Share

Bab 129. Jatuh.

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2024-12-03 00:27:28

“Looh ... Ita, apa yang kamu lakukan? Naik-naik tangga begitu nanti jatuh, loh?” tegur Mamah Atik beliau sedang membawa kain pel hendak mengepel lantai.

“Mau ambil foto ini, Mah, ada sesuatu yang terjadi saat Mas Danu tadi hendak pergi ke toko. Nanti aku jelaskan,” jawabku tanpa menoleh pada Mamah Atik dan juga pada bapak yang memegang tanggaku.

“Sudah, kamu turun saja, Nak, biar Bapak yang mengambil. Itu bingkainya lumayan berat nanti kamu tidak kuat,” pinta bapak, setelah aku coba pun memang benar bingkai ini lumayan berat karena memang terbuat dari kayu jati asli yang sudah tua. Ini dipesan khusus oleh Mas Danu pada temannya yang memiliki usaha mebel jati.

“Iya, benar loh, kata Bapakmu, kamu turun saja, Nak, nanti kamu jatuh malah jadinya tambah ribet urusannya! Sudah perempuan itu, di bawah aja dan laki-laki yang naik!” seru Mamah Atik.

“Siap, Mah!” jawabku seraya tersenyum dan dengan hati-hati aku turun ke bawah.

“Nah, biar Bapak yang ngambil saja tolong pegangin tangganya, ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 130. Apa tujuannya?

    "Astagfirullah ... ya, Allah! Apa yang akan terjadi pada anakku? Ya, Allah, tolong jauhkanlah dan lindungilah anakku dari mara bahaya!” teriak Ibu histeris dan memeluk Kia.Mbak Asih yang sedang asyik menonton TV pun berlari menghampiri kami.“Ada apa, Bulek? Kia, kenapa?” tanya Mbak Asih dikiranya Kia yang terluka.Mbak Asih memang sangat sayang pada kia dan juga dekat, jadi kalau terjadi sesuatu pada Kia, pasti akan sangat khawatir.“Bukan, Kia, foto ini jatuh untung tidak ngenain Kia, makanya Ibu histeris,” jelasku pada Mbak Asih."Ya, Allah, iya. Untung Kia, enggak kena jatuhan foto ini lagi pula kenapa diambil si, Ta? Kan, bagus dipajang di situ, bapakmu enggak bisa ngambilnya, jadi jatuh,” ucap Mbak Asih.“Bukan bapakku tidak bisa mengambil Mbak, tapi memang fotonya jatuh sendiri. Tadi yang depan pun begitu jatuh sendiri. Ah, ya, sudahlah mungkin karena memang kena angin atau mungkin memang karena pakunya sudah longgar. Sudah jangan diambil pusing, Ayo, Mbak Asih tolong dibawa

    Last Updated : 2024-12-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 131. Melawan.

    [Biasa aja, tuh! Aku dan suamiku sama sekali tidak takut atas ancaman-ancaman yang kamu lakukan untuk keluargaku. Bagi kami itu hanya kerikil kecil yang dengan kami injak atau kami tendang saja sudah meluncur jauh.] Balasku dan langsung dibaca.[Oh, ya, hebat sekali kalian! Itu pun hanya butiran pasir yang aku tunjukan pada kalian. Masih banyak lagi kejutan-kejutan yang akan aku berikan pada kalian, jadi nikmati saja.] balasnya.[Lakukan jika memang kamu mampu. Lakukan jika kamu memang bisa, dan lakukan jika itu membuatmu puas kami terima tantanganmu.] jawabku lagi.Hanya dibaca saja dan nomornya kembali tidak aktif. Oke, aku bisa menyimpulkan bahwa ini adalah orang yang sama dengan seseorang yang meneror Mas Danu.Aku sengaja tidak akan pernah memblokir nomor-nomor yang sudah meneror kami agar itu untuk bukti jika sewaktu-waktu kami perlukan dan aku pun sama sekali tidak menghapus pesan-pesan dari nomor peneror itu.Kejahatan memang harus dilawan, jika tidak dia akan terus merasa me

    Last Updated : 2024-12-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 132. Menutup akses.

    "Ya, sudahlah, Ta! Aku itu kalau disuruh gesit. Enggak nunggu waktu nanti. Kue cubitnya juga sudah habis dimakan ibu, katanya ibu mau ke pasar mau belanja karena mau bikin acara 7 bulanan kehamilanku, Ta, tapi belum tahu juga sih, jadi atau tidak. Karena tadi sewaktu mau berangkat Wak Romlah datang ke rumah. Entah sama Wak ngobrolin apa terus pamit sama aku, mereka pergi ke kebun,” jelas Mbak Asih.“Oh, ya, alhamdulillah ... Mbak Asih, sudah mau 7 bulan ya, hamilnya? Kebetulan sekali bisa ini kita gabungin acaranya sekalian dengan kumpulan keluarga besok Rabu, mau kan?” tanyaku.“Ya, maulah, Ta. Aku mau banget yang penting acara 7 bulanannya itu berjalan lancar dan juga bisa membawa keberkahan untuk kehamilanku dan juga anakku.”“Aamiin ... semoga, ya, Mbak Asih. Semoga saja nanti acara kita berjalan dengan lancar. Ya, sudah Mbak, mainnya dilanjut lagi. Aku mau mengerjakan sesuatu dulu di kamar nitip Kia, ya, Mbak?”“Oke ... santai saja, Ta. Aku senang kok, main sama Kia, kalau main

    Last Updated : 2024-12-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 133. Pandai bersilat lidah.

    “Bu, jangan menangis begitu kalau Ibu menangis, malah aku akan semakin sedih dan aku akan jadi down,” pintaku pada ibu.“Ibu menangis karena sedih, Nak. Kenapa orang-orang itu buat jahat sama kamu, Ita, padahal kamu itu juga sudah berusaha berbuat baik pada semua orang. Ibu janji akan selalu ada untuk kamu dan Ibu akan selalu mendoakan kamu. Ya, sudah ayo, kita ke kamar, Ibu, akan temani kamu!” ajak ibu.“Baik, Bu, ayo!”Akhirnya aku ditemani Mamah Atik dan juga ibuku di kamar. Aku fokus menyeting akun sosial mediaku agar tidak terlihat publik ataupun teman.Aku setting private dengan begitu orang-orang tidak akan pernah melihat postingan-postingan fotoku dan aku juga mengganti foto profil dengan gambar bunga. Sejujurnya aku pun tidak pernah menyetting aplikasi sosial media ke publik, tapi takutnya orang yang mengambil foto itu adalah teman yang berada di akun sosial media aku dan tanpa sengaja aku dulu pernah mengupload foto itu, makanya dengan mudah dia mendapatkan foto kami.Tidak

    Last Updated : 2024-12-06
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 134. Mencurigai Wira.

    “Mas, tidak mau memperpanjang masalah saja , Dik, makanya Mas, jawab iya. Karena yang, Mas, pikirkan adalah kamu dan juga Kia dan yang tadi sebenarnya Mas tidak tenang karena foto yang kita lihat ada di plastik kresek hitam itu, Dik. Mas, benar-benar marah dan juga jadi tidak konsen.”“Sama, Mas, aku pun begitu tadi aku sudah memprivat semua akun media sosialku agar tidak sembarangan orang bisa melihat. Aku takutnya foto itu diambil saat aku tidak sengaja mengupload karena hanya orang-orang terdekat saja yang selalu rajin melihat Story WA aku ataupun status Facebook, jadi aku berkesimpulan bahwa yang meneror kita adalah orang-orang terdekat. Kita harus waspada itu Mas dan Aku curiga kalau yang melakukan ini adalah Wira. Kamu tahu kan, Mas, Wira Seperti apa orangnya?”“Tidak, Dik, kamu tidak boleh curiga begitu. Wira kan, pergi merantau setelah kita usir dari rumah semoga saja dia benar-benar bekerja dan tidak mengganggu kehidupan kita. Wira sebenarnya tidak mungkin karena menurut, M

    Last Updated : 2024-12-06
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 135. Ulang Mbak Ning di WAG

    Aku beruntung sekali bisa kenal dekat para orang yang berilmu agama dengan baik. mereka selalu mendoakan dan menyemangatiku juga selalu mengingatkan aku di jalan kebaikan. Aku benar-benar beruntung.“Iya, Ustazah, Makanya itu aku dan suamiku dari tadi tetap berpikir positif agar tidak terus terlalu kepikiran. Takutnya kalau kami semakin memikirkan itu akan membuat kami semakin tidak tenang. Bagaimana menurut Ustazah?”“Iya, Mbak Ita, bagus begitu. Lebih baik lagi Mbak Ita dibarengi dengan zikir, jadi selain pikiran tenang hati pun ikut tenang. Ustazah bantu doa dari sini ya, semoga Mbak Ita dan keluarga selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”“Aamin ... terima kasih Ustazah doa yang baik juga untuk Ustazah dan keluarga. Kalau begitu terima kasih atas waktunya. Kami tunggu kedatangan Ustazah, lusa Assalamualaikum ....”“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, sama-sama Mbak Ita.”Setelah selesai teleponan dengan Ustazah, aku segera mengambil wudu dan melaksanakan salat z

    Last Updated : 2024-12-07
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 136. Darurat?

    [Wah, mantap banget baru lagi nih, Mbak! Aku pingin juga, dong?] tulis Mbak Susi.[Iya, dong! Keren, siapa dulu Mbak Ning, gitu loh, ya, hitung-hitung agar uang kita tidak cepat habis makanya Mbak tabungin ke Antam.] jawab Mbak Ning lagi.[Mending Mbak Ning, bisa nabung, lah, aku sama suamiku boro-boror nabung bisa makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah, Mbak. Kemarin kami panen kopi coklat, tapi tidak banyak alhamdulillah bisa untuk nutup pupuk sama beli beras dan sayuran.] komentar Mbak Susi lagi.Aku baru tahu kalau Mbak Susi sekarang jadi petani. Syukur alhamdulillah kalau kakakku sudah menghasilkan dengan begitu pelan-pelan hidupnya akan jadi berubah.[Wah, panen coklat ya, Mbak? Enak, dong! Bagi sini, uangnya.] komentar Wira.[Bagi? Tanam sendiri, dong! Aku dan suamiku saja panas-panasan ngambilin coklatnya, digigit nyamuk banyak sekali. Aku tidak pernah mengeluh dan aku lakukan dengan ikhlas. Jika kamu capek mengikuti langkah kami, Kamu duduk saja, tapi kamu hidup miskin,

    Last Updated : 2024-12-08
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 137. Cerita ibumer.

    “Gawat kenapa, Bu?” tanyaku pada ibu mertuaku.“Iya, kamu itu bicara yang betul dulu. Masuk rumah orang salam dulu, jangan sampai lupa. Tidak usah ngasih kabar yang tidak jelas,” omel Mamah Atik lagi.“Iya, gimana mau jelasin kalau kalian nyerobot omonganku, begitu. Ita, tolong ambilin Ibu minum dulu. Haus sekali ini Ibu dari ladang langsung ke sini!” titah ibu mertuaku.Aku bergegas ke dapur mengambilkan ibu air dingin“Ini, Bu, minumnya jangan lupa bismillah dulu,” kataku seraya memberikan air minum pada beliau.“Alhamdulillah ... segarnya tadi Ibu kehabisan air minum di ladang,” ucap ibu seraya mengusap tenggorokannya.“Cepat ceritakan pada kami apa yang akan kamu katakan,” sahut ibuku.“Sebentarlah, aku tarik nafas dulu,” jawab ibu.“Jangan bikin kami penasaran, Bu Bes, tak jewer nanti kupingmu itu, kalau enggak cepet-cepet ngomong!”“Jadi, tadi itu kan, Ibu ke ladang sama Wak Romlah dan temannya Wak Romlah karena keasyikan kami sampai siang gini. Tahu, enggak apa yang mereka bi

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 150. Semoga akhir.

    "Ya, Allah, Asih memang benar-benar, ya, bikin orang tua khawatir! Semoga saja Ibumu baik-baik saja mau menerima maafnya Asih."“Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi ibunya Asih pas tahu Asih sudah bertaubat,” sahut Mbak Wulan. “Yang pasti pertama kalinya adalah dia tidak percaya. Terus yang kedua bersyukur banget dan yang ketiga pasti Asih akan dicium-cium," kata Mbak Fitri.“Iya, semoga saja begitu. Ibunya nanti pasti akan terkejut sekali apalagi Asih sudah nge-prank sampai malam ini tidak pulang-pulang." “Iya, ya, sudah kita tinggalin dulu ya, Mbak, masakannya. Kita salat isya jamaah,” ucapku lagi kepada Mbak Fitri dan Mbak Wulan.Kami bergantian mengambil air wudu lalu melaksanakan salat Isya berjamaah. Ya, Tuhan, nikmat mana lagi yang pantas aku dustakan? Aku dikelilingi orang-orang baik dan juga memiliki tetangga yang baik, ipar yang baik, mertua yang baik, semoga tali persaudaraan kami sampai ke jannah-Mu.Setelah selesai salat Isya, kami menyaksikan Mbak Asih ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 149. Pertarungan jiwa.

    Sebelum wudu aku bergegas menghampiri Mbak Wulan dan juga Mbak Fitri yang ternyata sedang sibuk meracik lalapan untuk diletakkan di dalam nampan panjang.“Mbak Fitri, Mbak Wulan, maaf, ya, aku jadi cuekin kalian berdua, loh. Bukan maksud hati mau mencuekin kalian berdua, cuman tadi Mbak Asih banyak curhat enggak enak juga kalau ditinggal. Maaf banget ya, Mbak,” ucapku tulus.“Tidak apa-apa, Ta. Kami happy-happy aja kok! Di sini enggak usah merasa dicuekin. Lagi pula kan, tuan rumahnya bukan cuma kamu. Ada ibumu, ada mama mertua kamu. Kami tadi asik ngobrol, tapi karena kamu memang kebetulan lama makanya mereka nyusul ke sana. Semua sudah selesai, kita tinggal bikin sambal terasi aja, bikinnya nanti kalau bapak-bapak sudah pada pulang. Kalau bikin sekarang nanti enggak seger," jawab Mbak Wulan.“Iya, betul! Apa yang dibilang Fitri. Kami enjoy aja kok, lagi pula mungkin Mbak Asih memang lagi merasa ingin didengarkan, tapi sepertinya happy ending, ya? Sebab tadi kelihatan dari sini kamu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 148. Bahagia.

    "Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Ta. Kamu sungguh berhati mulia. Aku menyesal sudah menyia-nyiakanmu selama ini."“Sama-sama, Mbak."“Oh, ya, Ita, nanti juga aku mau belajar ngaji Tahsin ikut kamu pengajian di rumah Ustazah, boleh?"“Boleh, pokoknya boleh semua kalau itu untuk kebaikan, Mbak Asih," jawabku semangat.“Sekali lagi, terima kasih atas kesabaranmu, aku jadi bisa begini. Karena kesabaran ibu dan doa ibu, aku jadi bisa memperbaiki diri seperti ini. Aku akan buktikan ke kamu dan orang-orang yang sudah menghinaku bahwa aku bisa jadi lebih baik lagi dari sebelumnya."“Nah, gitu dong, Mbak, semangat pokoknya! Mbak Asih harus tetap semangat dan istiqomah, bagaimana pun nanti rintangan dan ujiannya. Aku yakin, Mbak Asih, bisa karena aku tahu Mbak Asih ini Wonder Woman."“Wonder Woman sudah kayak lagunya Mulan Jameela aja. Makasih banyak, ya, adikku yang cantik. Alhamdulillah aku malam ini bahagia sekali, Ita."“Sama-sama, Mbakku yang cantik. Aku pun bahagia," jawabku.Kami

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 147. Awal yang baik.

    Sejatinya manusia itu memang berproses, dari yang tidak tahu apa-apa hingga tahu segalanya.Itulah sebabnya pendidikan sangat penting untuk kehidupan kita baik itu pendidikan agama, pendidikan di bangku sekolahan, ataupun pendidikan dari lingkungan sekitar. Itu semua yang akan menyebabkan kita jadi lebih baik, dewasa, dan bisa menyikapi segala sesuatu dengan adil sesuai porsinya.Aku percaya memang semuanya butuh proses, begitupun dengan Mbak Asih. Siapa yang akan menyangka dengan tiba-tiba di senja ini penuh dengan kejutan. Dia menyadari semua kesalahannya, dia menyadari semua kekhilafannya.Senja bahagia bagiku dan keluargaku, meskipun masih banyak kerikil yang menghalangi jalan hidup kami di depan. Salah satunya adalah teror yang ditujukan untuk keluarga kecilku. Tapi, itu semua tidak berarti apa-apa karena aku malam ini sungguh bahagia dengan perubahan Mbak Asih.Terima kasih ya, Allah ... Engkau telah kabulkan doa kami. Terima kasih ya, Allah, satu demi satu kehidupan yang aku j

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 146. Pengakuan Mbak Asih.

    Aku tersenyum menanggapi curhatan Mbak Asih. Dia memang benar-benar luar biasa bisa mengendalikan emosinya saat bertemu dengan orang yang dicintainya sekaligus orang yang membuat hidupnya berantakan dan hancur.“Alhamdulillah ... semoga Mbak Asih tetap istiqomah pada keputusan, Mbak Asih. Mbak Asih tidak goyah lagi. Aku doakan semoga suatu hari nanti akan dapat jodoh yang jauh lebih baik dari Mas Roni. Kalau Ibu tahu ini pasti Ibu senang banget, Mbak, nanti aku kasih tahu Ibu, ya?” ucapku.“Jangan, Ta, jangan dikasih tahu ibu, biar aku saja yang bilang sekaligus aku meminta maaf pada ibu,” jawab Mbak Asih.“Oh, gitu, Mbak. Ya, sudah baiklah ... semangat ya, Mbak, untuk hidup yang lebih baik lagi. Intinya aku hari ini senang sekali bisa melihat Mbak Asih begini. Oh, ya, lusa kita ada ruqyah lagi, Mbak Asih, mau kan, di ruqyah lagi?” tanyaku.“Mau, dong, Ta! Setelah ruqyah dua kali kemarin aku memang merasa lebih nyaman dan tenang gitu. Jadi, kalau besok aku di ruqyah lagi aku senang. T

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 145. Cerita Mbak Asih.

    “Mbak Asih, mau ikut masak-masak atau tetap di sini?” tanyaku padannya.“Aku, mau di sini saja, Ta, sambil menunggu waktu Isya Aku ingin ngaji,” jawab Mbak Asih.“Alhamdulillah ... aku senang sekali. Mbak Asih bisa begini. Akhirnya doa-doa tulus kami untuk Mbak Asih dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau boleh tahu memang tadi Mbak Asih ketemu dengan Mas Roni, apa yang dibicarakan, kok sampai Mbak Asih bisa berubah sedrastis ini?” tanyaku padanya.Aku penasaran sekali karena setelah pertemuan tadi dengan Mas Roni Mbak Asih tiba-tiba saja langsung berubah. Aku percaya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah dan Allah itu maha membolak-balikkan hati hambanya itu sebabnya Mbak Asih bisa berubah seperti ini.Aku hanya penasaran saja apa yang katakan dengan Mas Roni sampai membuatnya tersadar bahwa yang dilakukannya selama ini adalah salah.“Tadi itu, Ta, aku dan Mas Roni berantem hebat,” jawab Mbak Asih.“Berantem gimana maksudnya? Mas Roni tidak main fisik, kan, Mbak? Dia tidak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 144. Semoga istiqomah.

    “Iya, ayo kita salat dulu, Ta! Nanti keburu waktu maghribnya habis!” ajak Mbak Asih.Aku, Mbak Wulan, Mbak Fitri, saling berpandangan heran melihat tingkah Mbak Asih yang tiba-tiba bisa senormal ini. Ya, Allah, semoga saja Mbak Asih tidak akan kumat lagi dan benar-benar menjadi orang normal seperti sebelumnya.“Ini coklat dari mana, Ta?" tanya Mama Atik.“Mbak Asih yang bawa. Itu katanya dikasih Mas Roni. Tadi mereka habis ketemuan di ujung gang sana.”“Ya, Allah, ketemuan sama istri cuma dikasih coklat!?” Mamah Atik pun heran dengan tingkah Mas Roni.“Iya, gitulah, Mah, namanya juga Mas Roni. Ya, sudah, aku salat dulu minta tolong itu kue cubitnya, ya, Mah? bentar lagi mateng.”“Iya, ya, sudah sana kalian salat dulu.”selesai salat aku bermunajat pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan padaku dan keluargaku hari ini. Semoga apa yang kami lakukan hari ini jika terdapat banyak kekhilafan Allah yang mengampuni dosa-dosa kami dan apabila terdapat banyak ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.    Bab 143. Mbak Asih sadar.

    "Ada apa, ya, Guccinya bisa jatuh sendiri, Ta?” tanya Mbak Wulan..“Setahu, aku, Mbak, biasanya sih, kesenggol kucing. Dia itu kan, punya kucing kecil. Dia tuh suka lari sana, lari sini dan suka merobohkan benda-benda gitu, tidak sengaja sih,” jawabku beralasan.“Ya, sudah enggak usah di perhatikan lebih baik kita sekarang masak sebentar lagi Magrib dan suami-suami kita pasti akan pulang," imbuhku.Kami menyiapkan bahan-bahan yang akan kami masak setelah Maghrib, meski sebenarnya hatiku gelisah karena memikirkan Gucci yang jatuh tadi, tapi aku berusaha bersikap biasa saja agar tetanggaku tidak mengetahui masalah yang kami hadapi saat ini.“Ita ... assalamualaikum lihat nih aku dapat coklat,” sapa Mbak Asih, dia masuk dari pintu samping.”“Coklat dari mana, Mbak, banyak sekali?” jawabku. Mbak Asih masih menenteng plastik berlogo minimarket terkenal seantero negeri ini.“Dapat, dari Mas Roni. Tadi aku ketemuan sama dia di ujung gang sana,” jawab Mbak Asih. Berarti benar apa yang diceri

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 142. Gucci.

    “Wah, boleh itu nanti habis Maghrib. Kalu kita masak-masaknya sekarang kan, ini sudah mau Maghrib lebih baik kita persiapan untuk salat dulu.”Tak lama berselang Mbak Wulan dan Mbak Fitri datang.“Waalaikumsalam ... alhamdulillah ada tamu jauh silakan Mbak Fitri, Mbak Wulan, masuk. Ayo, kita langsung ke ruang tengah saja!” ajakku pada kedua temanku. Aku bahagia sekali kalau ada tamu yang datang ke rumah.“Masya Allah ... Ita, Mbak benar-benar baru kali ini masuk rumah kamu. Waktu pengajian itu kan, tidak sempat datang yang datang suami. Masya Allah rumahmu bagus sekali, ya. Doakan Mbak Fitri biar bisa punya juga rumah begini, ya, walaupun tidak sebagus punya kamu setidaknya mirip-mirip sedikit lah, Mbak seneng loh kalau main di rumah orang kaya, tapi orang kayanya baik hati,” ucap Mbak Fitri.“Alhamdulillah Mbak ... ini semua berkat doa orang tua dan kegigihan kerja keras suamiku. Mari silakan, aku ambilin minum dulu ya, Mbak Wulan sama Mbak Fitri mau minum apa, nih?”“Ya, Allah, sera

DMCA.com Protection Status