Share

Bukti

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2022-07-14 22:17:42
"Kenapa kamu bicara seperti itu, Intan?" Mengambil jari jemarinya dan kugenggam erat.

"Aku cukup tahu diri, Mas. Aku bukan wanita sempurna. Aku juga tidak bisa memberikan apa yang perempuan lain bisa berikan kepadamu!" Kini dua bulir kristal mulai bergulir di pipinya.

"Apa Intan sudah tidak percaya lagi sama Mas?" Kuangkat wajahnya dan menatapnya dalam-dalam. Aku lihat dengan jelas ada luka di dalam sana. Mungkin saja dia cemburu karena melihat Via tiba-tiba menciumku.

"Jangan pernah berpikir kalau Mas bakalan pergi atau menduakan kamu, Intan. Mas sayang sama kamu."

Intan terus menangis dan tidak mau menatapku.

"Ya sudah, kita temui Ibu sekarang. Biar Mas suruh Ibu pecat Via."

"Tidak usah, Mas. Via juga butuh kerjaan," cegah Intan.

Aku menyentak nafas kasar, mencoba menahan emosi agar tidak meledak.

***

Pukul empat sore aku pulang dari toko dan rumah dalam keadaan kosong. Mungkin Ibu dan Intan sedang keluar. Segera kurebahkan bobot di atas kasur karena badan terasa sangat lela
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita yang Kunodai    Pecundang

    “Kenapa, Sayang?” Kudekati wanita itu dan kuelus pinggangnya.“Sakit pinggang, Mas. Akhir-akhir ini memang pinggangku sering sakit!” keluhnya.“Makanya sering-sering kamu pijetin, Aidil. Orang hamil itu gampang capek, gampang pegel, gampang laper, kamu harus lebih perhatian lagi sama Intan!” rutuk Ibu membela menantunya.“Iya, Bu. Siap!”“Mas Aidil itu perhatian banget sama aku kok, Bu. Dia itu laki-laki paling baik yang pernah aku temui di dunia ini,” sambung Intan, membuatku spontan langsung mencium pipi perempuan itu di depan Ibu.Lagi-lagi Intan terlihat tersipu dengan wajah bersemu merah. Gemes banget aku kalau lihat dia sedang malu-malu seperti ini.“Assalamualaikum,” ucapku saat masuk ke dalam kamar.Intan yang sedang bertilawah langsung berdiri dan menghampiriku. Diletakannya Al-Quran yang ada di tangan sebelum ia menyalami tanganku.“Hai anak ayah lagi ngapain? Kangen Ayah seharian nggak ngelus kamu.” Mengelus perut gendutnya lalu bertanya, “kamu sudah makan apa belum, Tan?”

    Last Updated : 2022-07-18
  • Wanita yang Kunodai    Jaket Laki-laki Itu

    “Lagian, saya mau menikah dengan siapa pun itu sudah bukan lagi urusan kalian. Kalian juga tidak usah menghina istriku. Dia wanita baik-baik, aku juga sangat mencintainya. Terserah kalian mau berpikir aku ini laki-laki apa!” pungkasku seraya meninggalkan mereka semua. Emosiku kini meledak-ledak dibuatnya. Aku membanting pintu hingga membuat Intan yang sedang bertilawah di dalam kamar berjingkat kaget. “Istigfar, Mas. Jangan emosian. Orang suka marah itu temennya setan, loh,” ucap Intan sembari menutup mushaf dan meletakkannya di atas nakas. “Laa taghdob walakal jannah (Jangan marah bagimu syurga)” Menggenggam jemari wanita itu ketika ia mengusap lembut pipi ini, menciumi punggung tangannya menunjukkan kalau aku benar-benar mendamba cintanya. Dialah sang penyejuk jiwa, ia juga seperti air yang selalu mendinginkan suasana hatiku yang sedang panas. *** POV Intan. Kandunganku sudah memasuki bulan ke delapan. Janin di dalam perut juga sudah sangat aktif bergerak, membuat aku sering t

    Last Updated : 2022-07-20
  • Wanita yang Kunodai    Kontraksi

    Aku masih ingat betul dengan jaket hitam ini. Bahkan wanginya pun sama dengan yang di pakai pria brengsek itu.Ya Allah, Mas Aidil.....Segera kulipat kembali jaket itu lalu aku letakkan di atas kasur. Aku ingin menanyakannya langsung kepada si empunya barang agar tidak menimbulkan fitnah.Jarum jam sudah menunjuk ke angka enam sore. Azan Magrib juga sudah berkumandang di semua masjid. Bergegas diri ini menggelar sajadah dan bertafakur diri karena hati sedang kalut saat iniTidak, aku tidak boleh berprasangka buruk terhadap suamiku. Jaket semacam ini itu banyak sekali dijual di pasar. Mas Aidil tidak mungkin berbuat hal sebejat itu.“Duh, Intan. Kenapa kamu jadi seperti ini, tidak tahu diri sekali. Sudah di tolong, sekarang malah mau menuduh Mas Aidil yang bukan-bukan,” aku mengutuki diri sendiri.“Assalamualaikum, Sayang,” sapa Mas Aidil seraya membuka pintu.“Waalaikumsalam!” Aku segera bangkit dengan susah payah karena perut ini sudah semakin membesar.“Kamu sudah sholat, Mas?”“Su

    Last Updated : 2022-07-21
  • Wanita yang Kunodai    Bertemu Kak Radit

    Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkanku pulang ke rumah. Sudah rindu sekali diri ini menghirup udara pagi di pekarangan rumah Mas Aidil yang penuh dengan bunga-bunga. Bosan jika harus berlama-lama di rumah sakit dan mencium aroma obat-obatan terus.Mas Aidil memapahku masuk ke dalam mobil lalu meletakkan bantal di belakang kepala. Aku menatap wajah teduh laki-laki itu. Dia terlihat begitu tampan dan sempurna.“Maafkan aku, Mas,” ucapku seraya melingkarkan tangan di pinggang Mas Aidil.“Maaf untuk apa?” Dia mengusap pipiku lembut.“Karena aku sudah berprasangka buruk kepadamu. Tadinya pas aku baru nemuin jaket kamu di lemari, aku langsung berpikir kalau kamu lah orang yang sudah menodaiku!” ungkapku jujur.Dua bulir air bening mulai menyembul dari sudut mata laki-laki itu.“Sekali lagi aku minta maaf, Mas!” kata itu kembali kuucapkan.Mas Aidil masuk ke dalam mobil dan segera menyalakan mesinnya. Wajahnya memerah, mungkin dia marah, tersinggung, serta ti

    Last Updated : 2022-07-22
  • Wanita yang Kunodai    Pecah Ketuban

    “Kamu tidak usah takut sama aku, Intan. Aku bukan orang jahat!” ucap Kak Radit seraya terus mendekat.“Ka–kakak mau ngapain?” tanyaku tergagap, sungguh takut luar biasa.“Sudah aku bilang tidak usah takut, aku tidak akan menyakiti kamu!”“Bagaimana aku tidak takut, Kak. Kakak itu salah satu pelaku pemerkosa Mbak Lubna. Apa salah jika sekarang aku juga takut sama kakak?”“Kamu berbeda dengan Lubna, Intan. Kamu itu istimewa. Aku melakukan itu karena sakit hati kepada dia. Dia terus saja menyakitiku. Dia sudah menghianati cinta yang aku jaga selama bertahun-tahun.Dia bilang kalau dia sangat mencintaiku, tetapi dia memilih Aidil sebagai suaminya dan mengakhiri hubungan kami. Dia juga menghinaku, katanya aku itu impoten dan mandul. Maka dari itu aku ingin membuktikan kepada dia kalau aku tidak loyo seperti ucapannya.”“Jadi, Mbak Lubna itu mantan kekasih kamu, Kak?”“Iya, tetapi dia pindah ke kota ini setelah menikah dengan Aidil. Hingga pada suatu hari aku bertemu dengannya dan menanyaka

    Last Updated : 2022-07-24
  • Wanita yang Kunodai    Bukan Anak Haram

    “Bagaimana keadaan Intan, Aidil?” Terdengar suara ibu menanyakan keadaanku.Tidak lama kemudian wanita berhijab panjang lebar itu masuk menemuiku. Wajah Ibu dan Mas Aidil terlihat gelisah, begitu pula dengan diri ini yang sejak tadi sudah tidak bisa lagi berpikir dengan tenang.“Sakit ya, Nduk?” tanya Ibu seraya mengusap kepalaku kemudian mencium kening ini sambil menitikkan air mata.Kugenggam tangan Ibu erat, meminta maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat.Entahlah, rasa sakit yang sedang aku rasakan membuatku merasa takut jika ini adalah jalan menghadap Sang khalik.“Intan nggak punya salah sama Ibu. Intan anak baik, Intan menantu Ibu yang paling sholehah.” Ibu berujar sambil sesekali menyeka air mata di pipi keriputnya.Andai saja keadaanku sedang tidak seperti ini. Tentu aku sudah turun dari ranjang dan langsung bersimpuh di pangkuan Ibu mertua. Akan tetapi keadaanku sedang tidak berdaya. Bahkan dokter melarangku supaya tidak banyak bergerak, sebab takut kehabisan air k

    Last Updated : 2022-07-25
  • Wanita yang Kunodai    Sentuhan Pertama

    Intan masih saja menutup matanya, padahal sudah hampir dua belas jam dia keluar dari ruang operasi. Aku sangat takut kehilangan dirinya, terlebih lagi aku belum mengatakan kepada Intan kalau akulah laki-laki bejat yang sudah mematahkan sayap-sayapnya.Kuusap wajah ini sambil terus menata perasaan yang semakin terasa kacau juga selalu diliputi rasa bersalah karena sudah membuat Intan selalu dibayangi mimpi buruk.Jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas malam. Aku menyenderkan kepala di bibir ranjang karena rasa kantuk yang sudah tidak dapat lagi aku tahan, namun baru beberapa menit memejamkan mata terdengar suara Intan memanggilku. Bahagia sekali rasanya karena akhirnya kekasih hatiku membuka mata.“Tolong rahasiakan asal-usul dedek bayi, jangan sampai ada yang tahu kalau dia anak hasil perkosaan. Aku nggak mau dia diolok-olok oleh teman-temannya nanti!” Sungguh kata itu bagai belati yang menghunus tepat di hati. Sakit, perih hingga hampir menghentikan denyut nadi.Dia yang sedang be

    Last Updated : 2022-07-26
  • Wanita yang Kunodai    Kedatangan Wafa

    "Kalian berdua keramas?" tanya Ibu seraya menyipitkan mata, membuat wajah ini seketika bersemu merah."I–iya, Bu!" jawabku malu-malu.Seulas senyum tergambar di wajah Ibu yang masih terlihat cantik. Aku melirik ke arah Mas Aidil yang juga terlihat salah tingkah.Ibu kemudian masuk ke dalam kamar kami dan mengambil Arkana untuk dimandikan.Setelah selesai dimandikan serta dipakaikan baju, aku segera menyusui bayi berusia dua bulan itu hingga putraku kembali terlelap."Doyan bobok anak Ayah!" ucap Mas Aidil sembari mengusap punggung tangan mungil Arkana. Dia lalu mencubit pipiku karena merasa gemas dengan putranya."Kok aku yang dicubit?" rajukku sembari mengerucutkan bibir.Mas Aidil terkekeh melihat ekspresiku, kembali mencubit pipi ini dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir."Malu, nanti dilihat Ibu," bisikku, mencubit pinggang laki-laki itu."Ibu lagi serius baca, nggak bakal liat!" sahut Mas Aidil sambil mengerling nakal."Aidil, buka pintu!" Terdengar suara seseorang berteriak di

    Last Updated : 2022-07-28

Latest chapter

  • Wanita yang Kunodai    Ending

    “Rumah itu milik Ibuku, Bu. Dan Lubna tidak mempunyai hak sama sekali. Lagian Lubna sudah nggak ada!” tekanku sambil menatap mata Ibu yang mulai memerah menahan emosi.“Kamu itu benar-benar jahat Aidil. Otak kamu sudah dipengaruhi oleh istri kamu yang jahat itu. Pokoknya Ibu mau tinggal di sana setelah Wafa keluar dari rumah sakit!!” Ibu meninggikan nada bicaranya.Aku menghela nafas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Aku tidak mungkin mengizinkan Keluarga mendiang istriku tinggal di rumah Ibu, sebab itu bisa mengusik kebahagiaanku dan juga Intan. Aku tidak mau mengorbankan kebahagiaan Keluargaku demi orang lain."Kenapa Ibu tidak tinggal di rumah Radit, Bu? Ibu lupa ya, kalau Ibu pernah memenjarakanku sebelum kejadian ini. Bahkan Ibu bersekongkol dengan Radit untuk menghancurkan kebahagiaanku. Sekarang giliran susah, kenapa Ibu minta tolong sama aku, bukan kepada Radit?""Karena kamu menantu Ibu!" sentaknya.Aku memasang wajah datar menatap wanita yang teramat aku hormati

  • Wanita yang Kunodai    Kabar dari mertua

    Suara tangis Arkana memecah keheningan serta membangunkanku dari lelapnya tidur. Karena kebiasaan burukku, setiap habis melaksanakan shalat wajib dua rakaat pasti kembali merebahkan bobot di atas tempat tidur.Gegas ku angkat tubuh malaikat kecilku yang kian bertambah montok dan terasa semakin berat. Intan benar-benar hebat. Dia kuat menggendong Arkana seharian, dan terkadang sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.Sementara aku, baru beberapa menit menggendong tubuh bayi berusia tiga bulan ini, lenganku sudah terasa ngilu."Sama Ayah dulu ya, Bunda mau macak!" Intan menghampiri kami yang sedang duduk di kursi tengah lalu mencium pipi gembil putra kami."Ayahnya nggak dicium, Bun!" ucapku menggoda."Ayahnya nanti malam!" jawab Intan sembari melenggang pergi meninggalkan aku dan Arkana.Entah mengapa kali ini aku merasa mual saat mencium wangi masakan Intan. 'Ada apa denganku, apa aku sakit?' Aku bergumam sendiri dalam hati. "Loh, Mas. Kamu kenapa?" Intan mengusap lembut pipiku seraya

  • Wanita yang Kunodai    Senyum yang Dirindukan

    #Aidil.Aku masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin kendaraan roda empat itu dan mengemudikannya menuju rumah orang tuanya Lubna. Aku ingin mencari tahu alasan kenapa mereka bekerja sama dengan Radit untuk menjebloskanku ke dalam penjara."Assalamualaikum!" Tok! Tok! Tok!Aku mengetuk pintu pagar rumah mantan mertuaku. Tidak lama kemudian Ibu keluar dan langsung membukakan pintu untukku."Ada apa, Aidil?" tanya Ibu seraya menatapku bengis."Saya mau bicara sama Ibu. Mengenai laporan Radit dan kehadiran Ibu serta Wafa di kantor polisi. Apa Ibu kerja sama dengan dia?" Aku menatap menghunus ke arah wanita berusia lebih dari setengah abad itu."Kalau iya memangnya kenapa, ada masalah?" sambung Wafa yang tiba-tiba sudah muncul dari balik pintu."Apa kalian lupa, Radit itu salah satu orang yang telah memperkosa Lubna. Kalian bukannya mempermasalahkan dia karena cepat bebas dari penjara, malah bekerja sama dengan orang yang telah menghancurkan masa depan keluarga kalian!" Hardikku menahan emo

  • Wanita yang Kunodai    Memberi Kesaksian

    Aku masih berdiri mematung di teras rumah sambil menghapus air mata yang berlomba-lomba jatuh dari pelupuk mataku. Jujur, walaupun aku marah dan kecewa sama Mas Aidil, tetapi aku tidak ingin dia dipenjara. Aku sangat mencintai dia dan sedang berusaha memaafkan kelakuan tidak bermoralnya itu.“Tan, Arkana nagis!” kata Ibu dengan intonasi sangat lembut, tetapi pendar di wajahnya terlihat berubah. Dia sepertinya ikut marah kepadaku.Aku masuk ke dalam, menyusui Arkana hingga putraku tertidur di pangkuan. Kutatap lekat-lekat wajah malaikat kecilku itu. Sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dua bulir air bening kembali lolos dari pelupukku. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti Mas Aidil harus ditahan dan aku akan berpisah dengan dia dalam waktu yang cukup lama. Membayangkannya saja diri ini sudah tidak sanggup, apalagi menjalaninya nanti.Aku menghela nafas panjang lalu meletakkan Arkana di atas kasur. Saat hendak keluar tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan berputar-putar. Pandanganku

  • Wanita yang Kunodai    Mencoba Menjelaskan

    Intan mengerjapkan mata kemudian duduk membaca doa setelah tidur.“Sudah subuh, ayo sholat berjamaah. Mumpung kita masih bersama!” Sekuat tenaga menahan air mata supaya tidak tumpah di hadapan istriku.Wanita berkulit putih itu segera turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi.Huek! Huek!Terdengar suara Intan kembali muntah-muntah di kamar mandi. Aku segera menghampirinya, memijat tengkuknya dan mengelap keringat yang mulai menitik di dahi perempuan yang teramat aku cintai tersebut.“Nanti siang kita ke rumah sakit ya, Tan?” ucapku sembari terus memijat leher bagian belakang istriku.“Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa, kok!” sahutnya pelan, hampir tidak terdengar.“Aku takut kamu kenapa-kenapa, Sayang. Soalnya sudah beberapa hari ini kamu sering muntah-muntah dan wajah kamu juga terlihat pucat sekali.”“Aku Cuma masuk angin doang, Mas. Aku nggak apa-apa!”“Tan, aku ingin kita kembali seperti dulu. Saling menyayangi dan melengkapi. Aku tidak mau kita terus-menerus seper

  • Wanita yang Kunodai    Surat Penangkapan

    Intan menggigit bibir bawah. Buliran-buliran kristal perlahan mulai lolos dari mata indahnya, membuat jejak di pipi yang memerah karena menahan tangis.“Ma–maaf, aku Cuma syok aja, Mas. Karena ternyata orang yang aku anggap pelindung justru dialah yang telah menghancurkan hidupku. Hatiku hancur, Mas. Tolong izinkan aku untuk menenangkan diri!” kata Intan sambil menangis tergugu.Aku menarik tubuh mungil istriku ke dalam pelukan. Kami menangis berdua di kamar, dan aku sungguh menyesal karena dulu lebih mementingkan ego dari pada logika. Aku telah termakan hasutan syaitan yang justru sekarang menghancurkan hidupku.“Maafkan aku, Sayang. Sekali lagi aku minta maaf. Jika aku harus menebus kesalahan dengan nyawa juga aku siap, tapi jangan hukum aku seperti ini. Aku nggak sanggup!”Intan hanya menggeleng. Ia mempererat pelukannya sambil terus menghapus air mata.“Jangan diamkan aku, kalau kamu marah pukul saja aku, Intan. Aku tidak akan marah kalau kamu memukuli aku!”Istriku itu masih saja

  • Wanita yang Kunodai    Diamnya Istriku

    Mas Aidil berlari mengambil alat pemadam api kemudian segera menyapukan isi APAR tersebut hingga api padam. Mengganggu kesenangan saja.“Nduk, istigfar Sayang.” Ibu mendekati lalu memeluk tubuh ini dan mengusap kepalaku.Aku hanya diam tanpa membalas pelukan wanita paruh baya itu, karena dia juga sudah membiarkan putranya membohongiku. Andai saja mereka jujur saat awal pertemuan, semuanya mungkin tidak terasa sakit seperti ini.“Minum dulu, Sayang!” Mas Aidil mengangsurkan segelas air putih. Aku menepis tangan suamiku hingga gelas yang ada di tangannya terlempar ke lantai dan pecah berantakan. Hancur berkeping-keping seperti perasaan ini.“Intan, kamu boleh marah sama aku. Tapi kamu jangan sakiti diri kamu sendiri, Intan. Aku tidak mau kamu terluka. Aku tidak mau melihat kamu seperti ini. Maaf, maafkan aku!” Dia berlutut, melingkarkan kedua tangannya di kaki.“Lepas, Mas. Tolong jangan sentuh aku lagi. Aku nggak mau!” Lirih aku berujar bagai angin yang berbisik di padang pasir.“Aku

  • Wanita yang Kunodai    Maaf!

    “Wafa, apa maksud kamu?” Memberanikan diri untuk bertanya. “Kamu tanyakan saja sama suami kamu, biar dia yang menjelaskannya!” sahut wanita berparas cantik itu kemudian berlalu pergi meninggalkan kami. Aku menatap wajah Mas Aidil, dan air muka laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi gugup. Apa semua yang dikatakan Wafa itu benar? “Mas, apa maksud perkataan Wafa tadi?” Bukannya tidak percaya, tetapi harus mengklarifikasi sama supaya tidak menimbulkan fitnah. “Intan, Mas minta maaf!” Dia menangkup wajahku. Kini mata pria yang sudah setahun memberiku kebahagiaan itu sudah di penuhi kaca-kaca, dan tidak lama kemudian air bening nan asin tersebut mulai mengalir membasahi pipinya. Apa arti dari air mata itu. Benarkah Mas Aidil laki-laki yang sudah menodaiku seperti apa yang Wafa katakan? “Mas, tolong jawab. Apa maksud dari ucapan Wafa. Apa benar , Mas, kamu yang sudah melakukannya?” Sekuat tenaga mencoba mengurai kata, menahan air mata yang hendak luruh ke pipi. “Intan, Mas minta ma

  • Wanita yang Kunodai    Terkuaknya Sebuah Rahasia

    Matahari masih malu-malu menampakkan pendar jingganya. Aku membuka hordeng kamar, membiarkan cahaya surya masuk melalui celah-celah jendela.Alisku bertaut ketika melihat setangkai bunga mawar tergeletak di atas meja dengan selembar kertas di bawahnya. Kuambil bunga berduri itu kemudian membaca isi surat tersebut.‘Happy wedding anniversary, Sayang. Semoga Allah selalu menjaga cinta dan hati kamu untukku. Jangan berhenti mengajarkan aku tentang akhlaq serta keikhlasan. Aku sangat bersyukur karena memiliki pendamping hidup seperti kamu. Semoga kita berjodoh hingga ke jannah.Dari lelaki penuh dengan kekurangan yang selalu mencintaimu’Aku menitikkan air mata membaca isi notes tersebut.Tidak lama kemudian terdengar suara derit pintu yang terbuka. Aku menoleh melihat siapa yang masuk. Mas Aidil tersenyum sambil terus menatapku.“Mas, terima kasih!” Aku langsung memeluknya, menumpahkan air mata yang sejak kemarin aku tahan. Ada bahagia serta luka di hati ini. Bahagia karena sang suami me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status