Share

Tuduhan Arik

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2023-01-21 22:07:35

Terima kasih, ya, atas tempatnya. Maaf kalau mengganggu. Aku mau duluan soalnya mau shalat sebelum kerja. Kak Arik jangan lupa untuk menjalankan kewajiban seorang hamba. Jangan malas untuk menyembah Allah meski berbuat maksiat. Perlu diperiksa perbuatan dan kelakuannya kalau sudah malas beribadah. Siapa tahu maksiat sudah terlalu banyak yang dikerjakan." Haya berdiri dari posisi duduknya, kemudian melangkahkan kaki ke mushola pabrik. Diikuti oleh Kartika.

Arik tak lagi bisa berbuat apa-apa selain memandangi punggung istrinya. Arini pun sama.

"Bang, sebenarnya dia siapa?" Akhirnya Arini memberanikan diri bertanya.

"Dialah istriku. Hayana Prameswari."

"Serius, Bang?"

"Seratus rius."

"Punya mental juga dia, Bang. Dia terlihat tegar begitu. Seperti tak ada kecewa dari sorot matanya. Abang tahu dia bekerja di sini?"

"Hayana memang tipe wanita tangguh. Dia selalu pandai menyimpan kekecewaannya. Dia terlihat tegar. Aku pun baru tahu dia bekerja di sini sebagai QA."

"Mustahil seorang istri b
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita yang Kau Sakiti    Arik Menyusun Rencana

    Sebenarnya tanpa menoleh ke arah sumber suara, Hayana dan Arman pun tahu siapa pemilik suara bariton tersebut. Namun, mereka penasaran saja wujud manusia itu ada di mana. Kini mereka sudah saling berhadapan.Arik berjalan dari belakang mereka. Baru ke luar dari salah satu kamar kost yang kosong. Sudah hampir satu jam lelaki yang masih berstatus suami Hayana itu menunggu istrinya pulang. Pria itu punya tujuan hingga rela menunggu lama.Arik memperhatikan tampilan istrinya yang terlihat menawan dengan balutan gamis brokat. Mata lelaki itu tak berkedip menatap istrinya. Hati kecil mengakui Hayana tampil cantik malam ini. Namun, egonya mengalahkan rasa itu."Ini alasan kamu tidak mau pulang? Biar bisa kelayapan sesuka hati dengan pria lain?" sindir Arik di depan kamar istrinya. Mereka semua berdiri di depan pintu kamar."Jaga mulutmu! Kalau tidak tahu jangan menuduh! Aku tidak serendah yang kamu pikirkan!" tegas Hayana. "mendingan kamu pergi dari sini! Jangan bikin gaduh di tempat orang!

    Last Updated : 2023-01-21
  • Wanita yang Kau Sakiti    POV Arik

    POV ArikNamaku Arik Permana. Wajahku tampan, anak laki-laki satu-satunya di keluargaku. Kakak-kakak perempuan.Dari awal ibuku menginginkan menantu yang cantik, dari keluarga yang terpandang. Namun, aku malah menikah dengan gadis yang tidak masuk hitungan Ibu. Saat itu ibu marah besar karena Haya tak sesuai keinginannya. Namun, aku berhasil menyakinkan Ibu. Aku katakan bahwa Haya memang tidak cantik, tapi royal memberikan uang. Itu terbukti sebagai menantu Haya tak pernah absen memberikan uang setiap bulan pada ibuku Kelemahan ibu adalah uang. Aku rasa wajar, karena pada dasarnya wanita manapun akan tunduk dengan uang.Hayana itu istri yang baik, setia, tidak boros meski punya penghasilan sendiri, pandai mengurus aku. Dulu dia sungguh berarti dalam hidupku. Lima tahun pernikahan kami belum juga hadir janin dari perut istriku.Kami pun sudah periksa ke dokter. Tim medis pun mengatakan bahwa kondisi kami berdua sehat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kami hanya butuh bersabar.Tig

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita yang Kau Sakiti    Jebakan Hayana

    Arik menemui Hayana pada saat jam makan siang. Tanpa rasa malu lelaki itu dengan lugas mengatakan akan meminta motor yang di bawa Hayana."Say, kamu serius mau memberikan motor itu?" tanya Kartika serius. Wanita itu tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya.Hayana malah mengulum senyum, seolah memberikan teka-teki untuk sahabatnya. Kartika mengernyitkan dahi. Wanita bergigi gingsul itu tahu teman karibnya sedang butuh penjelasan."Ya enggak lah, Say. Aku hanya mengucapkan kalau mau motor datanglah ke kosan. Bukan berarti ambil dan aku akan memberikan motor itu setelah Arik sampai kosan," terang Hayana."Tapi bagaimana kalau Arik salah menafsirkan? Pasti dia berpikir bahwa kamu menyuruhnya mengambil motor di kosan." Kartika khawatir temannya terjebak oleh ucapannya sendiri."Percayalah aku bisa mengatasi itu. Yuk, kita masuk! Sebentar lagi bel berbunyi," ajak Haya sambil menarik tangan Kartika yang masih duduk di depan mushola, setelah memasang tali sepatu. Mereka berjalan beriringan me

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita yang Kau Sakiti    Sakit Apa?

    Arik tersenyum saat mendapatkan kontak motor yang diincar itu. Pria itu membalikkan badannya sambil menatap istrinya yang masih duduk di atas karpet. "Ini sudah di tanganku." Arik memainkan kunci tersebut sambil tersenyum tersenyum sinis. Seolah menganggap Hayana itu bodoh. Wanita itu membalas senyuman suaminya. "Berani membawa motor itu habis kamu, Mas!" ancam wanita itu dengan tatapan menghunjam."Ngomong doang. Buktikan!" tantang Arik. Pria itu pun membalas tatapan itu. Masih memasang senyum meremehkan."Mau bukti! Silakan dicoba! Aku akan teriak maling dan kamu pasti akan dihajar massa!""Wanita gelo! Aku ini suami kamu. Mana ada orang percaya ucapanmu!" elak Arik. "Suami di atas kertas! Membawa motor itu berarti pencuri! Kalau mau tahu rasanya digebukin orang, silakan dibuktikan! Cuman, jangan salahkan aku kalau kamu pulang dengan wajah babak belur!" tegas Hayana tegas. "Tapi tetap masih sah menjadi suamimu! Orang tidak akan ada yang berani ikut campur, kalau sudah menyangkut

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita yang Kau Sakiti    Arik Marah Besar

    Haya menyebutkan gejala sakitnya. Wanita di hadapannya tersenyum ketika mendengar keluhan pasien. Wanita yang bernama Aan Kurniasih itu memeriksa tekanan darah. "Kira-kira saya kenapa, ya, Bu?" tanya Haya pada bidan yang memeriksanya. Perempuan yang mengenakan overall hitam itu sedang ada di ruang periksa, di klinik bersalin. Tak jauh dari tempat tinggalnya saat ini. "Kita tes urin dulu, ya, Mbak! Untuk memastikan. Ini nanti tolong dicelupkan ke dalam air seni yang ditampung! Di kamar mandi sudah disediakan wadah kecil, untuk menyimpan air seni." Bu bidan memberikan alat tes kehamilan.Hayana pun masuk ke kamar mandi yang terletak di samping ruang periksa itu, mengikuti arahan Bu bidan. Degup jantungnya jadi tak beraturan. Berbagai pertanyaan terlintas dalam kepalanya. Mungkinkah dirinya hamil? Haya masih berdiri di kamar mandi beberapa saat sambil memejamkan mata. Ini bukan pertama kalinya dia menggunakan test pack. Kali ini pun ada keraguan yang menyergap. Pelan, Hanya membuka

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita yang Kau Sakiti    Tamparan Keras Haya

    Tamparan Keras Haya "Hamil? Haya hamil?" Arik memastikan bahwa pendengarannya tidak salah."Iya. Aku hamil. Aku wanita sempurna. perempuan subur! Nggak mandul seperti tuduhan keluargamu!" sengit Haya."Baguslah kalau begitu. Selamat sebentar lagi menjadi seorang ibu. Namun, ada satu hal yang mengganjal di benakku. Aku tidak tahu pasti, siapa bapak dari anak itu?" ucap pria itu dengan nada menghina. Senyumnya menjatuhkan.Plak! Satu tangan Haya berhasil mendarat di pipi lelaki itu. Kartika menutup mulutnya, terperangah saat melihat sahabatnya menampar Arik di depannya."Tamparan ini untuk pria tak punya hati nurani dan akal sehat!" Haya meradang. Tatapannya menghujam. Arik mengusap pipinya yang merah akibat tamparan Haya.Perempuan itu yakin, bahwa suaminya merasakan sakit di bagian pipinya. Tangan Haya pun merasakan panas. Wanita itu seketika mati rasa oleh pria yang ada di hadapnya itu."Jaga bicaramu. Ini anakmu! Darah dagingmu! Aku tidak pernah disentuh oleh lelaki mana pun, kecu

    Last Updated : 2023-01-28
  • Wanita yang Kau Sakiti    Kejamnya Fitnah Mertua

    Arik menatap kedua orang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu sempat melangkahkan kaki untuk menghampiri mereka. Namun, dia segera menghentikan langkah kakinya. Arik tak ingin gegabah dalam bertindak, dia tak ingin kembali mempermalukan dirinya sendiri. Pria berkemeja polos itu menarik napas dalam-dalam.Saat ini mereka sedang ada di outlet pakain muslim terbesar di Indonesia. Arik merasa sakit hati melihat Haya berbelanja baju-baju bagus nan mahal. Pria itu yakin uang yang digunakan belanja oleh istrinya adalah hasil dari menjual sapi. Lelaki itu lupa, kalau uang sapi itu memang milik Haya sesuai dengan perjanjian pranikah mereka.Arik pun melanjutkan memilih kerudung untuk hadiah ibunya. Dia pun berbelanja menggunakan uang pemberian dari Hayana. Sisa uang yang diberikan pada Arini. "Tik. Kamu pilih satu, gih! Nanti aku yang akan membayar.""Ah, yang bener! Terima kasih kalau begitu. Tapi ini nggak hutang kan?" Tika tampak berbinar mendapatkan tawaran seperti itu. Senyum

    Last Updated : 2023-01-28
  • Wanita yang Kau Sakiti    POV Hayana

    Aku menetap di Pulau ini jauh sebelum menikah. Suamiku adalah orang dari Jawa Barat. Kami bertemu di pabrik Kaenong. Berawal dari latar belakang yang berbeda, membuat ibunya Arik tak begitu suka padaku. Bu Sastra menganggap aku tak layak untuk anaknya. Baginya yang pantas mendampingi anaknya, yang rupawan adalah wanita cantik. Sementara aku hanya wanita berwajah pas-pasan. Namun, wanita yang telah melahirkan suamiku itu bisa berubah menjadi baik ketika sedang butuh sesuatu padaku.Ibunya memang tidak menyukai aku, tapi tidak dengan anaknya. Pria yang bergelar suami itu sangat menerima aku apa adanya. Dulu rumah tanggaku sangat harmonis, walaupun punya mertua yang sedikit menyebalkan. Namun, itu semua tak kuhiraukan, karena memang kami tak tinggal dalam satu atap. Aku tinggal di kosan yang dekat dengan tempat kerja. Kami hanya berkunjung satu bulan sekali setiap habis gajian.Kami sengaja berkunjung sebulan sekali Karena untuk menjaga kewarasan batinku. Sering-sering bertemu ibu mert

    Last Updated : 2023-01-28

Latest chapter

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ending

    "Diana. Tolong cari ke dalam atau belakang!" Hai ... lancang sekali manusia satu itu. "Anda siapa? Berani menggeledah rumah orang? Mau saya laporkan polisi?" Diana tidak mengindahkan ancaman suamiku. Begitu pun dengan Bu Sastra yang terlihat meremehkan Mas Bas.Aku tersenyum kecil saat melihat Diana hendak berjalan ke arah dalam. Kamu jual aku borong! Lihat apa yang akan aku lakukan"Diana. Bukankah kamu itu seorang guru?" tanyaku sinis. Sengaja untuk memancingnya. Setidaknya aku berusaha menggagalkan rencananya untuk masuk kedalam belakang.Diana menghentikan langkahnya. Menatap aku dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada."Iya, aku seorang pendidik. Makanya percayakan anakmu padaku. Jangankan mendidik anak tiri, mendidik anak orang saja aku tidak keberatan," jawabnya dengan pongah. Jelas sanggup karena waktumu bersama mereka tidak banyak, belum lagi kamu itu dibayar. Kerja!Aku tersenyum kecil mendengarnya. Begitu pun dengan mas Bas."Benar itu, Haya. Govind lebih pantas di

  • Wanita yang Kau Sakiti    Kedatangan Arik

    "Bukankah itu Arik, Sayang? Dia tahu rumah kita dari mana?" tanya suamiku sambil menunggu gerbang dibuka oleh mbok Tum. "Aku juga tidak tahu, Mas." "Sejak kapan berdiri di situ?" gumam mas Bas. Aku mengangkat bahu. Siapa orang yang telah membocorkan alamat kami pada Arik? "Haya. Apa kabar?" sapa Arik setelah kami turun dari mobil. "Seperti yang kamu lihat. Tidak hanya baik, sekarang aku sangat-sangat bahagia." Sengaja aku tekankan kata bahagia. Memang, kenyataan sekarang aku bahagia setelah melewati masa-masa sulit dalam pernikahan kedua ini. Limpahan kasih sayang dan cinta dari suami membuatku hari-hari lebih indah. "Ternyata anak kita sudah besar, ya. Boleh aku menggendongnya?" Arik sudah mengulurkan tangannya hendak menggendong. Namun, aku mengabaikannya. Memangnya dia siapa?"Percaya diri sekali kamu! Memangnya kamu punya anak? Ini anakku dengan Mas Baskoro. Bukankah kamu tidak mempunyai anak denganku?" tukasku, lantang. Seandainya saja waktu itu mulutnya tidak mengeluarka

  • Wanita yang Kau Sakiti    Pemecatan Arini

    Mas Baskoro tak melepaskan pandangannya ke Arini. Apa yang ada dalam pikiran suamiku?"Aduh. Tolong aku, Pak. Mbak Haya tiba-tiba melemparkan gelas ke arahku?" Arini memasang muka sedih. "Kenapa kamu tega melakukan semua ini, Mbak?"Rabb. Tolong lindungi hamba dari fitnah Arini. "Kamu kenapa, Rin?" tanya Mas Bas dengan wajah datar. Tidak terpancing sama sekali dengan kelakuan Arini."Pak, tolong. Aku takut. Mbak Haya pasti ingin mencelakai anak kita." "Anak kita?" tanyaku dan suami secara bersamaan.Arini mengangguk wajahnya terlihat puas."Aku lupa belum memberitahumu, Mbak, Pak." Arini segera membuka tas dan mengambil tes pack."Lihat! Inilah alasan aku ingin menjadi madumu, Mbak. Suamimu telah menodai aku ketika menginap di konveksi waktu itu!" Dadaku bergemuruh hebat. Bukan karena aku percaya dengan alat itu, tapi marah dengan kelakuan Arini. Dia tega melakukan apa pun demi mendapatkan incarannya. Aku percaya itu bukan benih suamiku. Namun, tidak mungkin Arini nekat mengatak

  • Wanita yang Kau Sakiti    Izinkan Aku Menjadi Madumu

    POV HayanaAku mematung beberapa saat di ambang pintu. Aku kaget saat melihat siapa yang datang. Ada keperluan apa dia datang ke rumah ini? Kenapa Mbok Tum bilang tidak tahu siapa yang datang? Bukankah wanita ini pernah datang kemari saat diminta untuk menolong Mas Bas waktu itu? Aku semakin dibuat kaget saat menatap wajah Arini. Mengapa dandanannya kini seperti ondel-ondel? Sangat berlebihan. Pipinya dipoles blush on hingga memerah seperti habis ditonjok istri sah. Bibirnya pun diberi warna teramat mencolok seperti habis makan darah. Bulu matanya dipasang anti topan. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah drastis begini. Aku seperti tak mengenali pribadi Arini lagi. Tidak bertemu beberapa hari mengapa dia menjadi seperti ini? Biasanya dia selalu tampil dengan polesan sederhana sehingga cantiknya alami. Apa yang membuatnya berubah? Aku sengaja menjaga jarak dengannya setelah kejadian itu. Hati ini semakin tidak ingin mengenalnya kembali.Ini pertama kalinya Arini datang ke ru

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membakar Kenangan Masa Lalu

    "Ini untuk yang —""Bu, Pak, maaf saya mengganggu. Nak Govind sudah bangun dan menangis." Baskoro tersenyum saat melihat Mbok Tum menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Sebelah tangan perempuan berumur itu membopong balita yang sedang mencari ibunya."Nggak papa, Mbok. Kami sudah selesai, kok." Baskoro menjawab dengan santainya. Lelaki itu merasa terselamatkan dari pertanyaan istri yang menurutnya adalah sebuah jebakan."Aku masuk dulu, ya, Mas." Haya menarik kursi kemudian bangkit meninggalkan suaminya. Lelaki yang mengenakan tuxedo hitam itu mengangguk. Dia merasa lega saat ini."Mas juga mau ke ruang kerja, ya?" Kini Basko meminta izin pada istrinya. Haya pun membalas dengan anggukan."Gantengnya bunda sudah bangun rupanya. Maaf, ya, tadi ditinggal sama bunda." Istrinya Baskoro menciumi anak yang sudah berada dalam gendongannya.Haya telah mengambil Govind dari tangan Mbok Tum. Anak lelaki itu dibawanya ke kamar."Mbok, tolong bereskan ini, ya." Baskoro pun segera menyusul

  • Wanita yang Kau Sakiti    Hadiah Bertubi-tubi

    Istriku menatap kotak kado itu dengan raut penuh keheranan. "Aku kan sedang tidak ulang tahun. Kenapa dikasih hadiah segala?" tanyanya polos. Namun, sorot matanya berbinar."Memberikan hadiah tidak harus menunggu ulang tahun, Sayang." "Mbok, tolong Govind bawa sini!" Perempuan yang telah bekerja di keluarga Eyang itu segera memberikan bayi yang umurnya kurang dari satu tahun ini.Aku mencium pipinya sembari menjatuhkan bobot tubuh di samping perempuanku. Aku tidak tahu bagaimana pernikahan Haya yang terdahulu. Toh, aku memang tidak ingin tahu masa lalunya. Akan tetapi, mudah untuk ditebak bahwa, suaminya jarang memberikan hadiah. Istriku memang aneh malah memasang wajah bingung, setelah menerima hadiah. Tangannya seolah sedang menimbang berat kotak tersebut. Aku mengulas senyum melihat tingkahnya. Kenapa tidak langsung dibuka? "Nak, Bunda aneh, ya, mendapatkan hadiah malah seperti orang yang bengong." Aku mengajak ngobrol Govind yang ada dalam pangkuan.Haya hanya mencebik."

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membebaskan Hayana

    "Hentikan. Aku akan mengabulkan permintaanmu, Andini!" Aku sengaja mengucapkan itu. Aku tak mau orang suruhan Andini memberikan minuman beracun itu pada istriku."Serius kamu, Mas?" Aku mengangguk walaupun hati menolaknya. Maafkan aku harus berbohong padamu, Andini. Hanya ini jalan yang ada di kepalaku. Aku pun melemparkan pandangan pada istriku yang membuang muka. Pasti dia menyangka ini sungguhan. Aku yakin dia merasa sangat sakit hati. 'Ini hanya strategi saja, Sayang. Jangan marah. Aku hanya tak mau kehilanganmu.' Seandainya dia bisa bahasa telepati pasti Haya mengerti apa yang aku ucapkan dalam hati. Benarkah aku menuruti kemauan Andini untuk menceraikan Haya? Tentu tidak. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu, yang dapat merusak kebahagiaan kami. Ini hanya salah satu caraku dalam mengulur waktu.Aku memang turun dari mobil seorang diri, sesuai permintaan Andini. Agar datang tanpa membawa teman. Aku tidak sekonyol itu yang benar-benar menuruti kemauannya.Aku harus terli

  • Wanita yang Kau Sakiti    Haya Diculik

    "Sayang kok kamu seperti sedang tidak tenang. Ada apa, Sayang?" Aku mulai khawatir dengan istri dan anakku. Sepertinya dia sedang tertekan."Po — pokoknya harus pulang sekarang!" Haya bersuara sangat ketakutan.Aku segera memutar arah. Kembali pulang ke rumah. Takziah bisa aku lakukan besok-besok. Aku harus segera pulang. Memastikan keselamatan istriku.Di saat aku ingin buru-buru sampai rumah, jalan menjadi macet. Padahal tadi berangkat masih lengang. Di depanku, kendaraan sudah mengular.Aku segera melakukan panggilan untuk istri. Aktif, tapi tidak diangkat. Angkat dong Sayang, batinku.Pikiranku sudah mulai nggak karuan. Aku pun sebentar-sebentar melirik arloji yang melingkari tangan. Sudah sepuluh menit berlalu. Namun, belum ada tanda-tanda mobil di depanku mau jalan. Bakal lama ini.Ya Allah, lindungilah istri dan anak hamba. Saat ini aku hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka. Dering ponsel kembali menggema semoga panggilan dari Haya. Aku segera mengambil benda tersebut

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ada Apa dengan Istriku?

    Aku mengambil bungkusan kado yang dihiasi pita. Jiwa kepoku sudah mendominasi sehingga ingin membukanya. Aku segera duduk di kursi kayu yang berada di teras. Tangan ini mulai membuka bungkus tersebut. Ternyata buat Govind. Ada sepasang sepatu, kemeja, topi serta celana yang semua bermerek. Ini adalah barang untuk ekspor. Dulu saya biasa mengirimnya ke beberapa negara — waktu masih menjadi manejer.Bagi sebagian masyarakat akan sayang membeli barang ini. Harganya tidak murah. Kualitas pakaian pun memang tidak diragukan lagi. Hanya orang-orang berkantong tebal yang sanggup membeli ini. Namun, siapa?Aku segera masuk menemui istri yang sedang sibuk di dapur. Barangkali dia tahu siapa pengirimnya? "Sayang. Ini ada yang mengirim kado buat Govind, tapi nggak tahu dari siapa?"Haya menghentikan aktivitasnya. Menatapku penuh keheranan."Kado? Sepagi ini sudah ada yang mengirimkan kado? Mas, nggak tanya dari siapa?"Haya menatap jam yang ditempelkan pada dinding dapur. Masih pukul enam pagi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status