Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Akhir Dua Legenda Assasin.

Share

Akhir Dua Legenda Assasin.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-12-15 19:04:57

Ketika ucapan selamat datang terdengar seperti suara robot yang dingin dan tak bernyawa, kewaspadaan Rong Guo melonjak ke titik tertinggi. Nalurinya yang terlatih menangkap ancaman yang tersembunyi di balik suasana tampak biasa.

“Aku sudah pernah menghadapi kejutan serupa saat memasuki Makam Pedang di lantai dua. Tak mungkin aku terpedaya oleh trik yang sama, apalagi oleh serangan mematikan yang berniat mencabut nyawa kami,” pikir Rong Guo dalam hati.

Kata-kata itu terukir dalam benaknya, mengingatkannya untuk tetap waspada.

Saat bayangan sosok-sosok mulai tampak di pintu portal, angin tipis berkesiuran di sekelilingnya. Rong Guo segera mengenali suara khas: suara belati yang memotong udara dengan presisi. Kali ini, serangan dilakukan dengan perhitungan yang lebih tajam, tak lagi setengah hati.

“Ingin menyerang kami diam-diam? Jangan bermimpi!” Rong Guo berseru dengan nada mengejek, matanya tajam mencari sumber serangan yang masih tak kasat mata.

Yizhan dan Ayong saling pandang, bingu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin seru
goodnovel comment avatar
Jimmy Chuu
satu aja karena hari Minggu, mau liburan
goodnovel comment avatar
David Gautama Putra
author mohon info ya. hari ini 2 bab kan ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Bangsawan Kipas Merak.

    Gerai Dewa Arca adalah satu-satunya lembaga lelang di Kota Bayangan, lantai ketiga dari Hundun Yaosai, dengan reputasi terbaik di seluruh dimensi ini.Di dalam bangunan empat lantai yang kokoh, lembaga ini menjadi titik berkumpul bagi para Hunter—mereka yang berani menjelajah dungeon berbahaya atau menghadapi boss dunia yang mematikan.Gerai Dewa Arca selalu dipenuhi keramaian, dan transaksi berlangsung dinamis. Para Hunter datang untuk menjual hasil perburuan—barang-barang langka yang hanya bisa diperoleh melalui risiko besar: item dari dungeon berbahaya atau artefak yang didapat setelah mengalahkan monster atau boss dunia.Sebagian besar juga datang untuk membeli pil penyembuh, artefak, atau salinan keterampilan bela diri yang sangat berharga. Semua yang dibutuhkan seorang Hunter dapat ditemukan di sini—barang-barang hasil keberanian luar biasa.Berbeda dengan dunia luar yang masih menggunakan emas atau perak sebagai alat tukar, di Gerai Dewa Arca, alat tukar resmi adalah manna biru

    Last Updated : 2024-12-16
  • Warisan Artefak Kuno   Mahluk Kontrak Peringkat Divine.

    “Apa-apaan ini? Mengapa kau mendorong temanku?” Ayong, yang mudah tersulut emosi, meluapkan kekesalannya tanpa ragu.Namun, Yizhan, yang lebih suka menghindari konfrontasi, segera menarik tangan Ayong, berusaha menenangkan suasana. “Ayong, jangan diladeni. Kita tetap bisa masuk tanpa harus terburu-buru,” ujarnya sambil menarik napas panjang.“Tapi dia kasar! Tidak tahu sopan santun sama sekali. Seharusnya dia antri dan menghormati orang lain!” teriak Ayong, semakin kesal.Sementara itu, pria yang disebut Bangsawan Jue Yang Tao hanya mengangkat hidungnya tinggi-tinggi, seolah tidak peduli. Ia bahkan mulai mengipas-ngipas dirinya dengan kipas bermotif merak yang dipeluk erat di tangannya, berbicara dengan suara pelan, seolah hanya untuk dirinya sendiri.“Mengapa suara lalat berdengung di sini? Apakah Gerai Dewa Arca tidak membersihkan ruangan dengan baik sehingga lalat bisa masuk?” ujarnya dengan nada merendahkan.Ia bahkan menyemprotkan minyak wangi ke udara secara dramatis, seakan uda

    Last Updated : 2024-12-16
  • Warisan Artefak Kuno   Tikus Berwarna Ungu.

    Semua mata terbelalak. Wajah para peserta lelang tampak kaku, mata membesar dan mulut terbuka lebar. Napas yang keluar dari mulut mereka membentuk huruf ‘o’, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.Keheningan melanda ruangan, hanya suara napas terengah-engah yang terdengar.Lima tarikan napas berlalu, namun tak ada seorang pun yang berbicara. Semua terfokus pada makhluk di depan podium, makhluk spiritual kontrak yang begitu mengejutkan.Hingga akhirnya, seseorang dari kerumunan tidak dapat menahan diri dan bersuara, memecah keheningan yang menekan.“Kenapa bentuknya begitu jelek?” serunya, nada penuh keheranan.Seketika, kerumunan yang tadi terdiam mulai berbicara. Suara sindiran pun bermunculan.“Apakah itu tikus? Mana ada makhluk spiritual peringkat Divine yang bentuknya seperti itu?” tambah seseorang, mengejek.Cemoohan bertambah deras.Dalam sekejap, ekspresi kekaguman yang tadinya mengisi ruangan berubah menjadi tatapan jijik dan suara ejekan yang tak terhin

    Last Updated : 2024-12-17
  • Warisan Artefak Kuno   Sepuluh Hunter Yang Jumawa.

    Keheningan melanda semua orang di aula Dewa Arca. Tak ada satupun hunter dan pembeli barang yang berani berbicara, masih terkejut sekaligus bingung dengan situasi yang terjadi.Namun, tidak demikian halnya dengan Bangsawan Jue Yang Tao.Pemuda bangsawan ini dipenuhi amarah yang membara. Dalam pikirannya, gagal menawar makhluk spiritual peringkat Divine adalah aib, dan sangat memalukan jika sampai diketahui oleh teman-teman selevelnya. “Kurang ajar! Berani melawanku, ha?” desisnya sambil mengertakkan gigi.Di matanya, tindakan Rong Guo yang menawar harga lebih tinggi dari kemampuannya dianggap sebagai penghinaan yang merendahkan statusnya. Sebenarnya, ia malu mengakui bahwa dia tidak memiliki cukup Energi Stone untuk bersaing.Seratus lima puluh ribu Energi Stone itu sudah mencapai batas kekayaan yang ia miliki.Impiannya adalah memiliki makhluk kontrak, setidaknya peringkat Divine, sehingga ia bisa kembali ke istana Hei Tian dengan kepala tegak di hadapan Kaisar.Namun, seorang pemud

    Last Updated : 2024-12-17
  • Warisan Artefak Kuno   Iblis Ungu.

    Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s

    Last Updated : 2024-12-18
  • Warisan Artefak Kuno   Raja Iblis Kecil.

    Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!

    Last Updated : 2024-12-18
  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Pertama.

    Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m

    Last Updated : 2024-12-19
  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Kedua.

    Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

DMCA.com Protection Status