-16 18:55:44

Kuil Awan Giok, atau dalam bahasa setempat disebut Kuil Biyun Si, berdiri seperti peninggalan yang terlupakan. Dinding-dindingnya yang tua seakan-akan memantulkan bisikan doa-doa kuno. Letak kuil ini pada sekitar sepuluh li dari pusat keramaian Kota Tanshan, kuil ini berdiri di tepi barat—sebuah tempat di mana kemiskinan melekat pada setiap dinding batu yang sudah terlihat usang itu.

Tanshan City, adalah sebuah kota dengan kisah kontras yang tajam, terbagi dalam dua area dengan jelas.

Di sebelah barat, orang-orang yang terpinggirkan berjuang untuk bertahan hidup, sementara di distrik timur, kekayaan berkilauan. Kuil Awan Giok, yang dulunya merupakan tempat suci Taoisme yang ramai dikunjungi, kini hanya menyisakan reruntuhan. Kuil ini tergerus oleh waktu dan bertahan di distrik Timur. Kemundurannya mencerminkan perubahan nasib—penduduk yang lebih berada bermigrasi ke timur, meninggalkan kuil ini untuk terkikis oleh waktu.

Pada malam yang dingin ini, Rong Guo mencari perlindungan di dal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
keren... lanjutkan... #1
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Kuil Awan Giok – Bagian Kedua.

    Malam telah sunyi, rembulan di langit tampak bercahaya seperti cincin perak yang murni, dikelilingi oleh lingkaran halo yang mempesona, pemandangan ini memberikan kilauan magis yang membuat langit tampak indah dan mempesona. Namun, keindahan ini sangatlah kontras jika dibandingkan dengan suasana tegang yang terjadi di Kuil Awan Giok. Di bawah pohon Prem dengan dedaunan bergoyang tertiup angin malam, tampak empat sosok bayangan manusia berdiri dalam sikap siap bertempur. Cahaya rembulan yang temaram memantulkan bayangan mereka di tanah, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Tiga sosok pria berpakaian serba hitam tampak mengelilingi seorang anak laki-laki yang memegang pedang dengan teguh. Ketiga pria dewasa berbaju hitam itu berdiri dalam formasi menyeroyok, siap untuk menyerang kapan anak kecil yang berdiri ditengah-tengah mereka. Meskipun demikian, wajah ketiga sosok pria dewasa berpakaian hitam itu tampak tegang, penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan yang tersembunyi. In

    Last Updated : 2024-04-17
  • Warisan Artefak Kuno   Kuda Salju.

    Pagi hari yang sepi di Kota Tanshan, saat fajar baru saja menyingsing dan matahari masih bersembunyi di balik cakrawala timur, seorang remaja tampak berdiri dengan tenang dan penuh misteri di bawah Gerbang Timur kota tersebut. Dalam kesunyian pagi yang masih terasa sejuk, dia berdiri dengan tenang, mengenakan jubah kedodoran yang menandakan dirinya sebagai murid dari Sekte Wudang, salah satu sekte paling terkenal di Benua Longhai.Pada saat itu, dahan-dahan Pohon Prem bergerak-gerak, menciptakan irama yang harmonis, sementara burung-burung pagi terdengar bercuit, mengubah suasana agar menjadi hangat.Lambang Yin dan Yang yang ikonik tampak begitu mencolok di bagian belakang seragam longgar remaja itu. Tapak kakinya bergerak lembut, seolah-olah mengikuti hembusan angin pagi yang membawa hawa dingin dari Hutan Awan Biru.Meski penampilannya masih sangat muda, namun wajah remaja tersebut, dengan rambut yang digulung tinggi di atas kepala dan diikat dengan pita putih, memancarkan sorot ma

    Last Updated : 2024-04-18
  • Warisan Artefak Kuno   Di Hutan Willow.

    Terdengar suara derap kaki kuda yang mantap mendekati Ouyang Jun dan tiga temannya. Suara itu berirama, memecah keheningan pagi hari di Pintu Gerbang Timur. Bayangan kuda itu tampak gagah, berwarna putih, dengan surai yang melambai-lambai seperti sutra paling halus yang pernah dilihat Ouyang Jun. Untuk melengkapi penampilan kuda yang seputih salju itu, ada sosok remaja yang tampak gagah. Ia mengenakan jubah sekte Wudang yang berdesir setiap kali angin lewat di sela-sela tangannya. Tangan remaja itu menunjuk dengan pedang di tangannya. Suaranya sangat keras berteriak, ketika dengan kecepatan seperti hantu, Kuda Putih Salju itu menyambar Ouyang Jun, Cao Shui, Zeng Feng, dan Zou Jia. "Minggir semua! Rong Guo, murid Sekte Wudang, hendak pergi menjalankan misi!" setelah bersuara seperti itu, seolah-olah tidak peduli dengan Ouyang Jun dan tiga kawannya, Rong Guo langsung menerobos penjagaan di pintu gerbang. Wush! Sosok Rpng Guo dengan Kuda Putih Salju itu mengecil dengan cepat ketika be

    Last Updated : 2024-04-19
  • Warisan Artefak Kuno   Makhluk Iblis Stormfury.

    Pada saat itu, Ouyang Jun dan kawan-kawannya Cao Shui, dan Zeng Feng sudah dilanda keputusasaan yang mendalam. Mereka melihat Zou Jia, teman mereka, tergolek di tanah dalam keadaan yang mengenaskan. Tubuhnya penuh dengan luka berdarah, dan nafasnya terengah-engah, seolah-olah setiap tarikan nafas bisa menjadi yang terakhir."Kita harus lari! Tidak ada yang bisa kita lakukan jika berhadapan dengan makhluk iblis ini!" teriak Ouyang Jun dengan suara yang penuh ketakutan. Wajahnya seputih kertas, dan matanya terbuka lebar, mencerminkan rasa takut yang mendalam.Baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhnya melesat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Dia bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan, seolah-olah dia hendak meninggalkan medan pertempuran dengan cepat. Ouyang Jun dengan tidak mengenal malu, telah terlebih dahulu meninggalkan kawan-kawannya yang masih berusaha bertarung melawan kera iblis itu, yang ukurannya dua kali lipat dari manusia biasa dan memiliki kultiva

    Last Updated : 2024-04-20
  • Warisan Artefak Kuno   Desa Yunshui Chun.

    Dini hari di Hutan Willow…Tanpa rasa malu, Cao Shia dan Zeng Feng langsung meminta maaf. Saat itu, suara perut mereka yang berbunyi keras seperti sebuah orkestra, membuat sosok yang telah menolong mereka, Rong Guo, membalikkan badannya.Kedua remaja ini sudah memiliki prasangka bahwa Rong Guo pasti akan menghina, bahkan mungkin meninju mereka. Hal ini wajar, mengingat mereka selalu terprovokasi oleh Ouyang Jun untuk ikut serta membully Rong Guo. Namun, hari ini, nyawa mereka selamat berkat bantuan Rong Guo, anak yang saat ini sedang menatap mata mereka dalam diam.Suara Rong Guo terdengar dingin ketika ia bertanya dengan nada penuh kepalsuan, "Apa kata kalian? Aku tidak mendengarnya!" Rong Guo memasang ekspresi datar. Ia buru-buru melipat tangan, seolah-olah ia adalah seorang tua yang ingin mendengar pengakuan dosa dari anak-anaknya."Aku – aku..." Zeng Feng tidak sanggup melanjutkan kata-katanya ketika matanya bertemu dengan mata Rong Guo. Zeng Feng ini memang sedikit tinggi hati, i

    Last Updated : 2024-04-21
  • Warisan Artefak Kuno   Desas Desus Hantu

    Pada pagi itu, terdengar suara derap kaki kuda memecah keheningan yang menyelimuti Desa Yunshui Chun. Bunyi ladam sepatu kuda, ditambah dengan suara dua pasang kaki murid Sekte Wudang yang membentur batu dan kerikil di jalanan desa, terdengar seperti alunan simfoni. Seolah-olah ada puluhan tentara yang berjalan di jalanan desa, suasana semakin terasa mencekam.Tak seorang pun yang berani keluar dari rumah, apalagi membuka pintu dan mencari tahu, siapa gerangan yang berjalan di jalan desa."Aneh sekali," gumam Rong Guo dalam hati. "Mengapa hari masih pagi, namun orang-orang desa tidak melakukan aktivitas sehari-hari? Apakah kabar tentang hantu penasaran yang mengganggu desa benar adanya?"Rong Guo berpikir dengan penuh analisis. Tangan kanannya tak pernah lepas dari gagang pedang Xingying, meskipun pedang itu sudah rusak parah akibat beberapa pertarungan. Memang, ketahanan Pedang Xing Ying akan menurun jika beberapa kali bertarung melawan ahli di tingkat setara Pendekar Harimau Giok. B

    Last Updated : 2024-04-22
  • Warisan Artefak Kuno   Hantu Perempuan Berbaju Merah.

    Malam itu, hujan yang semula hanya rintik-rintik, kian lama kian deras tercurah ke bumi. Petir menyambar-nyambar, diiringi deru angin yang terdengar seperti suara tamparan keras, mendirikan bulu kuduk siapapun yang mendengarnya. Sesekali, kilatan petir tampak membentuk urat-urat halus berwarna putih, tercetak di cakrawala yang kelam.Suasana betul-betul menyeramkan, membuat siapapun semakin enggan untuk keluar dari rumah yang hangat dan nyaman.“Cao Shui!” panggilan itu terdengar jelas di tengah hujan.“Zeng Feng!” suara itu menggema, mencoba menembus derasnya hujan.Rong Guo baru saja membuka pintu gubuk kakek Shang, saat deru angin dan tetesan hujan langsung menampar wajahnya, memaksa ia menyipitkan mata. Ia merasa seperti berada di tengah badai, namun ia tahu ia harus bertahan.Belum sampai dua tarikan nafas berlalu, bola matanya terbelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.“Cao Shui! Zheng Feng! Kaliankah itu?” teriaknya hampir tak percaya.Mata Rong Guo fokus pada dua s

    Last Updated : 2024-04-23
  • Warisan Artefak Kuno   Berpamitan.

    Meskipun dalam hatinya penuh dengan pertanyaan yang menggantung, Rong Guo tidak berhenti mengejar Hantu Perempuan berbaju merah yang berlari dengan semakin lemah di tengah guyuran hujan yang semakin deras. Yang membuat Rong Guo terkejut dan penasaran, hantu ini tampaknya menuju ke Pagoda pemujaan Tao - sebuah tempat suci yang dikenal dengan nama Pagoda Yunshui."Apakah mungkin ada seseorang di dalam Pagoda pemujaan itu yang memelihara hantu Perempuan berbaju merah ini untuk meningkatkan kultivasinya?" pikir Rong Guo, hatinya dipenuhi dengan tanda tanya.Saat ini, dia tidak lagi mempermasalahkan dirinya yang basah kuyup di tengah hujan yang tak kunjung reda. Yang ada dalam pikirannya adalah, “siapakah para pengejar keabadian di dalam Pagoda Yunshui, yang ia tebak memelihara Hantu Perempuan berbaju merah itu?”Pertanyaan ini masih menggantung, namun semakin lama, semakin dekat sosok hantu Perempuan berbaju merah dengan seratus anak tangga yang menuju ke lokasi Pagoda yang berada di atas

    Last Updated : 2024-04-24

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Kedua.

    Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Pertama.

    Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Iblis Kecil.

    Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!

  • Warisan Artefak Kuno   Iblis Ungu.

    Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s

DMCA.com Protection Status