Hari itu, Desa Zuzhi seolah berubah menjadi neraka yang sesungguhnya. Jeritan dan lolongan menyayat udara, mencerminkan ketakutan yang meresap ke setiap sudut desa. Bau debu dan darah bercampur, menciptakan suasana yang membuat siapa pun merinding.Namun, di tengah kekacauan tersebut, langit tiba-tiba terguncang. Sebuah bayangan melesat turun dengan kecepatan yang mustahil, meninggalkan jejak cahaya tipis yang memecah udara."Siapa itu?" teriak seorang pria tua, terhuyung ke belakang."Apakah dia seorang ahli yang mampu terbang?" bisik seorang pemuda dengan mata terbelalak."Tingkat kultivasinya... Banxiang?" tambah yang lain, suaranya dipenuhi ketakutan sekaligus kekaguman.Semua mata tertuju pada sosok yang kini berdiri di udara, mengenakan jubah putih bersih yang berkilauan di bawah sinar matahari. Potongan bajunya menyerupai pakaian seorang Taois, tetapi juga memiliki kesan seperti pakaian pemakaman, membawa aura yang misterius sekaligus menakutkan."Dia... mengapa dia mirip denga
Pada saat itu, cakrawala terbelah menjadi dua bagian yang jelas.Di sisi Kaisar Jue Tian Yuan, langit berubah menjadi semburat merah darah yang mengerikan, seperti bara yang menyala, menciptakan suasana yang menakutkan.Warna itu begitu pekat, seolah memancarkan aura kematian yang meresap ke setiap sudut. Para prajurit yang ada di bawahnya merasakan kegelisahan yang mendalam, ketakutan menyelimuti hati mereka.Aroma busuk, seperti bau darah yang telah membusuk bertahun-tahun, menyebar ke udara, mencekik napas siapa saja yang terhirup. Udara terasa berat, seolah-olah dunia di sekitar mereka ingin menghisap mereka dalam keputusasaan."Bahaya!" teriak seorang perwira kekaisaran, suaranya penuh kecemasan."Mundur! Semua mundur, setengah lie! Jika bentrokan ini meledak, kita akan terhempas!"Mendengar perintah tersebut, seperti tersadar dari mimpi buruk, seratusan tentara bergerak serentak.Derap sepatu besi yang keras dan suara gemerincing pelat besi tubuh mereka menggema di udara, menamb
Pertarungan antara dua Abadi setengah langka itu berlangsung selama tiga hari tiga malam, begitu sengit dan tak terhentikan.Bukan hanya di atas langit Desa Zhizun, tetapi mereka terus saling kejar-kejaran, melintas dari utara ke selatan, lalu dari barat ke timur, mengoyak cakrawala Qi Tu Dalu yang luas.Kecepatan dan kekuatan mereka membelah langit, seolah mereka sedang berperang di luar batas pemahaman manusia.Dan pada hari ketiga, ketika senja mulai membalut langit dengan warna merah darah, akhirnya takdir mempertemukan mereka dalam satu pertarungan yang mematikan.Samudra luas di Qi Tu Dalu menjadi saksi bisu dari pertarungan terakhir ini. Di tengah keheningan lautan yang tak terjamah oleh manusia, kekuatan yang tak tertandingi bertabrakan."Juan Tian Yuan, kaisar lalim. Dengan kekuatan artefak kuno ini, senjata legendaris dari dunia kematian, aku mengutukmu! Mati dan tidak akan pernah bereinkarnasi lagi!"Suara Rong Guo bergema di udara, penuh dengan kekuatan.Ketika kata-katany
“Buka pintu gerbang lebar-lebar! Aku akan membawa benda ini ke lantai lima!” Suara Rong Guo terdengar dalam, penuh wibawa, seperti perintah yang tidak bisa dibantah.Para penjaga dan makhluk iblis yang berjaga di depan Benteng Hundun Yaosai langsung bergerak, membuka pintu dengan cepat. Gerakan mereka serentak, seolah sudah dipersiapkan sebelumnya.“Buka pintunya segera! Hunter Guo menginstruksikan!” teriak salah seorang penjaga dengan suara keras.Nama Hunter Guo kini sudah menjadi legenda di Hundun Yaosai. Reputasinya melampaui segala hal.Setiap pemimpin organisasi tunduk di kakinya, mengakui secara diam-diam bahwa Rong Guo adalah penguasa tak terbantahkan di wilayah ini. Sekarang, tidak ada yang berani meragukan otoritasnya.Dengan deritan keras dari roda yang menghantam permukaan batu yang kasar, prajurit-prajurit yang mengawal mesin penghimpun energi melangkah masuk, membawa benda berat itu menuju aula lantai pertama.Suasana menjadi semakin tegang, setiap langkah terasa berat,
Perbedaan antara menyerap energi dari makhluk hidup dan dari hantu penasaran sangat jelas. Pada makhluk hidup, ada lapisan pelindung yang menghalangi energi tersebut.Hal ini menjadikan proses penyerapan energi lebih rumit.Namun, jika energi yang diserap berasal dari kebencian atau energi jahat yang dimiliki oleh hantu penasaran, dan hantu lapr, itu menjadi jauh lebih mudah. Ini berlaku terutama bagi seorang ahli tingkat tinggi seperti Rong Guo.“Di lantai lima Hundun Yaosai, tepatnya di pemakaman kuno ini, terdapat banyak sekali energi gelap yang tersembunyi.”Mengapa tidak aku manfaatkan untuk menyerap energi itu, memurnikannya, dan mengalirkannya ke dalam mesin penghimpun energi ini?” tegas Rong Guo, sambil memandangi mesin besar itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam.Itulah teori yang dia ciptakan setelah mengamati mesin penghimpun tersebut.“Jika aku menggunakan energi dari makhluk hidup, prosesnya akan sedikit lebih rumit,” lanjutnya, “Karena ada lapisan pelindung pada tubuh
Bagi seorang ahli yang telah mencapai puncak Kultivasi seperti Yongheng, perjalanan antar benua bukanlah hal yang memerlukan waktu lama. Perjalanan dari Benua Podura ke Benua Longhai, meskipun menggunakan Kapal Roh terbaik yang ada, biasanya memakan waktu hampir seminggu penuh.Namun, bagi seorang yang telah mencapai tingkat keabadian seperti Rong Guo, jarak yang terlihat begitu jauh bagi orang biasa tak lebih dari sekejap mata.Waktu dan ruang baginya hanyalah konsep semu, tidak lebih penting dari sekadar hembusan angin yang berlalu.Dalam sekejap, hanya dalam waktu setengah hari saja, pantai di tepi Gurun Hadarac sudah tampak di depan matanya.Rong Guo terbang tinggi, jauh di atas awan, di ketinggian yang nyaris tak terlihat oleh siapa pun di bawah sana. Jika ada yang melihatnya, mereka mungkin hanya akan menganggapnya sebagai makhluk spiritual asing—terbang dengan kecepatan yang begitu luar biasa.Setiap hembusan angin mengingatkannya pada batas-batas yang dulu kupikir tak terlampa
Tiba-tiba, suara burung berkoak-koak yang tajam terdengar, memecah kesunyian. Di kejauhan, puluhan burung nasar terbang berputar-putar di udara, tampak seperti membawa isyarat kematian.“Aroma amis darah semakin pekat... Ini bukan pertempuran biasa,” gumam Rong Guo, merasakan ketidaknyamanan yang kian menguat.Lalu, matanya menangkap sesuatu di tengah Gurun Hadarac. Di sana, seorang gadis muda, bersama tiga petarung lainnya, tengah bertahan melawan pasukan tentara yang mengenakan zirah perang.“Suku Miao... kaum Nomaden dari Wilayah Barat? Mereka yang disebut barbar itu?” ekspresinya berubah.Menyusul… “Dan lawan mereka tentara dari Kekaisaran Matahari Emas?” desis Rong Guo dengan amarah yang mulai menggelora.Keempat petarung itu adalah murid-murid dari Sha Tuo, seorang ahli ternama di Benua Longhai, yang berada di peringkat enam dalam dunia persilatan. Kultivasi Sha Tuo ini berada di ranah Kaishi, dan dikenal dihormati di kalangan para datuk.Keempat muridnya—Ye Qing, seorang gadis;
Pria perwira dari Negeri Matahari Emas itu bernama Temur.Di tengah gejolak debu yang beterbangan di udara, lebih dari seratus tentaranya terhempas terkapar di atas pasir, menciptakan suasana mencekam.Dengan marah, ia memekik, suaranya menggema jauh di antara kekosongan gurun yang luas.“Keluar, kamu pengkhianat! Aku tahu, ada yang bersembunyi dan mengambil keuntungan sambil menghabisi tentara kami diam-diam!”Teriakan Temur, penuh semangat dan kepanikan, hanya disambut oleh kesunyian yang pekat. Tidak ada satu pun suara yang menyahut, menambah kesan tegang di sekelilingnya.Sementara itu, di sudut yang terlupakan, empat pemuda petarung dari Suku Miao saling memandang dengan rasa syukur.“Akhirnya, kita bisa sedikit menghela napas lega setelah sehari semalam bertarung tanpa henti,” bisik Du Ba kepada kawannya, suaranya bergetar lembut.“Benar... Sepertinya ada seorang ahli berkepandaian tinggi yang membantu kita. Kenapa tidak kita duduk dan bersemedi sejenak untuk memulihkan tenaga y
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit