Beranda / Pernikahan / Wanita yang Kau Hinakan. Season 2. / Bab 133. Pandai bersilat lidah.

Share

Bab 133. Pandai bersilat lidah.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 23:27:06

“Bu, jangan menangis begitu kalau Ibu menangis, malah aku akan semakin sedih dan aku akan jadi down,” pintaku pada ibu.

“Ibu menangis karena sedih, Nak. Kenapa orang-orang itu buat jahat sama kamu, Ita, padahal kamu itu juga sudah berusaha berbuat baik pada semua orang. Ibu janji akan selalu ada untuk kamu dan Ibu akan selalu mendoakan kamu. Ya, sudah ayo, kita ke kamar, Ibu, akan temani kamu!” ajak ibu.

“Baik, Bu, ayo!”

Akhirnya aku ditemani Mamah Atik dan juga ibuku di kamar.

Aku fokus menyeting akun sosial mediaku agar tidak terlihat publik ataupun teman.

Aku setting private dengan begitu orang-orang tidak akan pernah melihat postingan-postingan fotoku dan aku juga mengganti foto profil dengan gambar bunga. Sejujurnya aku pun tidak pernah menyetting aplikasi sosial media ke publik, tapi takutnya orang yang mengambil foto itu adalah teman yang berada di akun sosial media aku dan tanpa sengaja aku dulu pernah mengupload foto itu, makanya dengan mudah dia mendapatkan foto kami.

Tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 134. Mencurigai Wira.

    “Mas, tidak mau memperpanjang masalah saja , Dik, makanya Mas, jawab iya. Karena yang, Mas, pikirkan adalah kamu dan juga Kia dan yang tadi sebenarnya Mas tidak tenang karena foto yang kita lihat ada di plastik kresek hitam itu, Dik. Mas, benar-benar marah dan juga jadi tidak konsen.”“Sama, Mas, aku pun begitu tadi aku sudah memprivat semua akun media sosialku agar tidak sembarangan orang bisa melihat. Aku takutnya foto itu diambil saat aku tidak sengaja mengupload karena hanya orang-orang terdekat saja yang selalu rajin melihat Story WA aku ataupun status Facebook, jadi aku berkesimpulan bahwa yang meneror kita adalah orang-orang terdekat. Kita harus waspada itu Mas dan Aku curiga kalau yang melakukan ini adalah Wira. Kamu tahu kan, Mas, Wira Seperti apa orangnya?”“Tidak, Dik, kamu tidak boleh curiga begitu. Wira kan, pergi merantau setelah kita usir dari rumah semoga saja dia benar-benar bekerja dan tidak mengganggu kehidupan kita. Wira sebenarnya tidak mungkin karena menurut, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 135. Ulang Mbak Ning di WAG

    Aku beruntung sekali bisa kenal dekat para orang yang berilmu agama dengan baik. mereka selalu mendoakan dan menyemangatiku juga selalu mengingatkan aku di jalan kebaikan. Aku benar-benar beruntung.“Iya, Ustazah, Makanya itu aku dan suamiku dari tadi tetap berpikir positif agar tidak terus terlalu kepikiran. Takutnya kalau kami semakin memikirkan itu akan membuat kami semakin tidak tenang. Bagaimana menurut Ustazah?”“Iya, Mbak Ita, bagus begitu. Lebih baik lagi Mbak Ita dibarengi dengan zikir, jadi selain pikiran tenang hati pun ikut tenang. Ustazah bantu doa dari sini ya, semoga Mbak Ita dan keluarga selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”“Aamin ... terima kasih Ustazah doa yang baik juga untuk Ustazah dan keluarga. Kalau begitu terima kasih atas waktunya. Kami tunggu kedatangan Ustazah, lusa Assalamualaikum ....”“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, sama-sama Mbak Ita.”Setelah selesai teleponan dengan Ustazah, aku segera mengambil wudu dan melaksanakan salat z

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 136. Darurat?

    [Wah, mantap banget baru lagi nih, Mbak! Aku pingin juga, dong?] tulis Mbak Susi.[Iya, dong! Keren, siapa dulu Mbak Ning, gitu loh, ya, hitung-hitung agar uang kita tidak cepat habis makanya Mbak tabungin ke Antam.] jawab Mbak Ning lagi.[Mending Mbak Ning, bisa nabung, lah, aku sama suamiku boro-boror nabung bisa makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah, Mbak. Kemarin kami panen kopi coklat, tapi tidak banyak alhamdulillah bisa untuk nutup pupuk sama beli beras dan sayuran.] komentar Mbak Susi lagi.Aku baru tahu kalau Mbak Susi sekarang jadi petani. Syukur alhamdulillah kalau kakakku sudah menghasilkan dengan begitu pelan-pelan hidupnya akan jadi berubah.[Wah, panen coklat ya, Mbak? Enak, dong! Bagi sini, uangnya.] komentar Wira.[Bagi? Tanam sendiri, dong! Aku dan suamiku saja panas-panasan ngambilin coklatnya, digigit nyamuk banyak sekali. Aku tidak pernah mengeluh dan aku lakukan dengan ikhlas. Jika kamu capek mengikuti langkah kami, Kamu duduk saja, tapi kamu hidup miskin,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 137. Cerita ibumer.

    “Gawat kenapa, Bu?” tanyaku pada ibu mertuaku.“Iya, kamu itu bicara yang betul dulu. Masuk rumah orang salam dulu, jangan sampai lupa. Tidak usah ngasih kabar yang tidak jelas,” omel Mamah Atik lagi.“Iya, gimana mau jelasin kalau kalian nyerobot omonganku, begitu. Ita, tolong ambilin Ibu minum dulu. Haus sekali ini Ibu dari ladang langsung ke sini!” titah ibu mertuaku.Aku bergegas ke dapur mengambilkan ibu air dingin“Ini, Bu, minumnya jangan lupa bismillah dulu,” kataku seraya memberikan air minum pada beliau.“Alhamdulillah ... segarnya tadi Ibu kehabisan air minum di ladang,” ucap ibu seraya mengusap tenggorokannya.“Cepat ceritakan pada kami apa yang akan kamu katakan,” sahut ibuku.“Sebentarlah, aku tarik nafas dulu,” jawab ibu.“Jangan bikin kami penasaran, Bu Bes, tak jewer nanti kupingmu itu, kalau enggak cepet-cepet ngomong!”“Jadi, tadi itu kan, Ibu ke ladang sama Wak Romlah dan temannya Wak Romlah karena keasyikan kami sampai siang gini. Tahu, enggak apa yang mereka bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 138. Sindiran Novi.

    Aku bahagia meski di sibukkan dengan kegiatan di toko, tapi aku masih bisa berangkat mengaji menuntut ilmu untuk bekal akhiratku. Sebenarnya tadi aku mengajak ibu dan Mama Atik, mereka tidak mau karena ada kelas sendiri untuk ibu-ibu lansia.Ada untungnya juga ngaji tidak dicampur ibu-ibu lansia karena aku sebenarnya tidak tahan dengan mulut Wak Jum.“Assalamualaikum ... sahabatku?” sapaku pada temen-temen pengajian yang sudah datang. Rupanya sudah berkumpul semua dan mungkin tinggal aku saja yang belum datang. Untung belum telat.“Waalaikumsalam ... Duh, Ibu pejabat, baru datang! Sibuk bangetn, ya, untung enggak kami tinggal,” jawab Novi.“Alhamdulillah kalau didoakan jadi ibu pejabat. Tidak sibuk, Nov, hanya saja tadi aku tidur dan baru bangun, makanya baru ke sini tapi alhamdulillah belum telat, kan?” jawabku lagi.“Iya, belum telat sih, tapi kamu itu kebiasaan datang paling terakhir nanti pasti kamu pulangnya paling depan,” sindir Novi lagi.“Lah, memang kenapa, sih, Nov, sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 139. Sirik.

    “Ita, memang benar kemarin itu pas pengajian lagi diadakan acara selamatan, Danu? Katanya si Novi, Danu itu tersesat eh, keselong, gitu?” tanya Mbak Wulan padaku saat ini kami baru pulang pengajian dari rumah Ustazah Fatimah. ..“Pengajian biasa aja, Mbak Wulan. Tidak ada acara selamatan apa-apa kan, memang kalau kita mengadakan tasyakuran itu tujuannya untuk bersedekah kepada orang lain agar harta yang kita dapat itu semakin berkah juga dilimpahkan keselamatan , ya, kan? Jadi, aku rasa si Novi itu terlalu mengada-ngada,” jawabkuSebenarnya aku kesel sekali pada Novi yang sok tahu dengan isu rumah tanggaku, meski sebenarnya memang betul Mas Danu tersesat, tapi tidak sepantasnya dia menyebarkan itu kepada orang lain.“Ya, sih, Ta, Kamu benar. Memang harusnya kita berbagi begitu apalagi kan, sekarang zaman susah apa-apa mahal, jadi kalau ada orang kaya yang berbagi pada tetangga dan kaum dhuafa, fakir miskin, yatim piatu pasti mereka akan senang hati dan mereka pula akan mendoakan keb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 140. Novi jatuh.

    “Boleh, tuh! Alhamdulillah terima kasih, Lan. Terima kasih Ita, sudah berbagi rezeki sore ini untukku. Aku juga mau pulang dulu, mau pamit dulu sama suami takut dicariin.”“Ya, udah ya, Mbak. Aku tunggu di rumah, ya, dengan senang hati mumpung belum magrib lagi pula rumah kita berdekatan tidak apa-apa toh kalau bikin kue selesainya agak habis maghrib sedikit gitu sekalian izin sama suami, ya, Mbak?” sahutku.“Eh, kalian mau ke mana? Kok, enggak ngajak-ngajak?” Tiba-tiba Novi ada di belakang kami. Astagfirullah semoga saja Novi tidak mendengarkan obrolan kami yang pertama. Jika dengar bisa-bisa dunia hancur berkeping-keping terjadi perang dunia ke-3.“Oh, ini Nov, Mbak Wulan sama Mbak Fitri mau ke rumahku, mau makan kue cubit sekalian mau bikin kue cubit,” jawabku. “Wah, seru itu. Boleh aku ikut?” tanya Novi.Kami pertiga saling berpandangan. Sebenarnya sih, aku oke-oke saja mengajak Novi, tapi aku kan tidak tahu Mbak Fitri dan Mbak Wulan setuju atau tidak.“Kamu itu, Nov, kalau ur

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 141.Bau.

    Sesampainya di rumah, aku sudah melihat mobil Mas Danu terparkir rapi di halaman itu artinya Mas Dafa hari ini pulang lebih awal. Biasanya Mas Danu akan pulang setelah Magrib jika banyak pelanggan..“Kia, itu Ibu sudah pulang Masya Allah ... rajinnya ibunya Kia ngaji. Solehahnya istriku tercinta ini. Masya Allah,” puji Mas Danu di depan banyak orang aku jadi malu, tapi juga terharu.Kucium tangan suami dengan takzim lalu ibu, bapakku, Mama Atik, dan juga ibu mertuaku.“Tumben, Mas, sudah pulang biasanya habis Maghrib pulangnya?” tanyaku.“Iya ... Alhamdulillah, Dik, semua pekerjaan sudah selesai, jadi pulang lebih cepat lagi pula aku ingin segera sampai rumah ingin berdiskusi tentang masalah kita,” jawab Mas Danu.“Ada apa lagi, Mas? Sepertinya serius sekali,” tanyaku penasaran.“Ya, serius, Dik, ternyata tadi ada yang mengancam aku sewaktu habis salat asar,” jawab Mas Danu.“Apa, isi ancamannya, Mas? Apakah sama dengan yang dikirimkan kepadaku?” tanyaku lagi.“Intinya, sama persis ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 150. Semoga akhir.

    "Ya, Allah, Asih memang benar-benar, ya, bikin orang tua khawatir! Semoga saja Ibumu baik-baik saja mau menerima maafnya Asih."“Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi ibunya Asih pas tahu Asih sudah bertaubat,” sahut Mbak Wulan. “Yang pasti pertama kalinya adalah dia tidak percaya. Terus yang kedua bersyukur banget dan yang ketiga pasti Asih akan dicium-cium," kata Mbak Fitri.“Iya, semoga saja begitu. Ibunya nanti pasti akan terkejut sekali apalagi Asih sudah nge-prank sampai malam ini tidak pulang-pulang." “Iya, ya, sudah kita tinggalin dulu ya, Mbak, masakannya. Kita salat isya jamaah,” ucapku lagi kepada Mbak Fitri dan Mbak Wulan.Kami bergantian mengambil air wudu lalu melaksanakan salat Isya berjamaah. Ya, Tuhan, nikmat mana lagi yang pantas aku dustakan? Aku dikelilingi orang-orang baik dan juga memiliki tetangga yang baik, ipar yang baik, mertua yang baik, semoga tali persaudaraan kami sampai ke jannah-Mu.Setelah selesai salat Isya, kami menyaksikan Mbak Asih ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 149. Pertarungan jiwa.

    Sebelum wudu aku bergegas menghampiri Mbak Wulan dan juga Mbak Fitri yang ternyata sedang sibuk meracik lalapan untuk diletakkan di dalam nampan panjang.“Mbak Fitri, Mbak Wulan, maaf, ya, aku jadi cuekin kalian berdua, loh. Bukan maksud hati mau mencuekin kalian berdua, cuman tadi Mbak Asih banyak curhat enggak enak juga kalau ditinggal. Maaf banget ya, Mbak,” ucapku tulus.“Tidak apa-apa, Ta. Kami happy-happy aja kok! Di sini enggak usah merasa dicuekin. Lagi pula kan, tuan rumahnya bukan cuma kamu. Ada ibumu, ada mama mertua kamu. Kami tadi asik ngobrol, tapi karena kamu memang kebetulan lama makanya mereka nyusul ke sana. Semua sudah selesai, kita tinggal bikin sambal terasi aja, bikinnya nanti kalau bapak-bapak sudah pada pulang. Kalau bikin sekarang nanti enggak seger," jawab Mbak Wulan.“Iya, betul! Apa yang dibilang Fitri. Kami enjoy aja kok, lagi pula mungkin Mbak Asih memang lagi merasa ingin didengarkan, tapi sepertinya happy ending, ya? Sebab tadi kelihatan dari sini kamu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 148. Bahagia.

    "Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Ta. Kamu sungguh berhati mulia. Aku menyesal sudah menyia-nyiakanmu selama ini."“Sama-sama, Mbak."“Oh, ya, Ita, nanti juga aku mau belajar ngaji Tahsin ikut kamu pengajian di rumah Ustazah, boleh?"“Boleh, pokoknya boleh semua kalau itu untuk kebaikan, Mbak Asih," jawabku semangat.“Sekali lagi, terima kasih atas kesabaranmu, aku jadi bisa begini. Karena kesabaran ibu dan doa ibu, aku jadi bisa memperbaiki diri seperti ini. Aku akan buktikan ke kamu dan orang-orang yang sudah menghinaku bahwa aku bisa jadi lebih baik lagi dari sebelumnya."“Nah, gitu dong, Mbak, semangat pokoknya! Mbak Asih harus tetap semangat dan istiqomah, bagaimana pun nanti rintangan dan ujiannya. Aku yakin, Mbak Asih, bisa karena aku tahu Mbak Asih ini Wonder Woman."“Wonder Woman sudah kayak lagunya Mulan Jameela aja. Makasih banyak, ya, adikku yang cantik. Alhamdulillah aku malam ini bahagia sekali, Ita."“Sama-sama, Mbakku yang cantik. Aku pun bahagia," jawabku.Kami

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 147. Awal yang baik.

    Sejatinya manusia itu memang berproses, dari yang tidak tahu apa-apa hingga tahu segalanya.Itulah sebabnya pendidikan sangat penting untuk kehidupan kita baik itu pendidikan agama, pendidikan di bangku sekolahan, ataupun pendidikan dari lingkungan sekitar. Itu semua yang akan menyebabkan kita jadi lebih baik, dewasa, dan bisa menyikapi segala sesuatu dengan adil sesuai porsinya.Aku percaya memang semuanya butuh proses, begitupun dengan Mbak Asih. Siapa yang akan menyangka dengan tiba-tiba di senja ini penuh dengan kejutan. Dia menyadari semua kesalahannya, dia menyadari semua kekhilafannya.Senja bahagia bagiku dan keluargaku, meskipun masih banyak kerikil yang menghalangi jalan hidup kami di depan. Salah satunya adalah teror yang ditujukan untuk keluarga kecilku. Tapi, itu semua tidak berarti apa-apa karena aku malam ini sungguh bahagia dengan perubahan Mbak Asih.Terima kasih ya, Allah ... Engkau telah kabulkan doa kami. Terima kasih ya, Allah, satu demi satu kehidupan yang aku j

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 146. Pengakuan Mbak Asih.

    Aku tersenyum menanggapi curhatan Mbak Asih. Dia memang benar-benar luar biasa bisa mengendalikan emosinya saat bertemu dengan orang yang dicintainya sekaligus orang yang membuat hidupnya berantakan dan hancur.“Alhamdulillah ... semoga Mbak Asih tetap istiqomah pada keputusan, Mbak Asih. Mbak Asih tidak goyah lagi. Aku doakan semoga suatu hari nanti akan dapat jodoh yang jauh lebih baik dari Mas Roni. Kalau Ibu tahu ini pasti Ibu senang banget, Mbak, nanti aku kasih tahu Ibu, ya?” ucapku.“Jangan, Ta, jangan dikasih tahu ibu, biar aku saja yang bilang sekaligus aku meminta maaf pada ibu,” jawab Mbak Asih.“Oh, gitu, Mbak. Ya, sudah baiklah ... semangat ya, Mbak, untuk hidup yang lebih baik lagi. Intinya aku hari ini senang sekali bisa melihat Mbak Asih begini. Oh, ya, lusa kita ada ruqyah lagi, Mbak Asih, mau kan, di ruqyah lagi?” tanyaku.“Mau, dong, Ta! Setelah ruqyah dua kali kemarin aku memang merasa lebih nyaman dan tenang gitu. Jadi, kalau besok aku di ruqyah lagi aku senang. T

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 145. Cerita Mbak Asih.

    “Mbak Asih, mau ikut masak-masak atau tetap di sini?” tanyaku padannya.“Aku, mau di sini saja, Ta, sambil menunggu waktu Isya Aku ingin ngaji,” jawab Mbak Asih.“Alhamdulillah ... aku senang sekali. Mbak Asih bisa begini. Akhirnya doa-doa tulus kami untuk Mbak Asih dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau boleh tahu memang tadi Mbak Asih ketemu dengan Mas Roni, apa yang dibicarakan, kok sampai Mbak Asih bisa berubah sedrastis ini?” tanyaku padanya.Aku penasaran sekali karena setelah pertemuan tadi dengan Mas Roni Mbak Asih tiba-tiba saja langsung berubah. Aku percaya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah dan Allah itu maha membolak-balikkan hati hambanya itu sebabnya Mbak Asih bisa berubah seperti ini.Aku hanya penasaran saja apa yang katakan dengan Mas Roni sampai membuatnya tersadar bahwa yang dilakukannya selama ini adalah salah.“Tadi itu, Ta, aku dan Mas Roni berantem hebat,” jawab Mbak Asih.“Berantem gimana maksudnya? Mas Roni tidak main fisik, kan, Mbak? Dia tidak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 144. Semoga istiqomah.

    “Iya, ayo kita salat dulu, Ta! Nanti keburu waktu maghribnya habis!” ajak Mbak Asih.Aku, Mbak Wulan, Mbak Fitri, saling berpandangan heran melihat tingkah Mbak Asih yang tiba-tiba bisa senormal ini. Ya, Allah, semoga saja Mbak Asih tidak akan kumat lagi dan benar-benar menjadi orang normal seperti sebelumnya.“Ini coklat dari mana, Ta?" tanya Mama Atik.“Mbak Asih yang bawa. Itu katanya dikasih Mas Roni. Tadi mereka habis ketemuan di ujung gang sana.”“Ya, Allah, ketemuan sama istri cuma dikasih coklat!?” Mamah Atik pun heran dengan tingkah Mas Roni.“Iya, gitulah, Mah, namanya juga Mas Roni. Ya, sudah, aku salat dulu minta tolong itu kue cubitnya, ya, Mah? bentar lagi mateng.”“Iya, ya, sudah sana kalian salat dulu.”selesai salat aku bermunajat pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan padaku dan keluargaku hari ini. Semoga apa yang kami lakukan hari ini jika terdapat banyak kekhilafan Allah yang mengampuni dosa-dosa kami dan apabila terdapat banyak ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.    Bab 143. Mbak Asih sadar.

    "Ada apa, ya, Guccinya bisa jatuh sendiri, Ta?” tanya Mbak Wulan..“Setahu, aku, Mbak, biasanya sih, kesenggol kucing. Dia itu kan, punya kucing kecil. Dia tuh suka lari sana, lari sini dan suka merobohkan benda-benda gitu, tidak sengaja sih,” jawabku beralasan.“Ya, sudah enggak usah di perhatikan lebih baik kita sekarang masak sebentar lagi Magrib dan suami-suami kita pasti akan pulang," imbuhku.Kami menyiapkan bahan-bahan yang akan kami masak setelah Maghrib, meski sebenarnya hatiku gelisah karena memikirkan Gucci yang jatuh tadi, tapi aku berusaha bersikap biasa saja agar tetanggaku tidak mengetahui masalah yang kami hadapi saat ini.“Ita ... assalamualaikum lihat nih aku dapat coklat,” sapa Mbak Asih, dia masuk dari pintu samping.”“Coklat dari mana, Mbak, banyak sekali?” jawabku. Mbak Asih masih menenteng plastik berlogo minimarket terkenal seantero negeri ini.“Dapat, dari Mas Roni. Tadi aku ketemuan sama dia di ujung gang sana,” jawab Mbak Asih. Berarti benar apa yang diceri

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 142. Gucci.

    “Wah, boleh itu nanti habis Maghrib. Kalu kita masak-masaknya sekarang kan, ini sudah mau Maghrib lebih baik kita persiapan untuk salat dulu.”Tak lama berselang Mbak Wulan dan Mbak Fitri datang.“Waalaikumsalam ... alhamdulillah ada tamu jauh silakan Mbak Fitri, Mbak Wulan, masuk. Ayo, kita langsung ke ruang tengah saja!” ajakku pada kedua temanku. Aku bahagia sekali kalau ada tamu yang datang ke rumah.“Masya Allah ... Ita, Mbak benar-benar baru kali ini masuk rumah kamu. Waktu pengajian itu kan, tidak sempat datang yang datang suami. Masya Allah rumahmu bagus sekali, ya. Doakan Mbak Fitri biar bisa punya juga rumah begini, ya, walaupun tidak sebagus punya kamu setidaknya mirip-mirip sedikit lah, Mbak seneng loh kalau main di rumah orang kaya, tapi orang kayanya baik hati,” ucap Mbak Fitri.“Alhamdulillah Mbak ... ini semua berkat doa orang tua dan kegigihan kerja keras suamiku. Mari silakan, aku ambilin minum dulu ya, Mbak Wulan sama Mbak Fitri mau minum apa, nih?”“Ya, Allah, sera

DMCA.com Protection Status