"Sakit hati adalah fitrah manusia bila terluka. Tetapi, menjadi pendendam adalah pilihan."==============Lintang tak henti menciumi pipi sang putri. Tiga bulan tidak bertemu membuat kerinduannya menggunung. Gayatri pun seolah mengerti perasaan sang bunda. Bocah itu bergelayut manja di dada Lintang. Tak henti berceloteh, meski tidak jelas apa yang dia katakan. "Dia sangat merindukanmu."Suara Handoko menginterupsi kemesraan ibu dan anak tersebut. Lintang acuh, dia sama sekali tidak berminat menanggapi ucapan mantan mertuanya tersebut. Hatinya masih berdenyut sakit mengingat apa yang telah dilihatnya di restoran dua minggu yang lalu."Lintang, Papa minta maaf. Papa tidak bermaksud memisahkanmu dengan Gayatri. Semua Papa lakukan agar masa depan Gayatri tidak terombang-ambing."Lintang mendengkus, menoleh ke arah pria itu. "Apa Papa pikir tindakan itu bijak? Papa misahin aku dari Gayatri, tekan Buk Rima agar mengusir aku dari sana. Papa sengaja bikin aku jadi gembel agar ngga bisa ngamb
"Jika ada masa depan, untuk apa kembali berputar arah menjemput masa lalu. Teruslah melangkah, jangan lupakan dia karena masa lalu adalah guru terbaik di dunia."============Suasana ruangan sidang tidak terlalu ramai. Hanya beberapa orang saja yang diperkenankan hadir. Tentu saja, sidang perceraian bukan sidang yang diperuntukan untuk umum. Akan banyak fakta tersingkap dipersidangan. Masing-masing pihak yang bertikai akan saling tuding tentang siapa yang bersalah. Akan tetapi, bukti dan saksilah yang akan berbicara. Pun Lintang. Dia menyerahkan semuanya kepada Satya. Pria itu yang mewakilinya dalam menjawab pertanyaan hakim, walau kadang ada pertanyaan yang mesti dia jawab sendiri. Arsen pun tak banyak bicara, sepertinya pria itu tahu jika posisinya lemah.Tidak banyak pertanyaan hakim. Satya memberikan bukti-bukti perselingkuhan Arsen yang didapat dari Diana. Gadis itu berhasil mengambil rekaman CCTV beberapa bulan lalu, yang terpasang di lantai tiga percetakan. Selama persidangan
"Jika hatimu menyimpan dosa, maka ucapkanlah maaf. Meski tak akan menghapus dosa, setidaknya menenangkan hatimu."============="Sudah lama?"Lintang menoleh ke arah suara. Terlihat Anita mengulas senyum tipis di bibirnya yang sedikit pucat. Mata Lintang menelusuri penampilan wanita itu dari atas hingga ke kaki. Mengenakan gaun terusan selutut berwarna putih dan dilapisi cardigan coklat tua membuat perutnya terlihat jelas."Tidak juga," jawab Lintang seraya mengalihkan pandangan ke depan.Anita mengambil tempat duduk di sebelah Lintang. Sejenak keduanya hening. Hanya debur ombak yang menghantam karang terdengar memecah kecanggungan di antara mereka. Lintang tak berminat membuka suara. Dia menunggu apalagi yang diinginkan wanita di sebelahnya saat ini."Maaf, aku menyesal ...""Untuk?"Anita menunduk, tangannya memilin ujung cardigannya. Lidah wanita itu terasa kelu untuk berkata-kata. Penyesalan yang amat besar membuatnya dihantui rasa bersalah."Untuk segalanya. Aku ... minta maaf at
"Oh, bahagia ... mengapa engkau enggan menetap di hatiku. Apa memang tiada kata itu tertulis di buku nasibku?"===============Lintang menatap panti asuhan yang kini dalam tahap perbaikan. Handoko membiayai semua pembangunan fasilitas di sana. Pria paruh baya itu kembali menggelontorkan dana agar panti tempat Lintang dibesarkan kembali beraktifitas seperti biasa. Setelah beberapa bulan yang lalu mereka semua harus mengalami dampak dari perseteruannya dengan Arsen dan Handoko. Keceriaan tampak melekat di wajah anak-anak itu, apalagi melihat Gayatri tertawa di tengah-tengah mereka. Bocah satu tahun itu seolah menemukan teman baru selain boneka dan mainan yang selalu dibelikan Satya.Mengingat pria itu membuat senyum terukir di wajah Lintang. Semakin hari hubungan mereka semakin baik. Perlahan, tetapi pasti benih-benih cinta mulai tumbuh subur di dada wanita itu. Kesabaran Satya dalam menunjukkan cintanya membuat Lintang yakin jika perasaan mereka bukanlah semu. Bahkan Gayatri lebih cend
"Jika namamu dan namaku dituliskan bersanding, maka tak ada siapa pun yang bisa memisahkan kita. Pintalah pada-Nya, rayu Rabb agar menakdirkan kita menua bersama."===============Lintang membiarkan angin malam membelai tubuhnya, sambil memeluk lutut erat ke dada. Jejak air mata masih terlihat jelas di pipinya. Pandangannya jauh ke depan, sementara pikirnya berkelindan di dalam kepala. Kenyataan yang terpampang tadi malam membuat Lintang harus berpikir puluhan kali melanjutkan hubungannya dengan Satya. Awalnya dia mulai yakin dengan perasaannya pada pria itu, bahkan tidak dipungkiri cinta mulai tertanam untuk Satya. Tetapi kini keraguan mulai meyelimuti hatinya. Meski pria itu sekuat tenaga membantah, Lintang menulikan telinga. Hatinya terlalu sakit mendapati alasan pria itu mendekatinya. Lintang menekan dadanya yang kembali berdenyut nyeri. Lagi- lagi dia harus merelakan hatinya terluka lagi. Ngilu itu kembali hadir, menyulut panas di matanya hingga airnya kembali tergenang di kelo
"Doa laksana anak panah yang dilepaskan ke langit, meski kadang tak tepat sasaran, tetapi dia akan selalu kembali ke bumi membawa harapan. Tak ada doa yang sia-sia. Tuhan tahu apa yang terbaik untukmu. Dia akan berikan di saat kamu membutuhkannya."==============="Ini hakmu, Dek. Ambillah." Arsen meletakkan sebuah buku tabungan ke atas meja."Aku ngga butuh ini."Arsen membelai rambut Gayatri yang tertidur di pangkuannya. Batita itu terlihat sangat lelah setelah bermain seharian dengannya. Arsen meminta Lintang untuk membawa putri mereka ke sebuah taman kota. Di sana ketiganya menghabiskan hari dengan bermain dan menyenangkan hati Gayatri. Lagi-lagi ada perih yang menggores hati Lintang. Andai semua prahara itu tidak pernah terjadi, tentu saat ini mereka adalah keluarga yang sempurna. Namun, Lintang mencoba untuk ikhlas, meyakinkan jika semua yang terjadi atas ijin Dia. Berprasangka baik dan tidak lagi berandai-andai tentang masa lalu yang pada akhirnya kembali menggores luka baru. W
Namaku Arsen. Aku tidak pernah mengira pernikahanku berada di ujung tanduk. Kesalahan yang kulakukan tak akan mungkin termaafkan. Setahun lamanya bermain curang di belakang Lintang, membuatku harus menuai hasil. Ditinggalkan oleh wanita yang kucintai.Perkenalanku dengan Lintang sangat unik. Entah takdir atau memang kebetulan. Ah, aku tidak percaya sebuah kebetulan. Apa pun yang terjadi di semesta pasti sudah diatur oleh yang kuasa. Dia wanita yang sangat baik dan sangat peka. Bayangkan saja, dia mengerti isyaratku meminta tolong. Saat itu aku berencara mengantar Papa ke bandara untuk perjalanan bisnis. Sejak dari rumah sudah terlihat tanda-tanda yang tidak baik. Wajah lelaki yang berjasa menghadirkanku ke dunia, tampak pucat. Tubuhnya juga terlihat gemetar. Saat kutanya, Papa menjawab baik-baik saja. Aku sudah melarang dan menawarkan diri untuk mengganti tugas Papa. Akan tetapi, beliau menolak. Baru beberapa kilo perjalanan, Papa mendapat telepon dari seseorang. Entah apa yang dikat
Aku menatap perut Anita yang semakin membuncit. Wanita itu tertidur sangat pulas di atas sofa. Sepertinya dia kelelahan menunggu aku pulang. Aku melewati Anita begitu saja. Tidak sedikit pun menoleh padanya. Entahlah, aku tidak tahu ke mana hilangnya gairah yang menggebu-gebu dulu. Kini semua terasa hampa dan hambar. Bahkan, aku sampai bertanya-tanya pada diri sendiri apa yang membuat aku dulu begitu tergila-gila pada Anita. Wajah wanita itu tidak cantik, tubuhnya juga tidak terlalu tinggi. Tidak seperti Lintang yang ideal dan profesional. Benar apa yang dikatakan ustad-ustad melalui ceramah di televisi dan media sosial. Jika sesuatu yang haram akan terlihat sangat indah, karena sudah dihiasi oleh setan. Baik mata dan juga hati dibutakan dari yang halal, sehingga menjadi sangat senang melakukan perbuatan haram itu terus-menerus. Namun, bila telah menikah dan menjadikan semua hubungan itu halal, maka akan terlihat semua keburukan di mata kita. Kenapa bisa seperti itu? Karena setan ya
Pekarangan rumah yang ditumbuhi pepohonan pinus terlihat rindang. Suara gemericik air yang jatuh ke dalam kolam membuat pendengaran menjadi tenang. Di bawah canopy berwarna biru, di bagian kiri disusun banyak tanaman hias beraneka ragam. Mulai dari mawar, anggrek, kaktus, dan sebangsa daun keladi, lengkap dengan jenis dan warna masing-masing. Seorang wanita yang rambut hitamnya sudah disela uban, terlihat mengamati anak-anak kecil berlarian di pekarangan yang sangat sejuk tadi. Dia beberapa kali ikut tertawa melihat tingkah lucu mereka. Wanita itu adalah Lintang. Setelah bertahun-tahun mengalami cobaan, kemudian menikah dengan Satya, tidak serta-merta membuat hidup Lintang dihujani kebahagiaan. Begitu banyak masalah yang menghadang. Akan tetapi, keduanya bisa melewati kerikil-kerikil tajam dengan berbekal kepercayaan dan cinta yang besar. Saling percaya dan menghormati menjadi kunci keharmonisan rumah tangga mereka. Lintang lagi-lagi tersenyum kecil melihat keriuhan yang tercipta da
"Siapa yang bisa menentang jalan takdir. Bila Dia telah berkehendak, langit dan bumi pun tak akan sanggup menghalangi."==============Lintang meraba dadanya yang kini berdentum-dentum, ada haru yang menyelimuti hatinya. Menatap pantulan diri di dalam cermin, ada seraut wajah yang kini sedang tersenyum bahagia dengan riasan wajah sederhana. Wajah yang dulu kuyu dan menyimpan banyak luka di matanya, kini bersinar bak mentari pagi. Setelah bertahun berlalu, bahagia itu datang menghampiri. Tidak dengan memaksa, tetapi hanya merayu Yang Maha Kuasa dengan doa dan pengabdian tinggi."Ayo, Lintang semua sudah menunggu."Bunda Dewi menghampiri Lintang. Dia membingkai wajah wanita itu dengan kedua telapak tangannya. Senyum tulus dia ukir di wajahnya yang telah menua."Bunda berdoa semoga kebahagiaan ini tak pernah lekang dari hidupmu."Lintang mengangguk pelan, memeluk wanita yang telah berjasa membimbing menjemput hijrahnya. Setetes air mata jatuh tergelincir di pipinya. Tak ada kata yang bis
Kamu BagikuBertemu denganmu tak pernah kukira. Memilikimu adalah ingin, jatuh cinta padamu di luar nalar, dan menyandingmu bukan kemampuanku.Engkau laksana cahaya yang kutitipkan pada mentari pagi, hangat, dan menyulut semangat dalam diri. Engkau juga seperti senjakala, membias indah di cakrawala. Cahayamu indah menggugah rahsa, lesapkan gundah di dalam sukma.Hadirmu memberi terang sekaligus tenang. Engkau adalah puncak segala keindahan. Cinta ini begitu megah dan tertanam kokoh di dalam dada. Begitu besar inginku milikimu. Tak jemu merayu Sang Pemilik Cinta di sepertiga malam, agar sedia menyandingkan nama kita di lauh mahfuz. Bermimpi merenda cinta penuh makna, saling menggenggam hingga usia menua.Janjiku padamu duhai sang pemilik rahsa. Andai Tuhan takdirkan kita menempuh perjalanan bersama, kujaga setia sampai nadi, lalu memupuk cinta membiarkannya menyemak belukar. Hati ini akan selalu berdebar karenamu, hingga jantungku berhenti berdetak.Setiap helaan napasku akan selalu me
Lintang tertawa melihat Gayatri sibuk menangkap kupu-kupu dengan jaring kecil yang terbuat dari potongan jala yang dijepit dengan bambu tipis dan dibuat menyerupai bentuk kerucut. Tawa batita itu berderai-derai ketika kupu-kupu tersebut beterbangan ketika dihampiri. Udara di seputaran komplek olah raga terasa sangat sejuk. Apalagi di kala sore hari. Banyaknya pepohonan besar yang tumbuh berjajar membuat udara terasa sangat rindang. Lintang memperhatikan sekeliling, banyak orang berlalu lalang. Entah hanya untuk menghabiskan sore atau memang sekadar berolah raga. Ada juga yang memang sengaja datang untuk berburu aneka macam kuliner kekinian yang dijual berjejer sepanjang jalan.Pun Lintang. Sejak memutuskan untuk menjauh dari Satya dan masa lalunya yang menyakitkan, wanita itu memilih kota Padang sebagai tempatnya menenangkan diri. Sebuah kota yang terletak di pesisir pantai, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat. Sengaja Lintang memilih kota tersebut, selain penduduknya yan
Tangan Anita mengerat memegang pulpen yang diberikan Handoko. Matanya nanar membaca surat perjanjian di atas meja. Hari ini dia diperbolehkan pulang. Sayangnya, tanpa membawa apa pun. Tidak buah hati yang tidak pernah disusui atau lelaki yang dia cintai. Semua kembali ke awal. Dia masuk seorang diri, kini keluar pun sebagai fakir."Tunggu apalagi? Makin lama kau menahan, semakin lama pula putramu mendapat penanganan."Suara Handoko menggedor pertahanan Anita yang memang sudah rapuh. Ketegaran yang dia bangun dan terlihat kokoh, sebenarnya sudah keropos sejak awal. Dia saja yang keras kepala bertahan untuk sesuatu yang semu. Kini, keyakinan yang telah disematkan sejak semalam, perlahan melonggar. Bayang-bayang kerinduan kepada putranya kelak, kembali menggoyahkan teguh Anita. "Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu tanda-tanganmu saja." Handoko bangkit dari kursi dan merapikan jasnya. "Jika kau mundur, aku akan minta perawat melepas alat penunjang hidup anakmu""Jangan! Saya moho
Anita terenyuh melihat bayinya yang berada di dalam kotak inkubator. Bayi lelaki yang dia kandung selama sembilam bulan terlihat sangat kecil, lemah, dan tidak berdaya. Bahkan, wanita itu takut untuk menyentuhnya saja. Seolah-olah sentuhannya bisa menyakiti bayi tersebut. Anita membekap mulutnya untuk meredam tangis yang pecah sejak masuk ke ruangan NICU. Ada yang berdentang hebat di dada, menyakiti dan membuat ngilu ke sekujur tubuhnya. Anita lemah, dia tidak berdaya melihat buah hatinya tergeletak hanya memakai popok dengan wajah membiru."Bagaimana anak saya, sus?" tanya Anita melihat seorang perawat mendekatinya."Untuk saat ini menunggu keadaannya stabil. Harus segera dilakukan operasi, karena katup jantungnya bocor.""Berapa biaya operasinya?" tanya Anita lagi dengan lirih."Sekitar seratus juta, Buk. Itupun resikonya sangat besar. Setelah operasi harus dilakukan perawatan berkala."Mendengar penjelasan perawat tersebut tubuh Anita seketika lunglai. Tenaganya benar-benar tersed
Handoko terdiam, seraya menatap lurus ke depan setelah mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Anita telah bangun dari koma. Setelah hampir dua minggu wanita tersebut tidak sadarkan diri, akhirnya dia membuka mata. Ternyata Tuhan tidak akan mengabulkan doa buruk meskipun itu untuk kebaikan. Handoko menganjur nafas panjang dan dalam. Sepertinya dia terpaksa harus bertemu Anita sekali lagi, meski sebenarnya tidak ingin. Melihat wanita itu dia sama sekali tidak respect. Sampai detik ini Handoko masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rumah tangga anak dan menantunya telah hancur. Sama seperti Arsen, dia pun menyalahkan Anita sebagai biang keladi dari semua malapetaka itu.Handoko kembali mengalihkan pandangan pada putranya yang sedang duduk di ruang terapis. Baru satu minggu ini lelaki itu mencarikan putranya seorang psikiater karena perubahan psikis Arsen. Sejak bercerai Arsen seperti kehilangan jati dirinya. Dia tidak bersemangat dalam hal apa pun. Ditambah lagi
Anita merasakan pekat menyelimutinya. Bahkan, dia tidak bisa melihat ujung-ujung jemarinya sendiri. Perlahan-lahan dia mulai merasakan sesak, seolah-olah tempat dia berdiri, bergerak semakin menyempit. Anita panik, dia berusaha berjalan, tetapi tidak tahu apakah maju atau mundur karena semua terlihat sama. Wanita itu mulai panik. Dia terduduk dan mulai menangis. Semakin lama tangis Anita semakin kencang. Dia berteriak hendak mengeluarkan sesak di dada. Namun, suaranya seolah-olah tenggelam.Anita semakin panik saat mulai kepayahan menghela napas. Dia merangkak, tetapi buta pada arah. Tiba-tiba saja dari arah sebelah kiri, Seberkas cahaya hadir dan terlihat seperti bintang yang berkelap-kelip di atas langit malam. Wanita itu tersenyum lega dia mulai menumbuhkan sedikitharapan. Dia segera bangkit, lalu bergegas berjalan ke arah sumber cahaya yang terlihat dekat. Langkah Anita semakin cepat, dia bersemangat berlari karena cahaya semakin benderang. Namun, anehnya semakin dikejar jarak se
Tubuh Kinanti yang jatuh dari lantai tiga, tepat mengenai meja bartender membuat pengunjung yang berada di sekitar meja berteriak histeris. DJ segera menghentikan musiknya ketika melihat tubuh bos mereka bersimbah darah. Kinanti menggelepar sesaat, lalu diam. Para petugas keamanan segera berlari ke atas untuk mengamankan Arsen dan Anita, setelah orang-orang yang berada di lantai tiga menunjuk mereka sebagai biang keributan. Anita yang shock menurut ketika seorang lelaki berbadan tegap memegang lengannya dan membawa masuk ke dalam ruang kerja Kinanti. Namun, Arsen malah melawan. Dia mengatakan jatuhnya Kinanti murni kecelakaan. Akan tetapi, para petugas keamanan tetap mengamankan si lelaki.Tidak berapa lama mobil ambulan dan polisi datang ke lokasi. Setelah mengambil dokumentasi, petugas medisk segera mengevakuasi tubuh Kinanti masuk ke dalam ambulan. Para pengunjung berdengung berebut ingin melihat sosok pemilik diskotik yang tidak berdaya. Tidak hanya itu, beberapa pemburu berita j