“Tutup mulutmu sebelum aku marah Andira!.” Jack kembali emosi dan melihat mata Andira dengan hati berapi-api
“Percuma saja aku belajar jatuh cinta denganmu Jack, kau sama sekali tidak menginginkan semua itu.” Kata Andira, ia membalikkan tubuhnya dan air mata itu segera menetes.
'Mana mungkin seorang suami menyiksa istrinya sendiri seperti ini, kalau saja aku bisa memilih, aku akan menceraikanmu Jack, lebih baik kau menikah saja dengan wanita yang sudah mati itu di alam lain.'
“M–maaf.” suara Jack tiba-tiba terdengar canggung
“Maaf kalau aku menyakitimu, jangan menangis, aku akan berusaha lebih baik.” Jack memegang bahu Andira namun Andira menepis tangan nya.
“Selama kamu belum mencintai aku, jangan pernah menyentuh tubuhku sedikitpun.” Andira meminta Jack keluar dari kamar.
'Cinta? Aku bahkan sudah tidak tahu apakah masih ada cinta dalam hatiku untuk orang lain setelah Nasya'
Jack mengacak kepalanya, lalu meninju dinding keras.
Sementara Andira menangis di dalam kamar sambil meratapi kehidupan nya saat ini.
“Entah sampai kapan aku bisa mencintaimu Andira, dari dulu wanita yang aku cintai hanyalah Nasya!.” gumam Jackson Wang emosi
Dikediaman Queen, Reta menghubungi suaminya untuk memberi kabar tentang liburan Andira bersama Jack.
“Bagus! Dengan begitu dia bisa menjadi lebih dekat dengan Jack.” ucap Winston.
“Benar Pa, mereka berlibur hanya dalam satu bulan, semoga saja keduanya bisa saling beradaptasi dengan kehidupan mereka yang baru.” kata Reta.
“Nyonya, di luar ada Miss. Feer, katanya ingin bertemu dengan anda.” ucap bibi, kemudian Reta mematikan ponsel dan segera meminta Jenyfeer masuk.
“Tante.” sapa Jeny
“Ada apa Jen? Bukan kah Andira sudah bilang padamu kalau dia tidak dirumah selama satu bulan?.” Reta bertanya dengan wanita muda itu.
“Bukan itu yang ingin aku sampaikan, tapi ini benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa Jack memblokir nomor Franky? Padahal Tante tahu kalau Franky sangat mengkhawatirkan Andira saat ini?.” Jenyfeer memegang tangan Reta kemudian menatapnya lembut.
“Jeny, jika memang benar Jack memblokir nomor Franky, itu adalah hak nya sayang, dia adalah suami anak Tante saat ini, jadi Andira tidak mungkin melawan kemauan Jack.” Reta menjelaskan dengan hati-hati, lalu melihat wajah Jeny yang berubah jadi muram.
“Lagi pula aku kasihan dengan Franky, dia susah payah datang kesini hanya untuk Andira, tapi Andira justru menikah dengan orang lain.” gumam Jenyfeer, Reta Queen pun menghela nafas sebelum mengatakan sesuatu.
“Itu namanya belum jodoh, Tante mengerti kalau Franky sangat menyayangi Andira, tapi Andira menganggapnya tidak lebih dari seorang kakak Jen.” mendengar perkataan Mama Andira, Jenyfeer semakin kecewa lalu dia berpamitan pulang.
“Hati-hati dijalan ya nak.” kata Reta “Tante juga jaga diri baik-baik selama Andira tidak ada.”
Di hotel, Andira berniat untuk memasak beberapa makanan agar Jack bisa makan.
Menu makanan kali ini adalah sup daging lezat, Andira mengeluarkan sayuran dan mencucinya, kemudian ia mulai memotong sayuran itu.
“Aah!.” Tangan Andira teriris pisau tepat disaat Jack sedang ke dapur untuk mencari minum.
“Hei! Kamu harusnya hati-hati dong!.” Jack memegang tangan Andira dan menghisap jarinya yang teriris, Jack mengingat dengan apa yang dia lakukan dulu saat tangan Nasya juga teriris pisau ketika mengupas buah.
Andira hanya terdiam sambil menatap Jack bingung, sebelum akhirnya Jack melepaskan jari itu dan meniupi nya dengan manis.
“Apa kau kurang sehat Jack?.” Andira bertanya dan mengecek suhu suaminya, namun sepertinya tidak ada masalah.
“Kenapa bertanya begitu?! Kau pikir aku sedang sakit? Dengar ya, lain kali kau harus hati-hati, aku begini juga karena dulu tangan Nasya pernah teriris pisau.” Andira menghela nafas dan menundukkan kepala.
“Huh, jadi kau melakukan nya karena Nasya, yasudahlah tidak ada gunanya membicarakan itu, semua ini terlalu membuatku muak.” Andira menepis tangan Jack dan kembali memotong sayuran.
Lima hari berlalu, Andira sangat bosan karena melihat Jack hanya bermain ponsel sepanjang hari, sementara dirinya sendiri tak diperbolehkan bermain ponsel.
“Kau ini seperti tidak ada hal lain saja, setiap hari bermain ponsel terus.” Andira berkata dengan sinis, Jack meliriknya dengan alis berkerut kemudian meletakkan ponsel.
“Sepertinya ada yang iri dengan keseharianku, bosan ya tidak bisa bermain ponsel?.” Jack menatap Andira dari atas sampai bawah.
“Suami keterlaluan! Aku akan mencari ponselku dan memberitahu Mama tentang hal ini!.” Andira bergegas menuju kamar lalu Jack menariknya, karena adanya penarikan yang kasar Andira sampai tak bisa menyeimbangkan tubuh dan terbentur dinding.
“Aaah kepalaku.” Andira melepaskan tangan Jack dan memegang kepalanya.
“Andira..” wajah Jackson panik, ia segera melihat kening istrinya yang habis terbentur.
“B–biar aku obati.” Jack memegang kening itu kemudian Andira mendorongnya.
“Tidak perlu somanis! Kau selalu saja menyakitiku Jack! Apa salahku padamu?.” Andira berbalik ke kamar kemudian membereskan pakaian nya ke dalam koper.
“Andira tunggu!.” Jack masuk kedalam kamar dan melihat istrinya merapihkan pakaian.
“Mau kemana kau?!.” Jack marah, ada sedikit kelinglungan dihatinya.
“Aku akan pulang, ini kan yang kau mau? Bersenang-senanglah disini, jika kau mau ponselku ambil saja, aku bisa membeli yang baru, kalau Mama Aline bertanya, katakan saja kau sedang bersamaku, lagi pula kau tidak akan berani kan mengatakan yang sebenarnya.” Mata Andira berkaca-kaca.
“Ini sudah malam! Aku tidak mengizinkanmu keluar dari pintu ini!.” Jack menegaskan dengan dingin.
“Tidak perduli mau kau mengizinkan nya atau tidak, yang jelas aku sudah tidak tahan hidup dibawah tekanan seperti ini.” Andira menghapus air mata yang jatuh kemudian menyeret koper itu keluar.
“Andira berhenti!.” Jack menghentikan istrinya, lalu Andira menoleh sambil menatap jijik.
“Mau apa lagi Jack? Kurang puas kau menyiksaku?! Apa kau ingin menyakitiku sekali lagi sebelum aku keluar dari tempat ini?! Iya?!.” Jack melihat wajah Andira yang begitu sedih, lalu perlahan-lahan Jack memajukan langkah nya dan menarik koper itu.
“Kau tidak boleh pergi!.” Jack melempar koper yang dibawa oleh Andira ke lain arah.
“Apa-apaan sih kamu?!.” Andira ingin mengambil koper itu lagi tetapi Jack meraih tubuhnya.
“Aku sudah bilang, kau tidak boleh pergi.” suara Jack seketika melembut, tubuh mereka saat ini juga begitu dekat sampai hanya tersisa jarak yang sangat sedikit.
Jantung mereka saling berdegup kencang, entah apakah mereka saling mendengarnya atau tidak.
“Maafkan aku ya?.” Jack menatap wajah istrinya.
“Aku mohon Jack, jangan halangi aku seperti ini, katakan kalau kau memang tidak menginginkanku maka aku akan pergi.” suara halus Andira membuat Jack menghela nafas kemudian membelai rambutnya sejenak.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan alasan apapun.” tubuh Andira seketika gemetar kemudian menjawab sambil menangis.
“Katakan Jack, katakan kalau kau jijik padaku, aku bukan wanita yang kau inginkan, kau hanya menginginkan Nasya, bukan aku.” Hati Jack tiba-tiba terasa sesak saat melihat kesedihan Andira didepan matanya.
“Kau milikku Andira.” Jack mencium bibir bak cherry dihadapan nya.
“...” Andira membatu saat Jack mencium bibirnya dengan selembut itu.“Jangan pergi, oke?.” seperti terhipnotis dengan wajah kelembutan Jack sehingga Andira langsung mengangguk.Dikamar keduanya terdiam, lalu Jack membantu untuk merapihkan pakaian Andira ke dalam lemari.“Ini ponselmu, aku kembalikan. Walaupun begitu aku minta jangan pernah berhubungan dengan pria manapun selain aku.” Kata Jack, Andira pun setuju lalu memberikan selimut tebal kepada suaminya.“Pakailah ini, kau pasti akan kedinginan tanpa selimut.” Jack tersenyum sekilas lalu menerima pemberian itu.“Aku akan tidur.” Andira membasuh wajah dikamar mandi kemudian berbaring di ranjang.Dua jam kemudian, wanita itu terbangun karena ingin minum, lalu melihat Jackson tidur dengan tidak nyaman diatas sofa tanpa memakai selimut pemberian nya.Setela
“Ah Jack! Aku hanya ingin melihatnya.” Ucap Andira gugup.“Lancang kamu! Yang boleh membaca buku itu hanya aku! Kamu sama sekali tidak berhak!.” Jack memaki Andira sampai Andira tak mampu berkata apapun.“Kau memarahiku Jack?.” Andira bertanya dengan serius, lalu Jack mengernyit.“Kamu pikir, setelah kita tidur satu ranjang semalam, aku akan bersikap peduli padamu? Hah?! Lebih baik buang harapanmu jauh-jauh!.” Jack mengambil buku itu dari tangan Andira dengan kasar kemudian keluar kamar.BRAKK! Suara pintu itu membuat hati Andira terasa sakit, tak bisakah Jack memperlakukan istrinya dengan baik walaupun tidak ada cinta diantara mereka?“Baik, mungkin aku memang tidak seharusnya ada dihidupmu Jack.” Andira menghubungi Franky dan memintanya untuk menjemput dia dihotel ini.Karena jarak yang ditempuh dari tempa
Andira membaringkan tubuh dikasur, sementara Jack masih menatap bagian tangan istrinya yang terluka.“Untuk apa kau melihat lukaku sampai seperti itu? Apa kau sedang berpura-pura peduli padaku? Hah?.” Ucap Andira emosi.“Aku sedang berpikir, siapa orang yang ingin mencelakaimu.” Jackson menghubungi seseorang kemudian memberikan perintah.“Cepat cari orang yang ingin mencelakai Andira! Aku ingin info itu ditemukan dalam 1jam kedepan!.” Ucap Jack kemudian menutup telepon.“Hentikan aktingmu Jack!.” Andira marah.“Apa ini semua terlihat seperti akting, Nyonya Wang?.” Jack mendekati Andira dan melihat wajah wanita itu tanpa berkedip.“Ya! Kau memang akting Mrs. Wang! Mana mungkin kau peduli padaku, jika itu benar terjadi akan hujan petir malam ini!.” Tepat disaat Andira selesai berbicara, suara petir pun m
“Ups! jack! Itu Andira.” Marry menunjuk Andira yang pergi dengan kecewa. Jack sangat terkejut! Dia tidak sadar kalau Andira mengikutinya sampai ke Cafe ini.“Andira!.” Jack megejar Andira keluar Cafe, tapi Andira sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan melaju sangat kencang.Buru-buru Jackson mengejarnya, sekujur tubuhnya penuh oleh keringat, kali ini dia benar-benar takut akan hal buruk terjadi pada istrinya.“Itu semua belum seberapa Jack, kau tak sepantasnya menikah dengan wanita itu, jika adik ku mati, itu artinya yang pantas kau nikahi hanyalah aku!.” Marry berkata dengan marah.“Andira, hentikan mobilmu!.” Suara itu terus terulang dimulut Jack, lalu Jackson menelepon Andira, sayang sekali telepon itu tak dijawab.“Bisa-bisanya kau berselingkuh dibekakangku Jack! Kau bahkan bukan hanya sekedar menjijikan tapi kau juga termasuk manusi
Satu bulan kemudian, Andira datang menemui Jackson di perusahaan Wang.“Nyonya Wang, selamat datang!.” Ucap karyawan dikantor.“Berhenti memanggilku Nyonya Wang, panggil saja aku Andira.” Semua karyawan terdiam menatap wanita cantik yang sedang berjalan menuju lift itu.“Nyonya Wang, Tuan Jack sedang tidak bisa diganggu.” Andira menoleh ke arah sekretaris Jackson.“Kenapa?! Aku sedang ada perlu dengan Jackson!.” Ucap Andira menegaskan kata-katanya.“Tapi Nyonya, Tuan sedang menerima tamu didalam.” Tanpa berkata apapun lagi, Andira langsung masuk dan melihat Jackson bersama wanita cantik yang pernah berciuman di Cafe Pelangi dulu.“Oh, jadi ini tamunya? Sangat menarik! Maaf ya sepertinya aku sudah menganggu kebersamaan kalian, tapi jangan khawatir, aku hanya sebentar.” Andira berkata denga
“Lho ada apa??.” Reta bertanya serius, ia menatap Jack yang berlari mengejar Andira.“Aku akan bercerai dengan Jack! Jadi aku minta sama Mama untuk usir dia dari rumah ini!.” Kata Andira emosi.“Ma, bantu aku, aku sama sekali tidak mau bercerai dengan Andira.” Jack memohon kepada Reta.“Andira, ini bisa dibicarakan baik-baik, Jack sudah meminta maaf padamu kan nak.” Ucap Reta menenangkan putrinya.“Sampai kapanpun, aku tidak akan bicara baik-baik lagi dengan Jack! Dia telah mengkhianati aku!.” Andira menunjuk wajah Jack dengan marah.“Aku bersumpah, aku sama sekali tidak selingkuh dengan Marry.” Jack memegang tangan istrinya kuat-kuat.“Oh? Marry namanya? Aku akan simpan nama itu baik-baik didalam otak ku.” Mereka berdua terus beradu mulut sampai tidak menyadari kalau Aline su
“Edward! Aku minta cari tahu penyebab kecelakaan istriku! Bawa dia kesini sekarang!.” Mata Jack menjadi gelap, Edward benar-benar menyadari kemurkaan bos nya.“Baik Mrs. Wang, saya segera menjalankan perintah Anda.” Edward pergi meninggalkan Jack.Beberapa jam telah berlalu namun dokter belum juga keluar dari ruangan Andira, hati Jack semakin sakit dan cemas.Lalu tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Jack segera berdiri dan bicara dengan dokter.“B–bagaimana keadaan istriku?!.” Jack bertanya serius.“Tuan, pasien mengalami pendarahan yang hebat, denyut nadi nya pun sekarang melemah, kami harus mendapatkan donor darah secepatnya, terlebih saya juga ingin meminta maaf karena tidak bisa menyelamatkan janin didalam perut pasien, ia masih sangat muda sehingga tak mampu bertahan dengan keadaan seperti ini.” Dokter itu pergi meninggalkan Jackson yang membatu.
Sudah beberapa minggu Andira dirawat di rumah sakit, dan saat ini sudah waktunya diperbolehkan pulang.“Jack? Kamu tidak mengatakan apapun pada Mama kan?.” Tanya Andira.“Tidak perlu khawatir begitu, aku sama sekali belum memberitahukan tentang hal ini, kita pulang ke apartemen saja ya? Kalau nanti kamu sudah pulih, baru kita pulang ke rumah Mama.” Ajak Jackson.“Hmmm.”“Kenapa? Kau tidak mau ya pulang ke apartemen?.” Tanya Jack.“Bukan Jack, maksudku bukan itu, tapi... Mobilku.” Wajah Andira seketika murung dan Jack segera memahami situasinya.“Andira, itu tidak sebanding dengan nyawamu, aku janji akan membelikan mobil yang sama persis seperti itu lagi besok.” Kata Jack.“Serius? Kau mau membelikan nya lagi dengan warna dan bentuk yang sama?!.” Wani
“Jack!.” Teriak Marry.“Siapa yang memintamu bicara sekeras itu? Ha-ha, aku dengar ada yang minta dibebaskan ya?.” Kata Jackson.“Kau tega sekali padaku Jack, cepat keluarkan aku dari sini!.” Ucap Marry.“Aku tidak akan membebaskanmu dari sini kalau kau masih berani mencoba menyakiti istriku! Kau dengar, aku tidak akan segan-segan membunuhmu ditempat gelap ini jika kau menyentuh Andira walaupun hanya seujung jari.” Kata Jack.“Kalau kau menyentuh Nyonya Wang sama saja kau menyerahkan nyawamu ditangan Tuan.” Jelas Edward.“Lalu apa yang akan membuatmu percaya bahwa aku tidak akan menyentuh wanita sialan itu?!.” Marry Emosi.“Tutup mulutmu! Kau yang sialan!.” Edward menodongkan pisau ke arah mulut Marry, wanita itu sempat terkejut setengah mati dan akhirnya diam.
Sudah beberapa minggu Andira dirawat di rumah sakit, dan saat ini sudah waktunya diperbolehkan pulang.“Jack? Kamu tidak mengatakan apapun pada Mama kan?.” Tanya Andira.“Tidak perlu khawatir begitu, aku sama sekali belum memberitahukan tentang hal ini, kita pulang ke apartemen saja ya? Kalau nanti kamu sudah pulih, baru kita pulang ke rumah Mama.” Ajak Jackson.“Hmmm.”“Kenapa? Kau tidak mau ya pulang ke apartemen?.” Tanya Jack.“Bukan Jack, maksudku bukan itu, tapi... Mobilku.” Wajah Andira seketika murung dan Jack segera memahami situasinya.“Andira, itu tidak sebanding dengan nyawamu, aku janji akan membelikan mobil yang sama persis seperti itu lagi besok.” Kata Jack.“Serius? Kau mau membelikan nya lagi dengan warna dan bentuk yang sama?!.” Wani
“Edward! Aku minta cari tahu penyebab kecelakaan istriku! Bawa dia kesini sekarang!.” Mata Jack menjadi gelap, Edward benar-benar menyadari kemurkaan bos nya.“Baik Mrs. Wang, saya segera menjalankan perintah Anda.” Edward pergi meninggalkan Jack.Beberapa jam telah berlalu namun dokter belum juga keluar dari ruangan Andira, hati Jack semakin sakit dan cemas.Lalu tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Jack segera berdiri dan bicara dengan dokter.“B–bagaimana keadaan istriku?!.” Jack bertanya serius.“Tuan, pasien mengalami pendarahan yang hebat, denyut nadi nya pun sekarang melemah, kami harus mendapatkan donor darah secepatnya, terlebih saya juga ingin meminta maaf karena tidak bisa menyelamatkan janin didalam perut pasien, ia masih sangat muda sehingga tak mampu bertahan dengan keadaan seperti ini.” Dokter itu pergi meninggalkan Jackson yang membatu.
“Lho ada apa??.” Reta bertanya serius, ia menatap Jack yang berlari mengejar Andira.“Aku akan bercerai dengan Jack! Jadi aku minta sama Mama untuk usir dia dari rumah ini!.” Kata Andira emosi.“Ma, bantu aku, aku sama sekali tidak mau bercerai dengan Andira.” Jack memohon kepada Reta.“Andira, ini bisa dibicarakan baik-baik, Jack sudah meminta maaf padamu kan nak.” Ucap Reta menenangkan putrinya.“Sampai kapanpun, aku tidak akan bicara baik-baik lagi dengan Jack! Dia telah mengkhianati aku!.” Andira menunjuk wajah Jack dengan marah.“Aku bersumpah, aku sama sekali tidak selingkuh dengan Marry.” Jack memegang tangan istrinya kuat-kuat.“Oh? Marry namanya? Aku akan simpan nama itu baik-baik didalam otak ku.” Mereka berdua terus beradu mulut sampai tidak menyadari kalau Aline su
Satu bulan kemudian, Andira datang menemui Jackson di perusahaan Wang.“Nyonya Wang, selamat datang!.” Ucap karyawan dikantor.“Berhenti memanggilku Nyonya Wang, panggil saja aku Andira.” Semua karyawan terdiam menatap wanita cantik yang sedang berjalan menuju lift itu.“Nyonya Wang, Tuan Jack sedang tidak bisa diganggu.” Andira menoleh ke arah sekretaris Jackson.“Kenapa?! Aku sedang ada perlu dengan Jackson!.” Ucap Andira menegaskan kata-katanya.“Tapi Nyonya, Tuan sedang menerima tamu didalam.” Tanpa berkata apapun lagi, Andira langsung masuk dan melihat Jackson bersama wanita cantik yang pernah berciuman di Cafe Pelangi dulu.“Oh, jadi ini tamunya? Sangat menarik! Maaf ya sepertinya aku sudah menganggu kebersamaan kalian, tapi jangan khawatir, aku hanya sebentar.” Andira berkata denga
“Ups! jack! Itu Andira.” Marry menunjuk Andira yang pergi dengan kecewa. Jack sangat terkejut! Dia tidak sadar kalau Andira mengikutinya sampai ke Cafe ini.“Andira!.” Jack megejar Andira keluar Cafe, tapi Andira sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan melaju sangat kencang.Buru-buru Jackson mengejarnya, sekujur tubuhnya penuh oleh keringat, kali ini dia benar-benar takut akan hal buruk terjadi pada istrinya.“Itu semua belum seberapa Jack, kau tak sepantasnya menikah dengan wanita itu, jika adik ku mati, itu artinya yang pantas kau nikahi hanyalah aku!.” Marry berkata dengan marah.“Andira, hentikan mobilmu!.” Suara itu terus terulang dimulut Jack, lalu Jackson menelepon Andira, sayang sekali telepon itu tak dijawab.“Bisa-bisanya kau berselingkuh dibekakangku Jack! Kau bahkan bukan hanya sekedar menjijikan tapi kau juga termasuk manusi
Andira membaringkan tubuh dikasur, sementara Jack masih menatap bagian tangan istrinya yang terluka.“Untuk apa kau melihat lukaku sampai seperti itu? Apa kau sedang berpura-pura peduli padaku? Hah?.” Ucap Andira emosi.“Aku sedang berpikir, siapa orang yang ingin mencelakaimu.” Jackson menghubungi seseorang kemudian memberikan perintah.“Cepat cari orang yang ingin mencelakai Andira! Aku ingin info itu ditemukan dalam 1jam kedepan!.” Ucap Jack kemudian menutup telepon.“Hentikan aktingmu Jack!.” Andira marah.“Apa ini semua terlihat seperti akting, Nyonya Wang?.” Jack mendekati Andira dan melihat wajah wanita itu tanpa berkedip.“Ya! Kau memang akting Mrs. Wang! Mana mungkin kau peduli padaku, jika itu benar terjadi akan hujan petir malam ini!.” Tepat disaat Andira selesai berbicara, suara petir pun m
“Ah Jack! Aku hanya ingin melihatnya.” Ucap Andira gugup.“Lancang kamu! Yang boleh membaca buku itu hanya aku! Kamu sama sekali tidak berhak!.” Jack memaki Andira sampai Andira tak mampu berkata apapun.“Kau memarahiku Jack?.” Andira bertanya dengan serius, lalu Jack mengernyit.“Kamu pikir, setelah kita tidur satu ranjang semalam, aku akan bersikap peduli padamu? Hah?! Lebih baik buang harapanmu jauh-jauh!.” Jack mengambil buku itu dari tangan Andira dengan kasar kemudian keluar kamar.BRAKK! Suara pintu itu membuat hati Andira terasa sakit, tak bisakah Jack memperlakukan istrinya dengan baik walaupun tidak ada cinta diantara mereka?“Baik, mungkin aku memang tidak seharusnya ada dihidupmu Jack.” Andira menghubungi Franky dan memintanya untuk menjemput dia dihotel ini.Karena jarak yang ditempuh dari tempa
“...” Andira membatu saat Jack mencium bibirnya dengan selembut itu.“Jangan pergi, oke?.” seperti terhipnotis dengan wajah kelembutan Jack sehingga Andira langsung mengangguk.Dikamar keduanya terdiam, lalu Jack membantu untuk merapihkan pakaian Andira ke dalam lemari.“Ini ponselmu, aku kembalikan. Walaupun begitu aku minta jangan pernah berhubungan dengan pria manapun selain aku.” Kata Jack, Andira pun setuju lalu memberikan selimut tebal kepada suaminya.“Pakailah ini, kau pasti akan kedinginan tanpa selimut.” Jack tersenyum sekilas lalu menerima pemberian itu.“Aku akan tidur.” Andira membasuh wajah dikamar mandi kemudian berbaring di ranjang.Dua jam kemudian, wanita itu terbangun karena ingin minum, lalu melihat Jackson tidur dengan tidak nyaman diatas sofa tanpa memakai selimut pemberian nya.Setela