Bab 28. Bala Bantuan"Wan, Mas Aby ngamuk?""Tidak, cukup diam di sini. Aku yakin, Kyai Anwar sudah mulai mengintrogasi suami kamu. Sebelum memulai acara ruqyah, dia memang harus ditanya-tanya untuk mencari jawaban. Aku kurang paham gimana, tapi tentu kita percayakan semuanya pada beliau. Insya Allah, Mas Aby akan kembali.""Aku penasaran bagaimana cara beliau membuat Mas Aby kembali. Apa yang mereka baca?""Kamu jangan bodoh, Oliv. Gak usah penasaran, lebih baik sekarang kamu wudu, lalu membaca ratib al haddad. Aku baru ingat kalau Ustaz Eqbal memintaku menyerahkan ini sama kamu!" balas Wani memutar bola mata, kemudian mengeluarkan selembar kertas HVS yang berisi tulisan arab dan tentunya berharakat.Gadis itu menurut saja, lantas mengambil wudu dalam kamar mandinya karena pintu masih terkunci. Setelah itu dia membaca ayat demi ayat yang dimulai dengan basmalah dan fatihah untuk pengarangnya.Meski sedang membaca ayat-ayat itu yang diklaim mampu menangkal sihir, dia tetap saja bisa m
Bab 29. Bernapas Lega"Iya, Mas?"Abyan memejamkan mata, merasa kepalanya sedikit berat. Oleh kara itu, Olivia pamit ke kamar mengantar sang suami setelah mendapat izin dari Ustaz Eqbal.Usut punya usut, Ustaz Eqbal ternyata masih keturunan Turky dan pantas saja hati Wani berdesir melihatnya. Namun, Olivia tak akan pernah setuju karena beliau telah berkeluarga.Lupakan tentang itu, Olivia sekarang sedang memapah sang suami menuju kamar. Setelah sampai, dia memintanya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih ada cairan merah yang telah mengering di telinganya, perempuan tersebut inisiatif membersihkan, memakai kapas yang sudah dibasahi dengan air."Ada obat sakit kepala, nggak, Liv? Sakit banget kayak mau pecah." Abyan memijit kening. Perasaannya memang tidak terlalu berat saat melangkah lagi seperti tadi, tetapi kepalanya sedang berdenyut sakit."Ada, Mas. Aku ambilkan air sekalian!" Olivia menjawab, menyerahkan pil, lantas ke dapur mengambil segelas air putih.Selain itu, dia
Bab 30. Dendam Kesumat 1Olivia melajukan kendaraan roda empat itu membelah jalan menuju rumah Wani yang tidak terlalu jauh. Sepanjang jalan dia mendengarkan dzikir-dzikir pagi dari You-Tube berharap hati menjadi tenang.Bahkan Olivia kerap merapalkan doa kepada Tuhan agar memberi perlindungan untuk suaminya di rumah. Jangan sampai Kamila berkunjung ke sana. Kalau sampai hal itu terjadi, maka Olivia pasti langsung membunuhnya.Sekarang dia terlihat cantik, selalu sama seperti dulu. Memakai rok payung sepanjang lutut dengan atasan warna putih ala-ala gadis Korea. Rambut panjangnya digerai begitu saja, tentu setelah sibuk mencatok keriting sejengkal dari ujung menggunakan Curling Iron.Kulit seputih pualam seperti berasal dari negara Asia Timur, pipi bak pauh dilayang, wajah cantik dengan alis melengkung serupa bulan sabit. Hidung bangir pun bibir semerah delima membuat Olivia seperti tercipta sesuai keinginannya.Olivia sengaja berpenampilan menarik agar nanti tidak kalah saing dengan
Bab 31. Dendam Kesumat 2"Stop, kalian sengaja kan mau ngejatuhin harga diri aku? Sejak kapan aku pelet orang? Udah cantik gini, banyak yang mau sama aku, termasuk suami kamu!" bentak Kamila semakin malu saja.Bukannya takut, Olivia justru tertawa. Perempuan itu hampir saja kehilangan akal sehat setelah lama menimbun dendam dalam hati, membara semakin gelap saja.Pak Satpam yang notabene-nya seorang duda semakin penasaran saja. Pasalnya, beberapa hari terakhir, Kamila menjadi trending topik, banyak diperbincangkan oleh orang lewat maupun karyawan lainnya.Padahal dulu hampir semua orang membenci karena sifat cerewet dan mulutnya yang begitu pedas. Sekarang Pak Satpam itu bahkan pernah melihat Kamila digoda banyak lelaki termasuk dirinya, diam-diam menaruh perasaan."Bukan aku, jelas kamu sendiri yang mau mempermalukan diri sendiri. Aku masih menyimpan chat-chat kamu, loh. Cincin yang mengandung pelet sudah aku hancurkan. Saksi lain selain ibu sama papa mertua aku itu adalah Kyai Anwar
Bab 32. Sebuah JanjiBegitu sampai di rumah, Olivia langsung masuk setelah mengucap salam karena pintu setengah terbuka. Sudah tidak ada orang, padahal tadi kata Ibu Namira, calon pembeli sudah datang. Apakah urusannya dipermudah?Melangkah masuk ke ruang tengah setelah melewati tirai berwarna cokelat tua itu, Olivia melihat suami dan kedua mertuanya tengah berbincang serius. Dia langsung duduk untuk mendengarkan.Namun, sebelum mengerti arah pembicaraan, Abyan justru mencecar dengan banyak pertanyaan, "sudah ketemu kontrakannya? Harga berapa per bulan dan dekat sama rumah lama, kan? Ada berapa kamar, terus kamar mandi berapa? Kondisi dapur?""Satu-satu, Abyan. Istri kamu baru juga datang, dia pasti capek lah." Ibu Namira menegur.Olivia sendiri hanya bisa tersenyum, kemudian memberitahu letak kontrakan itu dan memang terbilang dekat dengan rumah lama. Semua pertanyaan tadi Olivia jawab dengan suara tenang. Entah berapa bulan mereka di sana, mungkin dua atau tiga bulan saja tergantung
Bab 33. Pindah RumahTepat setelah salat asar, Abyan mengunci pintu rumah itu. Untuk kali pertama setelah tiga tahun berlalu, dia akan meninggalkan rumah pertama yang dia beli demi menyenangkan hati sang istri.Lelaki itu membuang napas berat, lantas mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rumah yang dulu dianggap akan menjadi istana seumur hidup, ditinggali oleh anak-anak di masa depan, ternyata hanya menjadi masa lalu.Rumah bernuansa putih dengan tiga pilar di depannya itu menjadi saksi bisu bagaimana Abyan begitu mencintai istri, juga kedua orang tuanya meskipun dalam beberapa saat terakhir terpaksa menggores luka dalam hati Olivia."Yuk, berangkat!"Olivia masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi, sementara di sampingnya adalah Ibu Namira. Mobil hitam sendiri ditumpangi oleh dua kepala keluarga yang tak lain adalah Abyan dan papanya.Perlahan tetapi pasti, mobil itu melaju meninggalkan halaman rumah. Kunci satu sudah dia berikan pada pembeli, kunci kedua masih dipegang, besok baru d
Pukul sepuluh pagi, masakan untuk makan siang nanti sudah selesai. Secepat itu karena baik Olivia maupun Ibu Namira memang sangat bersemangat hari ini.Mereka memasak opor ayam yang lumayan banyak setelah pagi tadi sibuk berbelanja untuk keperluan dua pekan ke depan. Aroma yang sungguh menggugah selera."Oliv, bawa ke tetangga sebelah yang rumahnya warna hijau sage itu loh. Kemarin ibu lihat dia mengintip sama anaknya pas kita baru datang.""Yang mana, Bu?""Kalau gak salah ingat, rumah ke dua dari sini. Dia merhatiin kita kayak mau kenal gitu, Nak. Kan, bagus kalau beramah-ramah sama tetangga karena mereka adalah keluarga yang mungkin suatu hari nanti bakal nolongin kita."Panci ukuran kecil berwarna kuning Olivia bawa ke luar setelah mengangguk. Begitu melewati pintu utama, dia menoleh ke arah kiri. Benar saja, ada rumah berwarna hijau sage.Perempuan itu segera melangkah ke sana. Terbiasa bertemu dengan orang asing membuatnya lebih percaya diri. Olivia terus melangkah, sampai tiba
Seharian berada di dalam rumah, menghabiskan waktu dengan menonton, makan dan bernyanyi riang juga membosankan bagi Olivia sebab di masa gadis dia selalu memanfaatkan waktu libur dengan jalan-jalan. Apakah itu bersama Wani atau Rayan.Kembali terbayang saat-saat bersama Rayan. Dia memang lelaki romantis. Olivia ... pakah perempuan itu berdosa karena teringat akan masa lalunya? Sebuah tragedi memilukan terpaksa memisahkan mereka.Ya, sekalipun berusaha berada di garis takdir yang sama jika Tuhan berkehendak lain, pasti selalu ada cara untuk berpisah. Olivia menghela napas sambil menatap langit-langit kamar. Sudah hampir pukul lima sore, tetapi Abyan belum juga pulangPesan terakhir yang dia kirim adalah sebuah foto sedang bicara dengan tukang bangunan, lalu membeli sendiri bahan pondasi berupa semen, pasir dan juga batu besar. Olivia hanya mengirim jempol sebagai pertanda dia sedang kesal.Perempuan berhidung bangir itu merasa ada yang aneh pada diri sendiri karena hatinya selalu merin
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa