Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Jubah Ilusi Malam.

Share

Jubah Ilusi Malam.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 16:11:23

Melihat sosok anak muda yang baru datang dan memiliki kekuatan luar biasa, para hunter yang masih terluka segera menelan eliksir penyembuh. Pil-pil yang mereka konsumsi sebagian besar berasal dari kelas Fengren, dan yang terbaik di antara mereka adalah kelas Huobo.

Namun, efek pil kelas menengah ini cukup lambat. Penyembuhannya tidak segera terasa, sangat berbeda dengan apa yang dialami oleh Ayong dan Yizhan.

Kedua pemuda itu langsung meminum eliksir peringkat Shen Hexie, yang berada satu tingkat di atas Huobo. Begitu pil tersebut bekerja, kekuatan mereka pulih dalam sekejap, seolah-olah luka-luka yang mereka alami sebelumnya tidak pernah ada.

Kesepuluh hunter yang masih berjuang untuk memulihkan diri terkejut melihat Ayong dan Yizhan sudah kembali berdiri dalam kondisi fisik yang sempurna. Tidak ada bekas luka atau kelelahan; mereka tampak tak tersentuh oleh pertempuran yang baru saja terjadi.

“Pil peringkat apa itu?” gumam salah satu hunter, masih mengintip dari balik kelopak matany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Tantangan?

    Sejak hari itu, nama Hunter Guo menjadi perbincangan di seluruh lantai dua Makam Pedang.Kehebohan ini bukan hanya disebabkan oleh kedatangannya yang dramatis—yang hampir sendirian menghabisi Boss Dunia—tetapi juga karena kelompok Rong Guo yang mampu menyelesaikan dua dungeon dalam satu hari.Ini merupakan prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan langsung menggemparkan para pemburu.Percakapan ini dengan cepat menyebar di kalangan para hunter yang masih berada di area Makam Pedang.“Hei, apakah kamu sudah mendengar tentang seorang hunter baru yang bernama Hunter Guo?” tanya salah seorang hunter dengan penuh rasa ingin tahu.“Belum. Siapa dia?” jawab temannya, penasaran.“Astaga, kamu tidak tahu tentang Hunter Guo? Ke mana saja kamu saat acara berburu Boss Dunia kemarin?” tanya hunter itu lagi, seolah tidak percaya.“Aku sedang sakit, jadi tidak bisa hadir. Apa yang terjadi?” jawab hunter yang lain dengan nada menyesal.“Begini, aku akan menjelaskan sedikit. Hunter Guo ini bar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Warisan Artefak Kuno   Arena Makam Pedang.

    “Yizhan, mengapa wajahmu tampak muram setelah membaca tantangan itu?” tanya Ayong dengan raut penasaran, matanya memperhatikan perubahan ekspresi gadis itu yang tampak terguncang.“Aku...” Yizhan terdiam, suaranya tertahan, seolah ada sesuatu yang berat menghimpit hatinya.“ Apakah dia gadis yang pernah kamu ceritakan? Gadis yang menjadi mimpi burukmu di masa lalu? Jika memang begitu, ini adalah kesempatan untuk membuktikan siapa dirimu sekarang! Ayo, kita tinggal sebentar di lantai Makam Pedang dan menyaksikan pertarungan yang menarik!”Ayong berbicara dengan semangat, sama sekali tidak menyadari perubahan ekspresi Yizhan. Namun, sebelum ia melanjutkan, sebuah ketukan mendarat di kepalanya.“Diam kau,” ujar Rong Guo dengan nada rendah tetapi penuh otoritas. “Tidakkah kau lihat Yizhan tampak terpukul? Jelas sekali dia memiliki trauma setelah membaca nama si penantang di arena.”Ayong langsung terdiam, menyadari bahwa ucapannya sudah melampaui batas. Ia melirik Yizhan, yang kini mengge

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Warisan Artefak Kuno   Perisai Pengorbanan.

    Suasana Arena Makam Pedang memuncak dengan riuh dan gegap gempita.Nama yang terus-menerus menggema dari kerumunan hanyalah satu: “Liang Jian!”“Hidup Liang Jian!”“Hajar gadis kurus dan lemah itu!”“Kejar dia, dia tak bisa bertarung dalam jarak dekat!”Dukungan penonton terasa sepihak. Tak ada sorakan untuk Yizhan, tak ada suara yang memanggil namanya. Semua seolah sepakat bahwa Yizhan hanyalah pelengkap cerita dalam pertarungan ini.Alasan di balik itu cukup jelas. Liang Jian adalah hunter terkemuka dari Organisasi Rajawali Iblis, sebuah sekte ternama yang mendominasi banyak arena. Sebaliknya, Yizhan dianggap bukan siapa-siapa.Di mata orang-orang, dia hanyalah gadis muda yang beruntung terhubung dengan Rong Guo, seorang hunter legendaris. Keterampilannya dianggap biasa, jauh dari level yang pantas untuk melawan Liang Jian.Sentimen itu diperburuk oleh taruhan besar di rumah judi.Sebagian besar penonton sudah memasang uang mereka untuk kemenangan Liang Jian. Mereka ingin memastikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Warisan Artefak Kuno   Kemenangan Mutlak.

    Namun, Liang Jian tidak punya waktu untuk berpikir lebih banyak. Suasana yang semula mencekam tiba-tiba menjadi sunyi, seperti angin malam yang menelan setiap suara, lalu pecah oleh sosok naga yang muncul dalam bentuk kabut putih.Kabut itu bergulung-gulung, mengarah padanya dengan kecepatan yang menakutkan, membawa aura kematian yang begitu kuat sehingga seolah menyelimuti segala sesuatu di sekitarnya.Meskipun rasa takut meliputi dirinya, Liang Jian tidak kehilangan akal.Di dalam hati, ia terus merendahkan Yizhan. "Gadis bodoh ini tak mungkin menguasai teknik telapak peringkat tinggi. Apa itu, Telapak Cakar Naga Teratai Perak?" batinnya penuh rasa penghinaan.Dengan gaya anggun, ia menggoreskan pedangnya di udara, membentuk layar pedang, berusaha menghadang gulungan kabut yang menderu ke arahnya.“Kita akan buktikan siapa yang lebih unggul dalam kekuatan energi Qi,” dengus Liang Jian, percaya diri bahwa kemenangan sudah hampir pasti berada di tangannya.Namun, saat pedangnya beradu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Warisan Artefak Kuno   Dua Assasin.

    The Jackal dan Tha Sparrow adalah dua pembunuh legendaris yang dikenal luas di dunia bawah tanah Hundun Yaosai. Keduanya memiliki tingkat keberhasilan seratus persen dalam menyelesaikan setiap misi pembunuhan, tanpa satu pun kegagalan. Nama mereka terukir harum sebagai simbol kematian yang tak terkalahkan.Namun, siapa yang bisa menduga bahwa di balik dua nama besar ini, tersembunyi pasangan suami istri yang terlihat biasa saja? Keduanya sudah berusia paruh baya, tampak lemah, dan memiliki profesi sebagai pemilik Kedai Teh Bunga Osmanthus yang sederhana di lantai tiga Kota Bayangan.Kota Bayangan, atau lantai tiga Hundun Yaosai, mendapat nama tersebut karena jalanannya dipenuhi cermin-cermin besar di sisi kiri dan kanannya. Cermin-cermin ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sering mengecoh siapa saja yang baru pertama kali datang, menciptakan ilusi seakan-akan kota ini lebih luas dari kenyataannya.Saat senja tiba, dengan langit palsu Kota Bayangan yang berwarna merah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Warisan Artefak Kuno   Akhir Dua Legenda Assasin.

    Ketika ucapan selamat datang terdengar seperti suara robot yang dingin dan tak bernyawa, kewaspadaan Rong Guo melonjak ke titik tertinggi. Nalurinya yang terlatih menangkap ancaman yang tersembunyi di balik suasana tampak biasa.“Aku sudah pernah menghadapi kejutan serupa saat memasuki Makam Pedang di lantai dua. Tak mungkin aku terpedaya oleh trik yang sama, apalagi oleh serangan mematikan yang berniat mencabut nyawa kami,” pikir Rong Guo dalam hati.Kata-kata itu terukir dalam benaknya, mengingatkannya untuk tetap waspada.Saat bayangan sosok-sosok mulai tampak di pintu portal, angin tipis berkesiuran di sekelilingnya. Rong Guo segera mengenali suara khas: suara belati yang memotong udara dengan presisi. Kali ini, serangan dilakukan dengan perhitungan yang lebih tajam, tak lagi setengah hati.“Ingin menyerang kami diam-diam? Jangan bermimpi!” Rong Guo berseru dengan nada mengejek, matanya tajam mencari sumber serangan yang masih tak kasat mata.Yizhan dan Ayong saling pandang, bingu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Warisan Artefak Kuno   Bangsawan Kipas Merak.

    Gerai Dewa Arca adalah satu-satunya lembaga lelang di Kota Bayangan, lantai ketiga dari Hundun Yaosai, dengan reputasi terbaik di seluruh dimensi ini.Di dalam bangunan empat lantai yang kokoh, lembaga ini menjadi titik berkumpul bagi para Hunter—mereka yang berani menjelajah dungeon berbahaya atau menghadapi boss dunia yang mematikan.Gerai Dewa Arca selalu dipenuhi keramaian, dan transaksi berlangsung dinamis. Para Hunter datang untuk menjual hasil perburuan—barang-barang langka yang hanya bisa diperoleh melalui risiko besar: item dari dungeon berbahaya atau artefak yang didapat setelah mengalahkan monster atau boss dunia.Sebagian besar juga datang untuk membeli pil penyembuh, artefak, atau salinan keterampilan bela diri yang sangat berharga. Semua yang dibutuhkan seorang Hunter dapat ditemukan di sini—barang-barang hasil keberanian luar biasa.Berbeda dengan dunia luar yang masih menggunakan emas atau perak sebagai alat tukar, di Gerai Dewa Arca, alat tukar resmi adalah manna biru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Warisan Artefak Kuno   Mahluk Kontrak Peringkat Divine.

    “Apa-apaan ini? Mengapa kau mendorong temanku?” Ayong, yang mudah tersulut emosi, meluapkan kekesalannya tanpa ragu.Namun, Yizhan, yang lebih suka menghindari konfrontasi, segera menarik tangan Ayong, berusaha menenangkan suasana. “Ayong, jangan diladeni. Kita tetap bisa masuk tanpa harus terburu-buru,” ujarnya sambil menarik napas panjang.“Tapi dia kasar! Tidak tahu sopan santun sama sekali. Seharusnya dia antri dan menghormati orang lain!” teriak Ayong, semakin kesal.Sementara itu, pria yang disebut Bangsawan Jue Yang Tao hanya mengangkat hidungnya tinggi-tinggi, seolah tidak peduli. Ia bahkan mulai mengipas-ngipas dirinya dengan kipas bermotif merak yang dipeluk erat di tangannya, berbicara dengan suara pelan, seolah hanya untuk dirinya sendiri.“Mengapa suara lalat berdengung di sini? Apakah Gerai Dewa Arca tidak membersihkan ruangan dengan baik sehingga lalat bisa masuk?” ujarnya dengan nada merendahkan.Ia bahkan menyemprotkan minyak wangi ke udara secara dramatis, seakan uda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Baru.

    “Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

DMCA.com Protection Status