Bab 22. Cincin Permata HitamSelesai makan malam, Olivia menerima telepon dari Wani. Dia berjalan sedikit menjauh dari suami yang baru saja memasuki kamar mereka.Setibanya di ruang tamu, Olivia pun bertanya alasan Wani menelepon malam-malam, padahal tentu sudah tahu kalau Abyan sedang di rumah."Tadi, Kamila ke rumah aku. Dia bilang kalau kamu harus hati-hati. Dia ngancam bakal membunuhmu kalau perlu. Ini gimana, Liv? Aku takut kalau Kamila benar-benar membunuhmu. Tahu sendiri kan kalau dia bisa bertindak sesuka hati?"Olivia mengusap dada, terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh sahabatnya. Bagaimana tidak, dia khawatir kalau Kamila benar-benar bersekutu dengan jin. Mudah baginya untuk mengalahkan Olivia, sang rival.Sudah banyak terjadi, orang yang meninggal karena ilmu hitam. Entah memakai boneka atau sihir yang dikirim langsung setiap malam jumat. Bulu kuduk Olivia meremang, dia takut hal tersebut terjadi pada dirinya."Katanya, cinta ditolak, dukun bertindak. Ternyata Mas A
Bab 23. Semua Itu tidak BenarAbyan menggelengkan kepala. Lelaki itu merasa istrinya sedang berbohong. Bagaimana mungkin dia jatuh cinta pada Kamila jika bertemu saja pun jarang?Bukankah dia selalu menghabiskan waktu bersama Olivia? Ya, perempuan itu pasti berbohong, dia mencoba menipu karena mungkin ada sesuatu yang menjadi kejutan di akhir cerita.Namun, saat menyampaikan dugaan itu, Olivia justru menggeleng tegas. Mimik wajahnya begitu serius, Abyan jadi semakin bimbang dengannya."Mas, kalau bisa kamu resign saja dari tempatmu bekerja sekarang. Mending fokus sama usaha kamu tentang sayur-sayur itu. Bukannya menghasilkan banget? Mending badan kotor asal hati bersih, daripada hatimu kotor gara-gara si pelakor gak jelas itu!""Pelakor apaan, Sayang?""Astaga, Mas. Kamu itu mancing emosi banget ya? Udah tahu Kamila selalu ngincer kamu. Makanya tadi Wani nelfon aku karena Kamila nyamperin dia. Si Gatel itu bilang bakal melakukan segala cara demi ngedapatin kamu. Kalau berhasil, aku ba
Bab 24. Hentikan Sandiwaramu"Ya, aku mau kita pindah rumah supaya Kamila tidak pernah datang ke sini. Aku gak mau, jangan sampai dia naruh sesuatu misal ilmu hitam di rumah ini demi dapatin kamu. Tahu sendiri lah, orang bucin itu kadang bilang gini, 'kalau aku gak bisa dapetin dia, maka kamu juga gak bisa.' Makanya aku gak mau tinggal di sini lagi. Kalau bisa, kita pindah rumah sedikit lebih jauh dari sini atau jual sekalian usaha kamu, nanti buka usaha yang lain atau apa kek!"Abyan menelan saliva. Dia sebenarnya berat menjual rumah itu serta bisnisnya karena rumah itu dia beli dengan uang sendiri setelah perjuangan selama berbulan-bulan. Saat itu, Abyan banting tulang tak kenal lelah demi membeli rumah yang pantas untuk ibu dan istrinya.Begitu pula dengan usaha sayur mayur itu. Sekarang masih berkembang walau tak sepesat dulu. Usaha itu lah yang menjadi awal mula Abyan memiliki penghasilan lumayan, lebih dari biasanya. Dia harus mengenang masa-masa mereka masih miskin."Atau kita
Bab 25. Hancur!"Olivia, kamu tidak menambah beban. Aku bisa memahami kalau kamu mencintai aku bahkan kami semua. Hanya saja kita harus berdiskusi. Tentu tidak masalah jika memang tinggal di kontrakan dulu. Aku terlahir dalam keadaan miskin tanpa sosok ayah, kamu tentu bisa menebak bagaimana tangguhnya aku sama ibu menjalani garis takdir yang ditentukan oleh Tuhan.Ada perbedaan antara aku, kamu dan papa. Kalian berdua sudah terbiasa hidup dalam gelimang harta. Memakai fasilitas yang serba memudahkan. Ingat, kemarin kamu tidak paham bagaimana cara menimba air, itu karena selama hidup kalau mau mandi tinggal menyalakan keran air.Sebenarnya yang aku takutkan adalah, kamu tidak betah tinggal di kontrakan. Bukan karena memikirkan Kamila, tetapi dirimu. Oliv, kamulah hidupku!"Perempuan itu memalingkan wajah, kemudian meneruskan langkahnya menuju kamar. Dia duduk menekuk lutut di tempat tidur, bersandar pada kepala ranjang.Pikirannya melayang jauh entah harus ke mana lagi. Dia masih bert
Bab 26. Abyan Kembali"Kalau menurut ibu, Abyan bagusnya dibawa ke ustadz buat di-ruqyah. Daripada gini, suka marah gak jelas!" usul Ibu Namira melihat lelaki itu terus meracau tidak jelas."Tadi aku juga mikir gitu, Bu. Ini tak ada angin tak ada hujan, malah marah-marah. Apa ada kaitannya sama Kamila, Mas?"Abyan mendengus kesal. Entah kenapa istrinya suka menyebut nama itu. Ah, ya ... Abyan sedikit merindukan senyum Kamila. Namun, demi menjaga perasaan Olivia, dia memilih untuk diam saja.Dia melangkah masuk ke dapur karena merasa lapar. Tanpa berkata apa-apa, dia menikmati masakan itu. Perasaan rindu pada Kamila semakin menyeruak di dalam dada. Sial, Abyan tidak bisa menikmati makan siang karena bayangan Kamila melambai-lambai di depan mata."Mas, kamu mau kan kalau kita ke rumah ustaz yang bisa ruqyah?""Tidak. Kamu pikir aku kerasukan makhluk halus? Aku baik-baik saja!" tolak Abyan tapa mau menatap sang istri.Dia semakin kesal karena perempuan itu malah merusak imajinasinya tent
Bab 27. Suara Hati Abyan?"Ibu selalu saja membela Olivia. Apa Ibu malu punya anak seperti aku?" Abyan menarik sudut bibirnya sehingga membentuk lengkungan. "Seharusnya aku yang malu punya orang tua dan istri seperti kalian. Semua sama saja, tidak ada yang berpikir jernih. Andai Rayan masih hidup, komplit!""Mas!" teriak Olivia. Lelaki itu boleh saja mengungkit masa lalu sang istri, tetapi tidak dengan orang tua."Kenapa, Oliv? Kamu tersinggung aku bawa-bawa nama kekasih kamu, huh? Di sini, aku adalah korban dari kalian. Entah kenapa aku harus lahir di dunia ini. Saat mencoba mencari kebahagiaan sendiri, kalian begitu kompak melawanku.Ada yang salah? Tentu saja. Pikiran kalian salah dan mata pun telah buta sehingga menganggap aku selalu bahagia berada di dekat kalian. Bagaimana mungkin? Dulu aku terlahir tanpa sosok ayah, dijuluki anak haram, padahal perbuatan papa sama ibu lah yang haram.Bertahun-tahun aku menebalkan kuping demi bertahan hidup berharap masa depan berubah cerah. Set
Bab 28. Bala Bantuan"Wan, Mas Aby ngamuk?""Tidak, cukup diam di sini. Aku yakin, Kyai Anwar sudah mulai mengintrogasi suami kamu. Sebelum memulai acara ruqyah, dia memang harus ditanya-tanya untuk mencari jawaban. Aku kurang paham gimana, tapi tentu kita percayakan semuanya pada beliau. Insya Allah, Mas Aby akan kembali.""Aku penasaran bagaimana cara beliau membuat Mas Aby kembali. Apa yang mereka baca?""Kamu jangan bodoh, Oliv. Gak usah penasaran, lebih baik sekarang kamu wudu, lalu membaca ratib al haddad. Aku baru ingat kalau Ustaz Eqbal memintaku menyerahkan ini sama kamu!" balas Wani memutar bola mata, kemudian mengeluarkan selembar kertas HVS yang berisi tulisan arab dan tentunya berharakat.Gadis itu menurut saja, lantas mengambil wudu dalam kamar mandinya karena pintu masih terkunci. Setelah itu dia membaca ayat demi ayat yang dimulai dengan basmalah dan fatihah untuk pengarangnya.Meski sedang membaca ayat-ayat itu yang diklaim mampu menangkal sihir, dia tetap saja bisa m
Bab 29. Bernapas Lega"Iya, Mas?"Abyan memejamkan mata, merasa kepalanya sedikit berat. Oleh kara itu, Olivia pamit ke kamar mengantar sang suami setelah mendapat izin dari Ustaz Eqbal.Usut punya usut, Ustaz Eqbal ternyata masih keturunan Turky dan pantas saja hati Wani berdesir melihatnya. Namun, Olivia tak akan pernah setuju karena beliau telah berkeluarga.Lupakan tentang itu, Olivia sekarang sedang memapah sang suami menuju kamar. Setelah sampai, dia memintanya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih ada cairan merah yang telah mengering di telinganya, perempuan tersebut inisiatif membersihkan, memakai kapas yang sudah dibasahi dengan air."Ada obat sakit kepala, nggak, Liv? Sakit banget kayak mau pecah." Abyan memijit kening. Perasaannya memang tidak terlalu berat saat melangkah lagi seperti tadi, tetapi kepalanya sedang berdenyut sakit."Ada, Mas. Aku ambilkan air sekalian!" Olivia menjawab, menyerahkan pil, lantas ke dapur mengambil segelas air putih.Selain itu, dia
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa