Share

Maaf!

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-09 17:29:03
“Wafa, apa maksud kamu?” Memberanikan diri untuk bertanya.

“Kamu tanyakan saja sama suami kamu, biar dia yang menjelaskannya!” sahut wanita berparas cantik itu kemudian berlalu pergi meninggalkan kami.

Aku menatap wajah Mas Aidil, dan air muka laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi gugup.

Apa semua yang dikatakan Wafa itu benar?

“Mas, apa maksud perkataan Wafa tadi?” Bukannya tidak percaya, tetapi harus mengklarifikasi sama supaya tidak menimbulkan fitnah.

“Intan, Mas minta maaf!” Dia menangkup wajahku.

Kini mata pria yang sudah setahun memberiku kebahagiaan itu sudah di penuhi kaca-kaca, dan tidak lama kemudian air bening nan asin tersebut mulai mengalir membasahi pipinya.

Apa arti dari air mata itu. Benarkah Mas Aidil laki-laki yang sudah menodaiku seperti apa yang Wafa katakan?

“Mas, tolong jawab. Apa maksud dari ucapan Wafa. Apa benar , Mas, kamu yang sudah melakukannya?” Sekuat tenaga mencoba mengurai kata, menahan air mata yang hendak luruh ke pipi.

“Intan, Mas minta ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Muhammad Ramdani
up dong kak
goodnovel comment avatar
Yani
kok belum up lagi kk
goodnovel comment avatar
Muhammad Ramdani
lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita yang Kunodai    Diamnya Istriku

    Mas Aidil berlari mengambil alat pemadam api kemudian segera menyapukan isi APAR tersebut hingga api padam. Mengganggu kesenangan saja.“Nduk, istigfar Sayang.” Ibu mendekati lalu memeluk tubuh ini dan mengusap kepalaku.Aku hanya diam tanpa membalas pelukan wanita paruh baya itu, karena dia juga sudah membiarkan putranya membohongiku. Andai saja mereka jujur saat awal pertemuan, semuanya mungkin tidak terasa sakit seperti ini.“Minum dulu, Sayang!” Mas Aidil mengangsurkan segelas air putih. Aku menepis tangan suamiku hingga gelas yang ada di tangannya terlempar ke lantai dan pecah berantakan. Hancur berkeping-keping seperti perasaan ini.“Intan, kamu boleh marah sama aku. Tapi kamu jangan sakiti diri kamu sendiri, Intan. Aku tidak mau kamu terluka. Aku tidak mau melihat kamu seperti ini. Maaf, maafkan aku!” Dia berlutut, melingkarkan kedua tangannya di kaki.“Lepas, Mas. Tolong jangan sentuh aku lagi. Aku nggak mau!” Lirih aku berujar bagai angin yang berbisik di padang pasir.“Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • Wanita yang Kunodai    Surat Penangkapan

    Intan menggigit bibir bawah. Buliran-buliran kristal perlahan mulai lolos dari mata indahnya, membuat jejak di pipi yang memerah karena menahan tangis.“Ma–maaf, aku Cuma syok aja, Mas. Karena ternyata orang yang aku anggap pelindung justru dialah yang telah menghancurkan hidupku. Hatiku hancur, Mas. Tolong izinkan aku untuk menenangkan diri!” kata Intan sambil menangis tergugu.Aku menarik tubuh mungil istriku ke dalam pelukan. Kami menangis berdua di kamar, dan aku sungguh menyesal karena dulu lebih mementingkan ego dari pada logika. Aku telah termakan hasutan syaitan yang justru sekarang menghancurkan hidupku.“Maafkan aku, Sayang. Sekali lagi aku minta maaf. Jika aku harus menebus kesalahan dengan nyawa juga aku siap, tapi jangan hukum aku seperti ini. Aku nggak sanggup!”Intan hanya menggeleng. Ia mempererat pelukannya sambil terus menghapus air mata.“Jangan diamkan aku, kalau kamu marah pukul saja aku, Intan. Aku tidak akan marah kalau kamu memukuli aku!”Istriku itu masih saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Wanita yang Kunodai    Mencoba Menjelaskan

    Intan mengerjapkan mata kemudian duduk membaca doa setelah tidur.“Sudah subuh, ayo sholat berjamaah. Mumpung kita masih bersama!” Sekuat tenaga menahan air mata supaya tidak tumpah di hadapan istriku.Wanita berkulit putih itu segera turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi.Huek! Huek!Terdengar suara Intan kembali muntah-muntah di kamar mandi. Aku segera menghampirinya, memijat tengkuknya dan mengelap keringat yang mulai menitik di dahi perempuan yang teramat aku cintai tersebut.“Nanti siang kita ke rumah sakit ya, Tan?” ucapku sembari terus memijat leher bagian belakang istriku.“Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa, kok!” sahutnya pelan, hampir tidak terdengar.“Aku takut kamu kenapa-kenapa, Sayang. Soalnya sudah beberapa hari ini kamu sering muntah-muntah dan wajah kamu juga terlihat pucat sekali.”“Aku Cuma masuk angin doang, Mas. Aku nggak apa-apa!”“Tan, aku ingin kita kembali seperti dulu. Saling menyayangi dan melengkapi. Aku tidak mau kita terus-menerus seper

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Wanita yang Kunodai    Memberi Kesaksian

    Aku masih berdiri mematung di teras rumah sambil menghapus air mata yang berlomba-lomba jatuh dari pelupuk mataku. Jujur, walaupun aku marah dan kecewa sama Mas Aidil, tetapi aku tidak ingin dia dipenjara. Aku sangat mencintai dia dan sedang berusaha memaafkan kelakuan tidak bermoralnya itu.“Tan, Arkana nagis!” kata Ibu dengan intonasi sangat lembut, tetapi pendar di wajahnya terlihat berubah. Dia sepertinya ikut marah kepadaku.Aku masuk ke dalam, menyusui Arkana hingga putraku tertidur di pangkuan. Kutatap lekat-lekat wajah malaikat kecilku itu. Sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dua bulir air bening kembali lolos dari pelupukku. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti Mas Aidil harus ditahan dan aku akan berpisah dengan dia dalam waktu yang cukup lama. Membayangkannya saja diri ini sudah tidak sanggup, apalagi menjalaninya nanti.Aku menghela nafas panjang lalu meletakkan Arkana di atas kasur. Saat hendak keluar tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan berputar-putar. Pandanganku

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Wanita yang Kunodai    Senyum yang Dirindukan

    #Aidil.Aku masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin kendaraan roda empat itu dan mengemudikannya menuju rumah orang tuanya Lubna. Aku ingin mencari tahu alasan kenapa mereka bekerja sama dengan Radit untuk menjebloskanku ke dalam penjara."Assalamualaikum!" Tok! Tok! Tok!Aku mengetuk pintu pagar rumah mantan mertuaku. Tidak lama kemudian Ibu keluar dan langsung membukakan pintu untukku."Ada apa, Aidil?" tanya Ibu seraya menatapku bengis."Saya mau bicara sama Ibu. Mengenai laporan Radit dan kehadiran Ibu serta Wafa di kantor polisi. Apa Ibu kerja sama dengan dia?" Aku menatap menghunus ke arah wanita berusia lebih dari setengah abad itu."Kalau iya memangnya kenapa, ada masalah?" sambung Wafa yang tiba-tiba sudah muncul dari balik pintu."Apa kalian lupa, Radit itu salah satu orang yang telah memperkosa Lubna. Kalian bukannya mempermasalahkan dia karena cepat bebas dari penjara, malah bekerja sama dengan orang yang telah menghancurkan masa depan keluarga kalian!" Hardikku menahan emo

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Wanita yang Kunodai    Kabar dari mertua

    Suara tangis Arkana memecah keheningan serta membangunkanku dari lelapnya tidur. Karena kebiasaan burukku, setiap habis melaksanakan shalat wajib dua rakaat pasti kembali merebahkan bobot di atas tempat tidur.Gegas ku angkat tubuh malaikat kecilku yang kian bertambah montok dan terasa semakin berat. Intan benar-benar hebat. Dia kuat menggendong Arkana seharian, dan terkadang sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.Sementara aku, baru beberapa menit menggendong tubuh bayi berusia tiga bulan ini, lenganku sudah terasa ngilu."Sama Ayah dulu ya, Bunda mau macak!" Intan menghampiri kami yang sedang duduk di kursi tengah lalu mencium pipi gembil putra kami."Ayahnya nggak dicium, Bun!" ucapku menggoda."Ayahnya nanti malam!" jawab Intan sembari melenggang pergi meninggalkan aku dan Arkana.Entah mengapa kali ini aku merasa mual saat mencium wangi masakan Intan. 'Ada apa denganku, apa aku sakit?' Aku bergumam sendiri dalam hati. "Loh, Mas. Kamu kenapa?" Intan mengusap lembut pipiku seraya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Wanita yang Kunodai    Ending

    “Rumah itu milik Ibuku, Bu. Dan Lubna tidak mempunyai hak sama sekali. Lagian Lubna sudah nggak ada!” tekanku sambil menatap mata Ibu yang mulai memerah menahan emosi.“Kamu itu benar-benar jahat Aidil. Otak kamu sudah dipengaruhi oleh istri kamu yang jahat itu. Pokoknya Ibu mau tinggal di sana setelah Wafa keluar dari rumah sakit!!” Ibu meninggikan nada bicaranya.Aku menghela nafas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Aku tidak mungkin mengizinkan Keluarga mendiang istriku tinggal di rumah Ibu, sebab itu bisa mengusik kebahagiaanku dan juga Intan. Aku tidak mau mengorbankan kebahagiaan Keluargaku demi orang lain."Kenapa Ibu tidak tinggal di rumah Radit, Bu? Ibu lupa ya, kalau Ibu pernah memenjarakanku sebelum kejadian ini. Bahkan Ibu bersekongkol dengan Radit untuk menghancurkan kebahagiaanku. Sekarang giliran susah, kenapa Ibu minta tolong sama aku, bukan kepada Radit?""Karena kamu menantu Ibu!" sentaknya.Aku memasang wajah datar menatap wanita yang teramat aku hormati

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Wanita yang Kunodai    Mimpi Buruk

    Tiga orang pemuda tiba-tiba masuk ke kamar dan membekap mulutku lalu mengikatku di kursi, sedang istriku ditelanjangi dan digarap beramai-ramai oleh mereka. “Mas Aidil tolong aku!” teriak Lubna saat mereka mulai menjamah tubuhnya. Aku mencoba melepaskan diri dari ikatan yang melilit tubuh hendak menolong sang kekasih hati tapi tidak bisa. “Lepas! Lepaskan aku, Bajingan!” Lubna terus berusaha melawan, tetapi tenaganya tidak lebih kuat dari mereka bertiga. Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan Lubna dinodai oleh ketiga berandalan itu. Hatiku teramat pedih melihatnya, terlebih lagi dengan keadaanku yang tidak bisa melakukan apa-apa. Hampir semalaman aku menyaksikan pem*rkos*an itu hingga Lubna terlihat sudah tidak berdaya. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan nafasnya sudah tidak beraturan. Setelah puas menggagahi istri, mereka pergi begitu saja meninggalkan luka yang teramat dalam di hati, terlebih lagi di hati Lubna. Ia pasti sangat tersiksa dengan semua yang telah terjadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25

Bab terbaru

  • Wanita yang Kunodai    Ending

    “Rumah itu milik Ibuku, Bu. Dan Lubna tidak mempunyai hak sama sekali. Lagian Lubna sudah nggak ada!” tekanku sambil menatap mata Ibu yang mulai memerah menahan emosi.“Kamu itu benar-benar jahat Aidil. Otak kamu sudah dipengaruhi oleh istri kamu yang jahat itu. Pokoknya Ibu mau tinggal di sana setelah Wafa keluar dari rumah sakit!!” Ibu meninggikan nada bicaranya.Aku menghela nafas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Aku tidak mungkin mengizinkan Keluarga mendiang istriku tinggal di rumah Ibu, sebab itu bisa mengusik kebahagiaanku dan juga Intan. Aku tidak mau mengorbankan kebahagiaan Keluargaku demi orang lain."Kenapa Ibu tidak tinggal di rumah Radit, Bu? Ibu lupa ya, kalau Ibu pernah memenjarakanku sebelum kejadian ini. Bahkan Ibu bersekongkol dengan Radit untuk menghancurkan kebahagiaanku. Sekarang giliran susah, kenapa Ibu minta tolong sama aku, bukan kepada Radit?""Karena kamu menantu Ibu!" sentaknya.Aku memasang wajah datar menatap wanita yang teramat aku hormati

  • Wanita yang Kunodai    Kabar dari mertua

    Suara tangis Arkana memecah keheningan serta membangunkanku dari lelapnya tidur. Karena kebiasaan burukku, setiap habis melaksanakan shalat wajib dua rakaat pasti kembali merebahkan bobot di atas tempat tidur.Gegas ku angkat tubuh malaikat kecilku yang kian bertambah montok dan terasa semakin berat. Intan benar-benar hebat. Dia kuat menggendong Arkana seharian, dan terkadang sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.Sementara aku, baru beberapa menit menggendong tubuh bayi berusia tiga bulan ini, lenganku sudah terasa ngilu."Sama Ayah dulu ya, Bunda mau macak!" Intan menghampiri kami yang sedang duduk di kursi tengah lalu mencium pipi gembil putra kami."Ayahnya nggak dicium, Bun!" ucapku menggoda."Ayahnya nanti malam!" jawab Intan sembari melenggang pergi meninggalkan aku dan Arkana.Entah mengapa kali ini aku merasa mual saat mencium wangi masakan Intan. 'Ada apa denganku, apa aku sakit?' Aku bergumam sendiri dalam hati. "Loh, Mas. Kamu kenapa?" Intan mengusap lembut pipiku seraya

  • Wanita yang Kunodai    Senyum yang Dirindukan

    #Aidil.Aku masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin kendaraan roda empat itu dan mengemudikannya menuju rumah orang tuanya Lubna. Aku ingin mencari tahu alasan kenapa mereka bekerja sama dengan Radit untuk menjebloskanku ke dalam penjara."Assalamualaikum!" Tok! Tok! Tok!Aku mengetuk pintu pagar rumah mantan mertuaku. Tidak lama kemudian Ibu keluar dan langsung membukakan pintu untukku."Ada apa, Aidil?" tanya Ibu seraya menatapku bengis."Saya mau bicara sama Ibu. Mengenai laporan Radit dan kehadiran Ibu serta Wafa di kantor polisi. Apa Ibu kerja sama dengan dia?" Aku menatap menghunus ke arah wanita berusia lebih dari setengah abad itu."Kalau iya memangnya kenapa, ada masalah?" sambung Wafa yang tiba-tiba sudah muncul dari balik pintu."Apa kalian lupa, Radit itu salah satu orang yang telah memperkosa Lubna. Kalian bukannya mempermasalahkan dia karena cepat bebas dari penjara, malah bekerja sama dengan orang yang telah menghancurkan masa depan keluarga kalian!" Hardikku menahan emo

  • Wanita yang Kunodai    Memberi Kesaksian

    Aku masih berdiri mematung di teras rumah sambil menghapus air mata yang berlomba-lomba jatuh dari pelupuk mataku. Jujur, walaupun aku marah dan kecewa sama Mas Aidil, tetapi aku tidak ingin dia dipenjara. Aku sangat mencintai dia dan sedang berusaha memaafkan kelakuan tidak bermoralnya itu.“Tan, Arkana nagis!” kata Ibu dengan intonasi sangat lembut, tetapi pendar di wajahnya terlihat berubah. Dia sepertinya ikut marah kepadaku.Aku masuk ke dalam, menyusui Arkana hingga putraku tertidur di pangkuan. Kutatap lekat-lekat wajah malaikat kecilku itu. Sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dua bulir air bening kembali lolos dari pelupukku. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti Mas Aidil harus ditahan dan aku akan berpisah dengan dia dalam waktu yang cukup lama. Membayangkannya saja diri ini sudah tidak sanggup, apalagi menjalaninya nanti.Aku menghela nafas panjang lalu meletakkan Arkana di atas kasur. Saat hendak keluar tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan berputar-putar. Pandanganku

  • Wanita yang Kunodai    Mencoba Menjelaskan

    Intan mengerjapkan mata kemudian duduk membaca doa setelah tidur.“Sudah subuh, ayo sholat berjamaah. Mumpung kita masih bersama!” Sekuat tenaga menahan air mata supaya tidak tumpah di hadapan istriku.Wanita berkulit putih itu segera turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi.Huek! Huek!Terdengar suara Intan kembali muntah-muntah di kamar mandi. Aku segera menghampirinya, memijat tengkuknya dan mengelap keringat yang mulai menitik di dahi perempuan yang teramat aku cintai tersebut.“Nanti siang kita ke rumah sakit ya, Tan?” ucapku sembari terus memijat leher bagian belakang istriku.“Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa, kok!” sahutnya pelan, hampir tidak terdengar.“Aku takut kamu kenapa-kenapa, Sayang. Soalnya sudah beberapa hari ini kamu sering muntah-muntah dan wajah kamu juga terlihat pucat sekali.”“Aku Cuma masuk angin doang, Mas. Aku nggak apa-apa!”“Tan, aku ingin kita kembali seperti dulu. Saling menyayangi dan melengkapi. Aku tidak mau kita terus-menerus seper

  • Wanita yang Kunodai    Surat Penangkapan

    Intan menggigit bibir bawah. Buliran-buliran kristal perlahan mulai lolos dari mata indahnya, membuat jejak di pipi yang memerah karena menahan tangis.“Ma–maaf, aku Cuma syok aja, Mas. Karena ternyata orang yang aku anggap pelindung justru dialah yang telah menghancurkan hidupku. Hatiku hancur, Mas. Tolong izinkan aku untuk menenangkan diri!” kata Intan sambil menangis tergugu.Aku menarik tubuh mungil istriku ke dalam pelukan. Kami menangis berdua di kamar, dan aku sungguh menyesal karena dulu lebih mementingkan ego dari pada logika. Aku telah termakan hasutan syaitan yang justru sekarang menghancurkan hidupku.“Maafkan aku, Sayang. Sekali lagi aku minta maaf. Jika aku harus menebus kesalahan dengan nyawa juga aku siap, tapi jangan hukum aku seperti ini. Aku nggak sanggup!”Intan hanya menggeleng. Ia mempererat pelukannya sambil terus menghapus air mata.“Jangan diamkan aku, kalau kamu marah pukul saja aku, Intan. Aku tidak akan marah kalau kamu memukuli aku!”Istriku itu masih saja

  • Wanita yang Kunodai    Diamnya Istriku

    Mas Aidil berlari mengambil alat pemadam api kemudian segera menyapukan isi APAR tersebut hingga api padam. Mengganggu kesenangan saja.“Nduk, istigfar Sayang.” Ibu mendekati lalu memeluk tubuh ini dan mengusap kepalaku.Aku hanya diam tanpa membalas pelukan wanita paruh baya itu, karena dia juga sudah membiarkan putranya membohongiku. Andai saja mereka jujur saat awal pertemuan, semuanya mungkin tidak terasa sakit seperti ini.“Minum dulu, Sayang!” Mas Aidil mengangsurkan segelas air putih. Aku menepis tangan suamiku hingga gelas yang ada di tangannya terlempar ke lantai dan pecah berantakan. Hancur berkeping-keping seperti perasaan ini.“Intan, kamu boleh marah sama aku. Tapi kamu jangan sakiti diri kamu sendiri, Intan. Aku tidak mau kamu terluka. Aku tidak mau melihat kamu seperti ini. Maaf, maafkan aku!” Dia berlutut, melingkarkan kedua tangannya di kaki.“Lepas, Mas. Tolong jangan sentuh aku lagi. Aku nggak mau!” Lirih aku berujar bagai angin yang berbisik di padang pasir.“Aku

  • Wanita yang Kunodai    Maaf!

    “Wafa, apa maksud kamu?” Memberanikan diri untuk bertanya. “Kamu tanyakan saja sama suami kamu, biar dia yang menjelaskannya!” sahut wanita berparas cantik itu kemudian berlalu pergi meninggalkan kami. Aku menatap wajah Mas Aidil, dan air muka laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi gugup. Apa semua yang dikatakan Wafa itu benar? “Mas, apa maksud perkataan Wafa tadi?” Bukannya tidak percaya, tetapi harus mengklarifikasi sama supaya tidak menimbulkan fitnah. “Intan, Mas minta maaf!” Dia menangkup wajahku. Kini mata pria yang sudah setahun memberiku kebahagiaan itu sudah di penuhi kaca-kaca, dan tidak lama kemudian air bening nan asin tersebut mulai mengalir membasahi pipinya. Apa arti dari air mata itu. Benarkah Mas Aidil laki-laki yang sudah menodaiku seperti apa yang Wafa katakan? “Mas, tolong jawab. Apa maksud dari ucapan Wafa. Apa benar , Mas, kamu yang sudah melakukannya?” Sekuat tenaga mencoba mengurai kata, menahan air mata yang hendak luruh ke pipi. “Intan, Mas minta ma

  • Wanita yang Kunodai    Terkuaknya Sebuah Rahasia

    Matahari masih malu-malu menampakkan pendar jingganya. Aku membuka hordeng kamar, membiarkan cahaya surya masuk melalui celah-celah jendela.Alisku bertaut ketika melihat setangkai bunga mawar tergeletak di atas meja dengan selembar kertas di bawahnya. Kuambil bunga berduri itu kemudian membaca isi surat tersebut.‘Happy wedding anniversary, Sayang. Semoga Allah selalu menjaga cinta dan hati kamu untukku. Jangan berhenti mengajarkan aku tentang akhlaq serta keikhlasan. Aku sangat bersyukur karena memiliki pendamping hidup seperti kamu. Semoga kita berjodoh hingga ke jannah.Dari lelaki penuh dengan kekurangan yang selalu mencintaimu’Aku menitikkan air mata membaca isi notes tersebut.Tidak lama kemudian terdengar suara derit pintu yang terbuka. Aku menoleh melihat siapa yang masuk. Mas Aidil tersenyum sambil terus menatapku.“Mas, terima kasih!” Aku langsung memeluknya, menumpahkan air mata yang sejak kemarin aku tahan. Ada bahagia serta luka di hati ini. Bahagia karena sang suami me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status