Bab 54. Aku Ikhlas Dimadu"Sayang!" panggil Abyan begitu membuka pintu kamar. Dia baru saja pulang dari masjid melaksanakan salat asar. Namun, langkah kakinya harus terhenti ketika melihat Olivia duduk bersimpuh di atas sajadah sambil menengadahkan kedua tangan ke atas.Perempuan itu menitikkan air mata, sejak tadi dia berdoa kebaikan untuk sang suami, kedua orang tua serta mertuanya. Adapun hal paling menyakitkan bagi Olivia adalah saat mendoakan kedamaian Rayan di dalam kubur.Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Rayan di sana. Hanya selalu berdoa semoga baik-baik saja. Jika suatu hari ada kesempatan bertemu, Olivia pasti bahagia.Perih merajai hati ketika mengingat bahwa pada akhirnya dia mengkhianati cinta yang sudah lama mereka rajut bersama. Menyulam berbagai kenangan pahit maupun manis, meminta rindu dengan doa.Sementara Abyan, lelaki itu masih terpaku di ambang pintu. Memandang sang istri dengan penuh kerinduan. Ya, dia rindu diganggu oleh Olivia saat sedang bekerja atau ber
Bab 55. Perempuan HinaWani mendengus kesal sambil melap wajahnya dengan handuk kecil bersih yang disodorkan Ibu Namira dua menit setelahnya. Untung yang basah hanya kepala dan pundak saja, jadi dia bisa mengeringkan bajunya memakai kipas angin.Kalau saja mereka tak sahabatan, Wani pasti sudah mencakar wajah angkuh itu juga menjambak rambutnya sampai botak. Apalagi dia tahu kalau Olivia sedang dalam pengaruh sihir, ya kemungkinan besar seperti itu."Jangan diambil hati, Wan. Ibu juga gak tahu Olivia kenapa. Abyan saja kadang dia cuekin. Hubungan mereka berdua sepertinya masih renggang.""Bener Olivia pengen dimadu, Tan?"Ibu Namira mengangguk. "Kata Abyan tadi gitu. Olivia maksa dia buat nikah lagi sebelum dia melahirkan. Ngasih waktu paling lambat enam bulan buat cari cari calon awalnya, lama kelamaan malah nunjuk Kamila. Aneh memang, tetapi seperti itulah kenyataannya.""Kamila emang harus dikasih pelajaran. Kalau dibiarin, lama-lama bakal ngelunjak.""Katanya, minggu depan Olivia
Bab 56. Biarkan Aku PergiSaat sedang makan malam, Olivia masih sibuk bercerita dengan sang ibu. Perasaannya mendadak berubah sangat bagus sehingga bisa merespons semua orang dengan baik termasuk Abyan sendiri.Seiring berjalannya waktu, Olivia seolah melupakan kasus tentang Wani tadi. Saking seriusnya mengobrol dengan kedua orang tua, dia tidak menyadari bahwa Abyan melalukan sesuatu di ponselnya yang terus menyala saat sebelum salat magrib tadi.Ponsel Olivia memang disetel terus menyala kecuali menekan tombol power. Saat mendengar informasi bahwa orang tuanya datang, dia meletakkan benda pipih itu asal."Telur gulungnya enak. Ibu gak nyangka kalau kamu sudah bisa masak." Pujian yang bertubi-tubi Bu Lisa lontarkan.Suasana begitu bagus, kedua Asisten Rumah Tangga mereka bahkan melontarkan senyum bahagia karena tidak lagi melihat perseteruan beberapa orang di sana. Sekalipun baru bekerja, tetapi merasa sudah puluhan tahun mengabdi.Tepat pukul sembilan malam, mereka menyudahi makan m
Bab 57. Masalah yang Berduyun-Duyun"Harusnya kamu bersyukur punya suami kayak Abyan. Dia bekerja banting tulang, memeras keringat siang dan malam demi kebahagiaan kamu. Sebelum itu, dia menyelamatkan nama baik keluarga kita yang begitu tega melempar kotoran di wajahnya. Olivia, pakai akal sehatmu. Seharusnya kamu mengabdi pada suami bukan malah memaksanya menikah lagi.Jik suatu hari nanti Abyan benar menikah, kemudian kamu merasa diperlakukan tidak adil, yang disalahkan siapa? Sebagai perempuan, bapak yakin kamu akan menyalahkan dia. Kenapa tidak bersyukur, hah?! Suami dan mertua kamu sama-sama baik. Carilah laki-laki di luar sana yang bisa menyatukan kamu dan ibunya, yang akan meratukan dirimu kalau ada!"Pak Herman terus berbicara dengan mata menatap tajam sempurna. Amarah dalam dada terus saja membuncah, tanpa peduli bagaimana perasaan Olivia. Selama ini dia terlalu memanjakan putrinya sendiri sampai berakibat fatal di masa depan.Sementara Bu Lisa hanya bisa menggerutu dalam hat
"Kamu ngadu sama Kamila buat apa, Sayang? Ini masalah keluarga yang orang lain tidak perlu tahu." Abyan menyuapi Olivia lagi.Setelah habis dikunyah, Olivia justru balik bertanya sinis. "Jadi, kamu menganggap Kamila sebagai orang lain, Mas?""Jelas.""Kenapa gitu?""Karena dia memang orang lain. Kamila dan kita tidak punya hubungan apa-apa. Dia orang lain yang berusaha merusak kebahagiaan rumah tangga kita. Dia bukan sepupu kamu dan juga bukan sepupu aku. Dia hanya orang asing, yang selalu mencoba menjadi bagian dari keluarga kita.Dia adalah angin yang berusaha menghancurkan rumah kita. Merusak segala properti demi kebahagiannya. Setelah itu, dia akan menjelma seperti sosok dewa penolong. Jangan mudah tertipu Olivia, singkirkan prasangkamu yang menuding dia orang baik.""Mas?""Kamila bukan orang baik. Dia sekumpulan manusia jahat. Sekarang kamu tengah mengandung anak kita, lalu memanfaatkan kelemahanmu demi bisa memenangkan segalanya. Kamu sedang dalam pengaruh Kamila, Sayang.Janga
Bab 59. Perempuan GenitSementara di luar, Dewi terus saja bernyanyi sambil tertawa keras sesekali demi bisa memancing perhatian orang di dalam rumah agar menghentikan usaha mereka memutus sihir tersebut. Dia tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang karena sudah menelan janji dari Kamila.Sebuah janji yang apabila Dewi berhasil menggagalkan usaha Ustaz Eqbal, maka Kamila akan membayarnya sebanyak tiga juta cash. Nominal itu sangat lumayan bagi Dewi yang sangat jarang melihat uang bergambar presiden pertama Republik Indonesia karena keadaan ekonomi di bawah kata standar.Aksi gila Dewi ternyata memancing perhatian para tetangga yang kebetulan lewat maupun sedang istirahat di rumah. Mereka berlari keluar, dengan perasaan bingung, penasaran apa yang sedang terjadi."Kupilih hatimu tak ada kuragu mencintaimu adalah hal yang terindah. Jika kau bertemu aku begini, berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi. Di penjara, terkurung, terhukum, hanya bertemankan sepi. Bisakah kau menghargai
Bab 60. Maafkan Aku"Apa? Kamu takut kalau orang itu malah naksir kamu?"Lelaki yang tidak memakai baju dengan rambut acak-acakan tersenyum manis pada Kamila sambil menaik-turunkan kedua alis. Dia sedang kurang waras, padahal dua bulan lalu masih sehat saja dan sering ke masjid."Kamu mau aku ditaksir sama orang gila?""Dia tidak gila. Biasanya dia akan berpenampilan rapi dan menarik. Mungkin sekarang ya lagi korslet dikit aja. Iya nggak, Mas?"Aneh, tetapi nyata. Lelaki itu mengangguk setuju, mengacungkan kedua jempol sembari berjoget riang. Aroma tak mengenakkan tercium sangat jelas, Kamila bahkan ingin muntah berada di dekatnya.Tak bisa dibayangkan jika saja lelaki gila itu mencintai Kamila, lalu mengejarnya sampai ke kontrakan. Nama baik dan harga diri akan merosot mengingat selama ini hanya menginginkan lelaki tampan nan kaya."Nggak, Mas. Pokoknya kamu harus tanggungjawab kalau misal dia naksir sama aku?!" teriak Kamila tanpa rasa malu.Dia sama sekali tidak memikirkan bagaiman
Bab 61. Keinginan Menikah LagiJantung Olivia berdegup tidak normal. Senyum yang sejak tadi tersungging seketika memudar begitu mendengar permintaan Abyan.Padahal, sejak magrib tadi dia merasakan sesak di dada kian berkurang. Kenapa sekarang justru permintaan itu bagai belati yang menghunus jantungnya?Olivia menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya kasar. Dia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menelan saliva juga membasahi bibir dengan lidah.Suasana dalam kamar seketika berubah menjadi tegang. Kedua pasangan itu saling menatap dalam, kaku. Tak ada suara, hanya detak waktu yang terus berputar membawa Olivia dalam luka."Kamu serius, Mas?""Iya.""Kenapa mendadak? Bukannya selama aku desak, kamu selalu menolak?" Olivia menahan air matanya agar tidak sampai tumpah. Perempuan itu merasa harus terlihat kuat di mata suami, orang tua maupun mertua.Meski sejumput nyeri tiba-tiba saja menjalan di setiap aliran darah, Olivia selalu berusaha tersenyum berharap semua hanya mimpi atau
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa