Seratus hari berlalu tanpa terasa. Selama itu pula Abyan harus menuruti semua keinginan sang istri yang lebih dari kata aneh. Sebenarnya lelah, tetapi mau bagaimana lagi sakit sakitnya mengandung serta melahirkan bukan dia yang merasakan.Biasanya, Olivia akan meminta makanan semisal junk food atau fast food. Lihat saja, dalam kurun waktu tiga bulan berat badannya bertambah lima belas kilogram. Meski begitu, tetap tidak mengurangi kadar kecantikannya.Aneh bahkan semakin aneh dari hari ke hari. Olivia pernah minta dibelikan mie bakso tanpa bakso dan bumbu, lalu mie ayam tanpa ayam bahkan gado-gado tanpa bumbu kacang. Pernah pula memaksa Abyan membeli sepotong donat, juga selembar mie dengan semangkuk air sop bakso.Dan yang paling gila menurut Abyan adalah memintasetengah gelas jus di restaurant. Dia malu bukan main, meskipun memakai masker, menyamar sebagai konten kreator."Mas, cosplay dong jadi apa gitu!" Lagi, untuk ke sekian kalinya Olivia meminta sesuatu yang aneh."Kemarin jadi
Bab 46. Dia Kembali."Tadi kamu bilang apa, Wi? Namanya siapa?""Kamila, Mbak. Kamila Mentari."Jantung Olivia berdegup lebih cepat dari biasanya ketika mendengar nama itu. Sejak saat itu, mereka tidak lagi pernah bertemu dan kehidupan pernikahannya baik-baik saja. Entah apa yang membawa gadis sialan itu menemui Dewi.Cukup lama terdiam, Olivia tidak menyadari jika Dewi sudah duduk di sampingnya sambil membawa pizza. Ya, makanan yang dibawa oleh Kamila untuk Dewi sebagai tanda mereka berteman.Menghela napas berat, pikiran Olivia semakin tidak karuan. Beribu prasangka bersarang dalam otak, dia berharap kedatangan Kamila hanya sebuah kebetulan yang tak akan pernah ada kali ke dua lagi."Sendirian aja, Mbak?" tanya Dewi memecah lamunan Olivia. Perempuan itu mengangguk, lantas menjawab, "Mas Abyan di dalam. Ibu sama papa belum pulang.""Mbak Oliv kenapa kepo tentang perempuan tadi?""Kamu ada urusan apa sama dia? Maksudnya kalian sudah lama kenal? Kok tiba-tiba dia datang ke sini?""Ada
Bab 47. Tangisan Olivia"Kamu bilang melihat Kamila? Di mana?"Olivia menghela napas panjang. Tangannya menarik kasar kursi putih itu, kemudian menjatuhkan bobot di sana. "Di depan rumah kita, Bu. Dia bicara sama Dewi. Katanya mereka teman online dan baru pertama kali ketemu.""Ibu bukan mau su'udzon, tapi apa semuanya memang suatu kebetulan? Bisa jadi Kamila mengintai diam-diam sampai tahu alamat ini atau saat Abyan dalam pengaruh sihir dulu memang sudah pernah cerita masa lalu. Atau dia bekerjasama dengan Dewi? Toh, Dewi juga punya perasaan istimewa sama Abyan."Mendengar dugaan ibu mertua menambah keresahan dalam hati Olivia. Benar, ada kemungkinan mereka bekerjasama atau bisa jadi Kamila melakukannya sendiri dengan berpura-pura menjadi teman online Dewi.Untuk menanyakan pemilik rumah memang wajar karena rumah Abyan paling mencolok di antara yang lain. Akan tetapi, kenapa bertemunya saat mereka baru di sana?Resah dan gelisah. Olivia mengusap wajah gusar berulang kali. Melihat jam
Bab 48. Rindu yang Tiba-Tiba HadirJam sudah menunjuk pukul sebelas malam, tetapi Olivia belum juga memejamkan matanya. Perempuan itu tak bisa tidur, pikirannya terlalu sibuk akan sesuatu.Sementara itu, Abyan sudah terlelap sejak satu jam yang lalu setelah mengobrol panjang dengan Olivia. Lelaki tersebut mengaku selalu mencintai istrinya hari ini, kini dan nanti.Dan entah kenapa, Olivia tidak terlalu senang dan hanya menanggapi dengan senyum tipis. Sekarang, mata perempuan itu menatap langit-langit kamar, pikirannya masih melanglang buana.Tak bisa mengelak bahwa malam itu dia sangat merindukan sosok Rayan. Seorang lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Salahkah dia sementara status diri telah menjadi istri Abyan dan calon ibu dari anak yang sedang dikandung?Mata Olivia memerah dengan air mata yang sejak tadi tumpah. Dia menggigit bibir agar isakannya tak terdengar oleh suami. Rindu itu benar-benar menyiksa batinnya.Besok, Olivia berniat mengunjungi makan Rayan. Akan tetapi, apakah
Matahari kembali menyapa seperti biasa, sinarnya begitu menyilaukan mata yang memandang. Bunga-bunga bermekaran indah halaman semua tetangga, berwarna-warni memanjakan mata.Pukul tujuh tadi, mereka sarapan bersama. Setelah tiga puluh menit berlalu, Abyan harus berangkat untuk mengurus sayur-mayurnya. Papa Zafir pun ikut serta karena merasa bosan berada di rumah.Saat sedang menjemur pakaian yang baru saja dia keringkan dengan mesin cuci, mata Olivia tak sengaja menangkap sosok yang selalu dia benci sejak mengenalnya. Menggertakkan gigi, terus menajamkan pendengaran berharap bisa menguping pembicaraannya dengan Dewi.Gadis itu bersikap sangat ramah padanya. Jika tahu dia pernah menjadi selingkuhan Abyan, apakah sikap tersebut masih akan ditunjukkan? Entahlah, segalanya masih menjadi tanda tanya bagi Olivia sendiri.Sepertinya Kamila memang tidak tahu kalau mereka adalah tetangga Dewi. Buktinya dia cuek saja dan menatap lurus ke depan tanpa melirik sedikit pun. Jika memang demikian, Ol
Bab 50. Pikirkan Anakmu"Kenapa, Olivia?" tanya Ibu Namira dengan suara gugup. Dia berharap apa yang didengarnya tadi itu salah atau sedang bermimpi saja."Aku ingin pisah, Bu. Kalau Ibu mau tahu alasannya, aku akan bicara. Tapi perlu ibu ingat kalau sudah menjadi hakku memilih bertahan atau tidak.""Katakan, Nak. Apa Abyan punya salah?""Sepertinya hubungan pernikahan kami memang cukup sampai di sini, Bu. Aku tidak mau melanjutkannya lebih jauh. Hanya Rayan yang ada dalam hatiku, bukan orang lain!" Jawaban yang terdengar tegas. Ibu Namira menatap lekat mata menantunya dan bulu kuduk seketika meremang."Nak, jangan katakan itu pada Abyan. Ibu tidak mau kalau Abyan terluka. Dia sangat mencintaimu dan ketika tahu kalau kamu sudah bosan atau memang tidak mencintainya.""Kenapa, Bu? Bukannya kalau aku jujur itu lebih baik daripada menimbulkan tanda tanya? Aku jujur atau bohong, perpisahan tetap menyakitkan. Ibu, tolong sampaikan pada Mas Abyan untuk segera menceraikan aku."Air mata Ibu N
Bab 51. Suara PanggilanSore tepat pukul lima, Olivia baru saja selesai mandi. Wajahnya pucat pasi karena sejak tadi memuntahkan apa pun yang dia makan. Sebenarnya, perempuan itu sangat ingin memakan junk food, tetapi ada perasaan malas menyampaikannya pada Abyan.Perempuan hamil itu duduk di tangga menatap lurus pada tirai yang memisahkan ruang keluarga dan ruang tamu. Sekarang dia benar-benar lapar, hanya saja bingung mau makan apa.Sejak tadi, pikirannya terus saja terusik. Dia selalu ingin pergi dari sana demi bisa leluasa berkunjung ke makam Rayan. Jika pun tanpa pamit, Olivia rasa terlalu keterlaluan.Olivia menghela napas, lantas mengoles fresh care di kedua pelipisnya. Dia tidak sadar kalau Ibu Namira memandanginya sejak tadi, hanya sedikit enggan berbicara.Kembali teringat pada Rayan. Olivia berpikir untuk mengakhiri hidup. Namun, seperti ada yang berbisik padanya bahwa perbuatan itu adalah dosa besar dan bisa saja membuat Tuhan murka.Ah, Rayan. Entah kenapa perempuan itu s
Bab 52. Nikahilah DiaMereka bersama, tetapi hati seolah enggan menetap. Dua raga yang saling dekat dengan jiwa terpisah oleh keadaan. Abyan masih belum mengerti penyebab sang istri meminta demikian. Benarkah? Lantas karena alasan apa?Abyan tidak punya alasan untuk menikah lagi. Pertama, istrinya masih sehat bugar, mampu melayani dengan baik serta sayang pada suami dan kedua mertua. Kedua, dia sedang mengandung. Ketiga, Abyan sangat mencintainya.Pikiran lelaki itu mencoba melayang pada masa lalu. Sejak pertama melihat Olivia, dia yakin sosok itu orang baik. Meskipun pada akhirnya harus patah hati karena memilih pacaran dengan Rayan.Tentu saja Abyan harus sadar diri mengingat dirinya dan Rayan bagaikan langit dan bumi. Lelaki itu memiliki rambut panjang, kulit kecokelatan, hidup dalam kemiskinan serta tak berpendidikan. Sementara Rayan justru sebaliknya. Dia memiliki apa yang selama ini Abyan impikan termasuk dicintai Olivia.Ketika itu, Papa Zafir datang memintanya menikahi Olivia
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa