Rong Guo memerhatikan pria yang berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan tajam. Pria itu tampak megah dan mengesankan, dikelilingi oleh murid-murid Sekte Pedang Emas yang berbaris dengan sikap hormat.Di tengah sorak-sorai dan teriakan yang menggema dari para penonton, Rong Guo tetap tenang, tidak terganggu oleh keramaian di sekelilingnya. Suara tepuk tangan dan sorak-sorai yang memuji Sekte Pedang Emas membaur menjadi satu, menciptakan suasana yang sangat meriah di lapangan."Diakah yang disebut Pemimpin Shen Yutian, pemimpin Sekte Pedang Emas?" tanya Rong Guo dalam hati, matanya tajam meneliti setiap detail penampilan pria tersebut dengan penuh rasa ingin tahu.Shen Yutian berdiri dengan sikap penuh kewibawaan di antara murid-muridnya, mengenakan jubah yang tampak bercahaya dengan warna keemasan di bawah cahaya bulan sabit.Jubah itu, meskipun berdesain mirip pakaian Imam Tao, terbuat dari sutera halus yang melayang lembut di sekeliling tubuhnya, menambahkan kesan mewah.Rambutnya
Tak lama setelah langkah-langkah prajurit yang mengendarai Suiji Ma—kuda sembrani yang agung—hilang dari pandangan, perhatian orang-orang segera teralihkan ke iring-iringan yang tak kalah memukau.Sejumlah gadis-gadis muda dan pemuda yang berwibawa tampak berjalan dengan penuh kehormatan, memikul sebuah peti besar yang dihias dengan ukiran indah.Peti itu tidak hanya besar, tetapi juga penuh makna, dengan lambang-lambang suci Kekaisaran Jin Shuang terpahat pada setiap sudutnya. Ukiran naga yang meliuk-liuk dengan megah dan phoenix yang melambangkan keabadian, menambah aura mistis pada peti tersebut."Menurut Saudara Rong, apa yang ada di dalam peti itu?" tanya Ouyang Fai dengan nada penuh teka-teki. Sejak mengetahui usia Rong Guo yang masih muda, Ouyang Fai dengan penuh hormat mulai menyapanya dengan sebutan "Saudara" alih-alih "Daozhan."Sambil memperhatikan sorai sorak dan tepuk tangan penonton yang memenuhi arena, Rong Guo mengerutkan keningnya, lalu menjawab dengan tenang namun te
Mendengar kata-kata penuh arogansi yang diucapkan oleh Bao Xuan, wajah Jiang Hui berubah menjadi tegang, disertai amarah yang membara. Seketika, aura kebencian terpancar dari matanya.Sekte Pedang Surgawi dikenal sebagai yang terkuat di antara Sekte Bintang Empat di Kekaisaran Jin Shuang, dan Jiang Hui, calon pemimpin generasi berikutnya, tidak akan membiarkan kehormatannya diinjak-injak begitu saja."Aku tidak peduli siapa dirimu! Namun, dengan sikapmu yang begitu sombong, aku, Jiang Hui, tidak akan bermurah hati lagi!" suara Jiang Hui menggelegar, penuh dengan tekad dan kemarahan yang tak tertahankan.Wajahnya yang semula merah padam kini menyunggingkan senyum dingin yang menakutkan.Setelah kata-kata itu terucap, suara siulan pedang bergema, memecah keheningan yang menegangkan. Pedang di tangan Jiang Hui, yang pada pertarungan sebelumnya masih ia sembunyikan kekuatannya, kini diungkapkan dalam wujud sejatinya.Seluruh hawa murni yang dimilikinya tercurah dalam gerakan pedangnya. Ce
Melihat Bao Xuan, sang Roque Kultivator, yang dengan mudahnya mendapat panggung dan menjadi pusat perhatian semua orang, diam-diam lima jenius dari lima Sekte Bintang Lima Kekaisaran Jin Shuang merasa tidak puas.Dengan memenangkan pertarungan dalam waktu singkat, Bao Xuan tidak hanya mencoreng wajah Sekte Pedang Surgawi, tetapi juga memancing kemarahan dari banyak orang. Kesombongan Bao Xuan setelah kemenangan tersebut semakin membakar amarah penonton, yang merasa tersinggung dan marah melihat sikapnya yang merendahkan."Izinkan aku memperkenalkan diri," Bao Xuan memulai, suaranya dipenuhi arogansi yang tak tersembunyi."Memang benar, aku seorang Roque Kultivator. Namun, aku bukanlah petarung sembarangan. Aku datang dari Kekaisaran Tian Yu, dataran Tengah, hanya untuk melihat-lihat keramaian. Siapa yang menyangka, kepandaian anak muda di Kekaisaran ini sungguh mengecewakan. Hanya dengan satu jurus saja, jenius Sekte Pedang Surgawi itu langsung keok!"Bao Xuan mengipas-ngipas tubuhnya
Semua mata tertuju pada panggung dengan rasa deg-degan yang semakin memuncak. Suara decitan cakar tengkorak iblis menimbulkan angin kencang yang berkesiuran, menambah ketegangan di udara.Asap putih mengepul dengan densi menyesakkan, menutupi area pertarungan seperti kabut dingin yang menutupi lanskap beku.Di tengah kabut tersebut, tidak terdengar suara lolongan kesakitan dari Bao Xuan, seolah-olah dia tak tersentuh oleh serangan Wei Qiang.Keheningan itu menambah kecemasan di hati para penonton, membuat mereka bertanya-tanya:"Apakah Bao Xuan benar-benar setangguh itu? Bahkan Wei Qiang dari Sekte Bayangan Hitam tak mampu mengalahkannya dalam sepuluh jurus?""Semoga saja di akhir serangan ini, Wei Qiang yang akan keluar sebagai pemenang!"Para penonton memanjatkan doa dalam hati, penuh kekhawatiran.Tindakan Bao Xuan yang sangat percaya diri sebelumnya telah menanamkan benih keraguan dalam pikiran mereka. Suara gemuruh penonton memenuhi udara, menambah ketegangan dan menantikan hasi
"Hidup Li Yong!""Hidup Akademi Xue Hua!""Kultivator Jin Shuang pasti menang!""Hajar penyusup itu!"Sorakan membahana dari ribuan penonton menggetarkan arena, memberi semangat tanpa henti kepada jagoan mereka, Li Yong. Suara-suara itu bagaikan gelombang lautan yang tak terhentikan, memenuhi udara dengan energi yang hampir terasa menggema di dada siapa saja yang mendengarnya.Di antara gemuruh itu, para pemimpin sekte, baik dari Sekte Bintang Empat hingga Sekte Bintang Lima, hanya mengangguk pelan, seolah kemenangan sudah terpatri di tangan Li Yong.Tatapan mereka penuh keyakinan, seakan-akan tidak ada kemungkinan lain selain kejayaan Akademi Xue Hua."Akademi Xuehua bukan nama kosong belaka! Tak mungkin Li Yong kalah dari pemuda yang hanya kultivator jalanan seperti Bao Xuan itu!" Wang Yunzhong, pemimpin Akademi Xuehua, berbisik lirih.Meski suaranya hanya bisikan, energi sejati yang digunakannya membuat suaranya terdengar jelas di seluruh panggung utama. Kata-katanya memotong udara
Ketika semua orang terpaku dalam keheningan yang mencekam, terpesona oleh pertunjukan yang luar biasa dari Bao Xuan, sang ahli dari Kekaisaran Tian Yu.Ouyang Fai tidak bisa menahan kekagumannya. Dengan mata yang masih terbelalak, dia berbisik kepada Rong Guo yang duduk di sampingnya."Saudara Rong, prediksi Anda sungguh mengesankan. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Li Yong akan dipaksa bertekuk lutut, tepat seperti yang dijanjikan Bao Xuan. Tidak lebih dari dua puluh jurus!"Senyum tipis terulas di sudut bibir Rong Guo, nyaris tak terlihat, namun penuh makna. Dengan suara rendah yang hampir menyatu dengan desiran angin, dia menjawab,"Aku hanyalah orang biasa, tak punya tempat di antara para ahli di atas panggung itu. Namun, meski begitu, aku bisa memprediksi bahwa kemenangan akan berada di tangan Bao Xuan."Kata-kata Rong Guo terasa seolah membawa hawa dingin yang meresap ke dalam hati Ouyang Fai. Rasa penasaran menggelayut di wajahnya, membuatnya semakin terdesak untuk mendapa
Karena Bao Xuan meminta waktu istirahat satu hari sebelum melanjutkan pertarungan melawan jenius muda nomor satu Kekaisaran Jin Shuang, panitia Kompetisi Naga pun mengumumkan dengan suara lantang,“Kontes akan dilanjutkan besok pagi!”Senja itu, halaman istana Kekaisaran yang biasanya riuh berubah sunyi, seolah tertelan oleh keheningan malam.Namun, suasana berbeda justru terjadi di area Pasar Kota, di mana berdiri banyak rumah makan, rumah teh, dan tempat hiburan.Hiruk-pikuk perbincangan tentang pertandingan esok hari memenuhi udara, menyelimuti kota dengan kegelisahan yang tak terucapkan. Kekhawatiran membayangi setiap obrolan, terutama tentang kemungkinan kemenangan Bao Xuan."Menurutmu, bagaimana peluang besok antara Zhou Wen, jenius nomor satu dari Sekte Langit Biru, melawan Bao Xuan?" tanya seorang pria dengan suara cemas, matanya berkilat-kilat di bawah sinar lampu jalan yang remang."Jelas kemenangan sudah pasti di tangan Zhou Wen," jawab temannya dengan penuh keyakinan."Seb
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa