Setelah melaksanakan salat asar, Abyan sibuk meminta sang ibu untuk istirahat terlebih dahulu. Mereka semua bingung dengan perubahan sikap lelaki itu yang terjadi secara mendadak. Bukankah sebelumnya dia terkesan tidak peduli pada sang ibu? Lantas kenapa saat kembali langsung berbeda bahkan berhasil membuat mereka bertiga melongo kebingungan. "Ibu senang melihat kamu kembali seperti dulu, Nak. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" Kedua alis Abyan saling bertaut pertanda bingung. "Maksud Ibu apa? Memangnya kemarin aku berubah?" Mereka bertiga saling pandang, semakin tidak mengerti apa saja yang terjadi. Tatapan mata Abyan tidak lagi memancarkan aura kebencian. "Kenapa diam, Bu? Memangnya ada sesuatu yang terjadi?" "Mas, aku mau bicara sebentar!" Olivia menarik tangan Abyan, membawanya masuk kamar mereka dan hanya menutupnya tanpa perlu mengunci. Olivia harus menelisik kebenarannya. Bagaimana dia bisa bersikap kalau ternyata sang suami justru bersandiwara? Saat sedang menjalankan a
Abyan mengendurkan pelukannya, menatap intens pada sang istri. "Kenapa kamu berubah, Oliv?""Berubah? Mas, jangan mengarang cerita.""Cerita apa? Sejak tadi kamu itu aneh banget tau gak? Sekarang sudah nggak mau aku sentuh, kenapa?"Olivia semakin bingung saja. Ingin beranjak keluar dari kamar khawatir terjadi masalah besar. Pada intinya, sekarang dia berada dalam posisi dilema.Siapa yang tidak senang apabila suami telah kembali mencintai? Namun, jika semua belum jelas, tetap saja enggan untuk menyambut ramah pelukan dan setiap sentuhannya.Olivia hanya ingin hidup tenang tanpa harus terkatung-katung oleh perasaan sendiri. Dia tidak mau jika Abyan masih dibayangi perempuan lain."Mas, jujur saja kalau kamu punya hubungan istimewa sama Kamila. Jangan mengelak, baik aku, ibu, bahkan papa juga tahu kalian pacaran. Kenapa sekarang malah bilang musuhan?""Pacaran? No, itu tidak mungkin. Kamu pasti mimpi karena aku tidak akan pernah pacaran sama Kamila. Amit-amit!" Melihat Abyan merinding
Bab 20. Si Gadis MurahanSatu jam berlalu, Olivia berusaha memakai pakaiannya setelah memastikan Abyan sudah terlelap. Dia geram, ingin mengamuk pada saat itu juga dengan cara menghilangkan nyawa sang suami.Akan tetapi, tangannya selalu saja gemetar. Olivia belum pernah merangkap sebagai pembunuh. Dia hanyalah seorang gadis yang tumbuh dalam lingkungan penuh cinta dan kasih sayang sebelum akhirnya berjuang demi mempertahankan pernikahan.Melirik sekilas pada Abyan, lelaki berkulit sawo itu masih memejamkan mata. Saat memadu kasih tadi, Olivia bisa merasakan cinta berwujud sentuhan lembut. Tatapan mata Abyan seolah meminta Olivia untuk tetap bersama hingga menua.Perempuan itu semakin bingung. Dia tidak bisa menggambarkan perasaannya dengan kata-kata. Kalau saja semua mimpi, dia berharap Tuhan tidak pernah membangunkannya lagi.Kembali teringat pada cincin permata hitam. Olivia berjingkrak seolah pencuri, membuka lemari pakaian dengan sangat hati-hati, khawatir derit pintu berhasil me
Bab 21. Embarrassing"Jangan berani menyebut nama putraku di sini. Lebih baik kamu pulang sebelum kulibas!" bentak Papa Zafir ikut geram.Pasalnya, dia sudah berusaha menutupi kisah masa lalu setelah pindah rumah. Para tetangga baru mereka tidak ada yang tahu tentang Rayan, semuanya mengira Abyan adalah anak tunggal."Kenapa, Om? Apa karena Rayan anak kesayangan Om Zafir? Kenapa Mas Aby dan Rayan harus dibedakan padahal keduanya sama-sama anak Om. Mungkin karena terlahir dari ibu yang berbeda?""Tutup mulutmu!" gertak Olivia tepat di depan wajah gadis murahan itu. Emosinya semakin meluap. "Jadi, ini kerjaanmu sekarang?""Apa maksudmu?" Tatapan mereka serupa pedang yang siap menghunus."Untuk makan saja, kamu harus menjajakan diri dulu, menghargai tubuh biasamu dengan lima lembar uang merah tanpa peduli tanggapan orang-orang. Untung saja suamiku tidak tertarik dengan dada rata sepertimu. Embarrassing!" umpat Olivia di akhir kalimat.Hampir saja dia meludahi wajah Kamila. Namun, hal itu
Bab 22. Cincin Permata HitamSelesai makan malam, Olivia menerima telepon dari Wani. Dia berjalan sedikit menjauh dari suami yang baru saja memasuki kamar mereka.Setibanya di ruang tamu, Olivia pun bertanya alasan Wani menelepon malam-malam, padahal tentu sudah tahu kalau Abyan sedang di rumah."Tadi, Kamila ke rumah aku. Dia bilang kalau kamu harus hati-hati. Dia ngancam bakal membunuhmu kalau perlu. Ini gimana, Liv? Aku takut kalau Kamila benar-benar membunuhmu. Tahu sendiri kan kalau dia bisa bertindak sesuka hati?"Olivia mengusap dada, terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh sahabatnya. Bagaimana tidak, dia khawatir kalau Kamila benar-benar bersekutu dengan jin. Mudah baginya untuk mengalahkan Olivia, sang rival.Sudah banyak terjadi, orang yang meninggal karena ilmu hitam. Entah memakai boneka atau sihir yang dikirim langsung setiap malam jumat. Bulu kuduk Olivia meremang, dia takut hal tersebut terjadi pada dirinya."Katanya, cinta ditolak, dukun bertindak. Ternyata Mas A
Bab 23. Semua Itu tidak BenarAbyan menggelengkan kepala. Lelaki itu merasa istrinya sedang berbohong. Bagaimana mungkin dia jatuh cinta pada Kamila jika bertemu saja pun jarang?Bukankah dia selalu menghabiskan waktu bersama Olivia? Ya, perempuan itu pasti berbohong, dia mencoba menipu karena mungkin ada sesuatu yang menjadi kejutan di akhir cerita.Namun, saat menyampaikan dugaan itu, Olivia justru menggeleng tegas. Mimik wajahnya begitu serius, Abyan jadi semakin bimbang dengannya."Mas, kalau bisa kamu resign saja dari tempatmu bekerja sekarang. Mending fokus sama usaha kamu tentang sayur-sayur itu. Bukannya menghasilkan banget? Mending badan kotor asal hati bersih, daripada hatimu kotor gara-gara si pelakor gak jelas itu!""Pelakor apaan, Sayang?""Astaga, Mas. Kamu itu mancing emosi banget ya? Udah tahu Kamila selalu ngincer kamu. Makanya tadi Wani nelfon aku karena Kamila nyamperin dia. Si Gatel itu bilang bakal melakukan segala cara demi ngedapatin kamu. Kalau berhasil, aku ba
Bab 24. Hentikan Sandiwaramu"Ya, aku mau kita pindah rumah supaya Kamila tidak pernah datang ke sini. Aku gak mau, jangan sampai dia naruh sesuatu misal ilmu hitam di rumah ini demi dapatin kamu. Tahu sendiri lah, orang bucin itu kadang bilang gini, 'kalau aku gak bisa dapetin dia, maka kamu juga gak bisa.' Makanya aku gak mau tinggal di sini lagi. Kalau bisa, kita pindah rumah sedikit lebih jauh dari sini atau jual sekalian usaha kamu, nanti buka usaha yang lain atau apa kek!"Abyan menelan saliva. Dia sebenarnya berat menjual rumah itu serta bisnisnya karena rumah itu dia beli dengan uang sendiri setelah perjuangan selama berbulan-bulan. Saat itu, Abyan banting tulang tak kenal lelah demi membeli rumah yang pantas untuk ibu dan istrinya.Begitu pula dengan usaha sayur mayur itu. Sekarang masih berkembang walau tak sepesat dulu. Usaha itu lah yang menjadi awal mula Abyan memiliki penghasilan lumayan, lebih dari biasanya. Dia harus mengenang masa-masa mereka masih miskin."Atau kita
Bab 25. Hancur!"Olivia, kamu tidak menambah beban. Aku bisa memahami kalau kamu mencintai aku bahkan kami semua. Hanya saja kita harus berdiskusi. Tentu tidak masalah jika memang tinggal di kontrakan dulu. Aku terlahir dalam keadaan miskin tanpa sosok ayah, kamu tentu bisa menebak bagaimana tangguhnya aku sama ibu menjalani garis takdir yang ditentukan oleh Tuhan.Ada perbedaan antara aku, kamu dan papa. Kalian berdua sudah terbiasa hidup dalam gelimang harta. Memakai fasilitas yang serba memudahkan. Ingat, kemarin kamu tidak paham bagaimana cara menimba air, itu karena selama hidup kalau mau mandi tinggal menyalakan keran air.Sebenarnya yang aku takutkan adalah, kamu tidak betah tinggal di kontrakan. Bukan karena memikirkan Kamila, tetapi dirimu. Oliv, kamulah hidupku!"Perempuan itu memalingkan wajah, kemudian meneruskan langkahnya menuju kamar. Dia duduk menekuk lutut di tempat tidur, bersandar pada kepala ranjang.Pikirannya melayang jauh entah harus ke mana lagi. Dia masih bert
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa