Rei tidak tahu mengapa Flo kabur begitu saja tanpa menghabiskan sarapannya. Dia lantas berpikir apa ada yang salah dengan kata-katanya tadi.“Pa, mommy Flo kenapa?” tanya Lala tidak mengerti akan sikap Flo yang aneh.“Mungkin mommy sedang buru-buru, takut terlambat ke kantornya,” ujar Rei memberi jawaban aman. “cepat habiskan sarapanmu biar Papa antar kamu ke sekolah.”Lala mengangguk patuh dan mengunyah potongan terakhir buah yang disediakan Flo untuk mereka bertiga.Usai sarapan, Lala masuk ke kamar mengambil tas sekolah lalu memasang sepatunya yang tersusun di rak bersama sepatu lainnya. Selama perjalanan ke sekolah Lala, Rei lebih banyak diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.“Sudah lama juga ya Papa tidak mengantarku ke sekolah?” celetuk Lala tiba-tiba memecah kesunyian.Rei menoleh ke arah anaknya. Sejak ada Flo otomatis intensitas kebersamaannya dengan Lala jauh berkurang. Karena sekarang ke mana-mana Lala selalu mengandalkan Flo ketimbang dirinya. Mulai dari mengantar ke s
Rei dan Clara dibawa ke ruangan lain untuk meeting dengan tim kreatif. Clara terlihat senang, sedang Rei merasa biasa-biasa saja. Mukanya juga tampak datar, sedatar hidupnya.Jack sebagai pimpinan tim kreatif membuka obrolan dan memulai pertemuan mereka hari itu.“Rei dan Clara, sesuai dengan yang kita rencanakan, nanti kalian harus tampil berdua ke mana pun. Kalian harus terlihat mesra di depan publik. Intinya, kalian harus membangun persepsi orang-orang kalau kalian berdua memiliki hubungan spesial.”Clara manggut-manggut tanda mengerti, tapi sepertinya Rei agak keberatan dengan rencana tersebut.“Mesra? Bukankah hanya perlu tampil bersama?”“Rei, untuk mencapai tujuan kita, kalian harus total. Di depan orang-orang kalian harus menunjukkan kalau benar-benar saling menyukai dan tertarik satu sama lain. Kalau perlu kamu peluk dan rangkul Clara di depan mereka.”“Apa?” kata Rei terkejut. “aku tidak setuju.” Rei menolak keras rencana itu. Rei mungkin bersedia kalau hanya tampil di publ
Flo baru saja datang dan bermaksud masuk ke kantornya saat Chelsea berteriak memanggil namanya.Menoleh ke belakang, Flo mendapati Chelsea sedang berjalan ke arahnya. Tangannya menggenggam tabloid atau majalah. Flo tidak tahu karena jarak mereka yang belum terlalu dekat.“Ada apa, Chel?”“Rei, Flo, Rei…,” jawab Chelsea dengan napas terengah-engah.“Rei suamiku?”“Iya. Rei yang kukenal kan hanya suamimu.”“Rei kenapa?”Lalu Chelsea menunjukkan majalah di tangannya pada Flo setelah membuka halamannya.Saat itu juga mata besar Flo melebar saat melihat tulisan yang ditulis besar-besar dalam artikel.REI AND CLARA, THE NEXT ROMEO AND JULIET.Darah Flo berdesir. Hatinya bergetar. Terlebih lagi saat melihat foto Rei bersama Clara di sana. Keduanya berdiri dengan jarak yang begitu rapat dengan senyum tersungging di bibir. Tapi di mana tangan Rei? Flo tidak melihatnya. Dan ternyata Rei menyembunyikan tangannya di belakang punggung Clara. Rei merangkul gadis itu.“Flo, kamu baik-baik saja kan?
Belakangan ini Flo mengambil alih banyak tugas Rei. Seperti mengantar dan menjemput Lala ke sekolah, menemani belajar, hingga menyediakan apa pun kebutuhannya selengkap dan sedetail mungkin. Seperti saat ini. Di sela-sela kesibukannya Flo menyempatkan diri menjemput Lala ke sekolah karena tahu sendiri, Rei tidak akan bisa.Saat Flo tiba di sekolah Lala, anak itu masih berada di kelas. Gurunya mengatakan kalau Lala baru akan pulang tiga puluh menit lagi. Flo memutuskan menunggu di bangku di bawah pohon sambil menikmati semilir angin yang berembus.‘Sial, kenapa aku jadi memikirkan Rei terus?’ Flo mengumpat di dalam hati. Sejak mengetahui berita mengenai Rei dan Clara tadi pagi suasana hatinya memburuk sempurna. Ingin rasanya Flo berteriak keras-keras melampiaskan kekesalannya. Tapi yang bisa dilakukannya hanya berharap agar semua ini segera berlalu. Andai saja bisa, Flo ingin amnesia saja agar tidak mengetahui apa pun mengenai kedekatan Rei dan si kucing kecil itu.”Flo, kamu di sini
“Tunggu apa lagi, Kyle?” tegur Flo karena Kyle termangu saat keduanya tepat berada di depan sepeda motor milik lelaki itu.Kyle tampak ragu mengajak Flo pergi dan tetap berdiri di tempatnya. “Flo, bukankah dia Rei suamimu? Kenapa kalian seperti tidak saling kenal?” tanya Kyle heran karena melihat sepasang suami istri itu tidak saling berteguran.“Di rumah dia memang suamiku tapi kalau di luar dia adalah artis.”“Hah? Bisa jelaskan padaku apa maksudnya?” Kyle semakin heran mendengar kata-kata Flo.“Nanti aku jelaskan, tapi sekarang bawa aku pergi dari sini,” desis Flo dengan geraham gemeretuk menahan jengkel.Tanpa banyak kata Kyle segera menyalakan mesin motornya. Flo langsung meloncat ke boncengannya dan memeluknya erat-erat. Kyle terkesiap saat merasakan tangan Flo yang melekat erat di tubuhnya. Kenapa Flo memeluknya?Kyle memacu motor sport 250 cc miliknya di jalan raya begitu melihat mendung hitam menggantung di langit. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Baru s
Setelah hujan reda Flo dan Kyle meninggalkan tempat berteduh mereka tadi. Keduanya langsung ke sekolah Lala. Tapi ternyata Lala sudah pergi.“Lala sudah dijemput papanya, Aunty,” beritahu Charlie—keponakan Kyle.Flo mendesah kecewa. Pasti Rei sengaja ingin membalasnya. Tapi tidak apa-apa. Lala kan anaknya, jadi dia lebih berhak atas gadis kecil itu.“Flo, aku duluan,” tegur Kyle pada Flo yang melamun.“Kyle, apa kamu mau bekerja di tempatku?” tanya Flo sebelum Kyle benar-benar pergi dari hadapannya.“Maksudmu?”“Tadi kamu bilang belum mendapat pekerjaan. Aku bisa membantumu. Memang gajinya tidak terlalu besar, tapi aku rasa jauh lebih baik daripada menjadi pengangguran.”“Jadi maksudmu aku menjadi wedding planner sepertimu?”“Iya, gimana?”Kyle diam dan tampak berpikir. Walaupun pekerjaan yang ditawarkan Flo bukanlah passion-nya, tapi mungkin akan lebih baik jika dia menerima dari pada menganggur seperti ini.“Oke, Flo, boleh. Jadi dokumen apa yang saja yang harus aku siapkan?"“Tidak
Flo baru saja pulang kerja dan masuk ke dalam rumah saat Lala menyongsongnya dan menyambut dengan riang. “Mommy, aku punya ini.”“Apa itu, La?” tanya Flo memerhatikan kotak yang berada dalam genggaman Lala. “Ini puding, Mom, aunty Clara yang kasih. Aku sudah coba satu slice, rasanya enak. Mommy juga harus mencobanya.”Rasanya kepala Flo langsung pusing. Dia baru saja pulang dan berharap bisa beristirahat dengan tenang tapi malah merasa semakin penat saat mendengar pujian Lala terhadap Clara.“Maaf, La, Mommy tidak suka puding, lagi pula Mommy baru saja selesai makan dan masih kenyang,” tolak Flo halus.“Tapi puding yang ini sangat enak, Mom. Mommy harus mencobanya.” Lala terus berusaha membujuk Flo agar mengikuti kemauannya.“Letakkan saja di kulkas dulu, nanti kalau Mommy lapar, Mommy akan memakannya,” tandas Flo dan segera masuk ke kamar.Rei baru saja selesai mandi dan keluar dari ruang basah itu dengan handuk putih yang menggantung rendah di pinggulnya.Tanpa sengaja mata Flo te
Rei berjalan mendekati pintu lantas menguncinya rapat-rapat. Sementara Flo duduk menunggu di tepi ranjang. Saat memutar tubuh Rei mendapati istrinya itu sedang menggigit bibirnya sendiri lalu membasahinya dengan lidah yang membuat tubuhnya gemetar. Rei tidak mengerti apa yang dimiliki Flo. Hanya dengan melihat gesturnya saja tapi berhasil membangunkan adik kecilnya.Rei mengambil langkah mendekati Flo lalu menempelkan telunjuk di bibirnya.“Kalau ada aku kenapa harus menggigit bibir sendiri? Aku bisa membantumu melakukannya.”Rei mengambil tempat di sebelah Flo lalu mengangkat tubuh istrinya itu dan mendudukkan di pangkuannya.Flo yang kini sudah duduk di atas paha Rei merasakan detak jantungnya yang memacu dengan kencang. Adik kecil Rei yang mengeras terasa menusuk-nusuk bagian bawah tubuh Flo.Dag… dig… dug… Flo mencengkram ujung bajunya. Dia sedikit khawatir degup jantungnya yang berdetak cepat akan terdengar sampai ke luar.Rei menopangkan dagu di pundak Flo setelah tangannya mel
Cairan dari bawah tubuhnya terus merembes tanpa bisa ditahan. Flo tidak tahu itu cairan apa. Tapi sepertinya bukan urin, karena setahunya kalau urin masih bisa ditahan agar tidak keluar. Flo yang tadinya sudah pasrah seperti ditampar kesadaran. Dia tidak mungkin melahirkan anaknya sendiri di sini. Dia tidak boleh egois dengan hanya memikirkan dirinya sendiri.Bangkit dari berbaring dengan kondisi tubuh yang teramat lemah, Flo mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Dia merangkak ke luar dan berusaha mencari pertolongan. Mungkin ada orang di luar sana yang bisa membantunya.Namun belum sempat sampai di pintu, Flo menyerah dan kembali berbaring di lantai. Satu-satunya yang kini dia harapkan adalah akan datang keajaiban padanya. Sambil memejamkan mata, Flo mengusap perut dan terus berdoa di dalam hati.Mukjizat itu akhirnya pun tiba. Anne yang sejak tadi merasa perasaannya tidak enak dan seperti mendapatkan firasat buruk memutuskan untuk pulang ke rumah. Anne langsung menerobos masuk ke dalam
“Pa, ini ada surat dari sekolah.” Lala mengeluarkan amplop dari dalam tasnya dan memberikan pada Rei.Setelah membacanya, Rei kemudian mengangkat kepala, menghadap pada sang putri. Rei menghela napas. Surat itu adalah surat pemberitahuan atapun undangan untuk wali murid agar menghadiri pertemuan di sekolah. Masalahnya, besok Rei tidak bisa menghadirinya karena sudah ada acara di tempat lain dan tidak bisa dibatalkan.“La, sepertinya Papa tidak bisa datang. Papa sudah ada acara di tempat lain. Tidak apa-apa kan kalau Papa tidak hadir di sekolahmu?” ucap Rei penuh rasa bersalah.Lala tampak kecewa mendengar jawaban Rei. “Tapi sebelumnya Papa juga tidak datang, aku malu, Pa…” Suara Lala terdengar setengah merengek.Rei menggaruk-garuk leher belakangnya kebingungan. Sebenarnya dia juga tidak tega melihat Lala kecewa seperti ini. Tapi dia tidak punya cara lain. “Oke, Papa akan datang, nanti Papa akan telepon dulu untuk membatalkan acaranya,” putus Rei kemudian. Bagaimanapun kebahagiaan La
“Bagaimana bisa kamu ngidam makanan Asia?” tanya Anne setelah mereka berada di mobil. Gadis itu keheranan sendiri. Yang dia tahu Flo tidak suka makanan sejenis itu.Flo tersenyum getir di balik maskernya. Dia mengingat kembali masa-masa yang telah berlalu. Sebut saja masa-masa indah yang pernah ada dalam hidupnya. “Dulu aku memang tidak suka makanan Asia, tapi ternyata tidak kalah enak dari makanan kita. Rei yang mengenalkannya padaku,” beritahunya kemudian.“Benarkah?” tanya Anne lagi kurang yakin.“Tentu saja.” Flo mengangguk mantap. “kalau kamu tidak percaya nanti coba saja. Aku jamin pasti ketagihan.”“Boleh.” Anne tersenyum lebar dan tidak sabar ingin mencicipinya.Keduanya mengedarkan mata ke sisi kiri kanan jalan. Mencari-cari di mana letak restoran Asia berada. Saat menemukannya Anne langsung membelokkan mobil ke sana dan mengajak Flo turun. Tapi alangkah kecewanya mereka karena tidak mendapat apa yang mereka inginkan. Tidak ada sate di sana. Mereka hanya menjual makanan Asia
Flo terpaku dengan handphone yang berada dalam genggamannya. Sudah sejak beberapa detik atau bahkan menit yang lalu dia mengamati foto yang dikirim Kyle. Semua kian menjadi nyata. Tidak ada alasan lagi baginya untuk tetap memertahankan hubungannya dengan Rei.“Aku ikut prihatin, Flo.” Tiba-tiba saja Anne sudah berada di belakang Flo. Entah sejak kapan, tapi pasti dia melihat dengan jelas ke arah layar gawai Flo sehingga dia bisa berkata begitu.Flo menoleh ke arah Anne dan bersikap seolah baginya hal itu bukanlah masalah yang besar. Anne mungkin masih muda tapi pikirannya jauh lebih dewasa dari usia yang sesungguhnya.“Flo, aku mungkin belum menikah, tapi aku mengerti perasaanmu. Aku ikut sedih,” ucap Anne menunjukkan simpati sambil mengambil tempat duduk di kasur di hadapan kakak tirinya itu.Flo tersenyum singkat. “Tidak apa-apa, An, bukan masalah kok. Tapi aku bosan di rumah, boleh aku ikut denganmu?” “Tapi kamu kan sedang hamil,” ujar Anne sembari menjatuhkan mata pada perut Flo
PS: Halo Kak, bab sebelumnya udah diedit ya. Jika di tampilan Kakak masih bab yang salah mungkin butuh waktu sedikit lagi untuk penyesuaian. Maaf atas ketidaknyamanan ini.***“Kami sudah berusaha dengan mengerahkan tim terbaik kami. Usaha yang kami lakukan pun sudah lebih dari maksimal. Namun dengan berat hati kami sampaikan bahwa istri anda dinyatakan sudah meninggal.”“Apa?” ulang Rei nyaris tidak bisa memercayai apa yang baru saja didengarnya.“Chris, kamu yakin kalau Flo benar-benar hilang?” Clara yang siang itu ikut mendampingi Rei tak ketinggalan bertanya.Chris menganggukkan kepala dengan berat hati. “Kami menemukan jenazah seorang wanita tanpa identitas yang ciri-cirinya mirip dengan istrimu. Dia ditemukan meninggal di pinggir kota di dekat San Sebastian. Walau buktinya terdengar kurang meyakinkan, namun bisa jadi dia adalah istrimu,” ucap Chris menatap Rei dengan tatapan prihatin.Rei menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Impossible!” bantahnya. “Flo tidak mungkin me
Rei menghempaskan dirinya di sofa. Dia dan Clara baru saja pulang dari kantor polisi untuk melaporkan segala masalahnya. Rei menceritakan semua kronologinya mulai dari awal hingga akhir tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Meski mereka sempat menyesali sikap Rei yang baru sekarang melapor dan hanya mencari Flo dengan menggunakan orang-orangnya juga, tapi akhirnya mereka berjanji akan menuntaskan kasus itu sesegera mungkin. Masalah ini benar-benar membuat Rei sangat lelah. “Pa, apa mommy Flo masih lama pulangnya?” Lala terus bertanya. “Sabar ya, kita tunggu saja kabarnya, tapi Papa yakin kalau mommymu pasti akan segera kembali.” “Andai saja ada mommy pasti semua tidak akan begini. Pasti rumah kita tidak akan sepi. Mommy bisa menemaniku dan memberitahuku tentang apa saja,” ujar Lala mneyesali keadaan mereka sekarang. Ungkapan hati Lala tersebut justru membuat Rei semakin tersiksa. Andai saja… Ya, begitu banyak pengandaian yang ingin dia ungkapkan. “Aduh, Pa…” Kamu kenapa?”
Clara keluar dari kamar Lala dan bertemu dengan Rei di ruang tengah.“Sudah mau pulang?” tanya Rei pada Clara melihat tas yang tersampir di pundak kanan perempuan itu.“Iya, aku pikir tugasku sudah selesai di sini. Boleh kan aku pulang sekarang?”“Boleh, aku juga akan pergi ke kantor polisi,” kata Rei memberitahu.“Kantor polisi? Untuk apa? Apa yang akan kamu lakukan di sana?” Kerutan dalam tercipta di dahi Clara.“Aku pikir mungkin sebaiknya melaporkan tentang masalah Flo. Aku sudah mencoba mencarinya dengan menggunakan caraku sendiri, namun tidak berhasil. Siapa tahu akan berhasil jika diserahkan pada ahlinya.”Clara terdiam selama beberapa detik seakan sedang memikirkan sesuatu. Begitu merasa yakin, gadis itu kemudian mengungkapkan pikirannya yang tersimpan pada Rei.“Rei, aku punya kerabat yang kebetulan kerja di sana. Mungkin dia bisa membantumu dan prosesnya pun akan lebih cepat. Kalau kamu setuju aku bersedia mengenalkannya padamu. Gimana?”“Tentu saja aku mau. Berapa bayarann
Rei membuka pintu rumah dan menemukan Clara ada di rumah bersama anak perempuannya.“Rei, kamu akhirnya pulang juga.” Clara yang sedang membantu Lala mengerjakan PR sontak berdiri menyambut kedatangan Rei.“Astaga, Clara, ternyata kamu yang membawa Lala pulang, Aku sudah khawatir karena tidak menemukannya di sekolah,” ucap Rei memberitahu. Tadi dia sudah menjemput Lala ke sekolah tapi gurunya mengatakan kalau Lala sudah dijemput oleh tantenya. “Sorry, Rei, aku lupa memberitahumu, tapi aku hanya ingin membantumu,” jawab Clara sedikit merasa bersalah saat melihat raut khawatir lelaki itu.“Lain kali tolong beritahu aku dulu kalau ingin menjemput Lala atau ingin membawanya ke mana pun,” kesal Rei.“Iya, Rei, baik.”Rei mengembuskan napas lantas duduk di sofa. Dia ingin beristirahat sejenak. Diambilnya remot lantas menyalakan televisi dan memilih-milih saluran. Tapi ternyata tidak ada satu pun yang berhasil menarik minatnya. Pada akhirnya Rei mematikan kembali televisinya. Matanya lantas
“Jenis kelaminnya laki-laki. Kondisinya sehat dan normal.”Flo melebarkan bibirnya mendengar keterangan dari dokter. Matanya ikut memindai monitor USG yang menampilkan hasil gerakan serta kondisi janin di dalam rahimnya. Tanpa terasa ini adalah bulan kelima Flo mengandung buah cintanya bersama Rei. Dan selama itu dia benar-benar putus komunikasi dengan sang suami. Flo tidak ingin berharap lagi untuk kembali. Apalagi dari kabar yang dia dengar hubungan Rei dan Clara semakin menjadi.Flo keluar dari ruangan dokter setelah dibekali nasehat-nasehat mengenai kesehatan dia dan calon bayinya. Selanjutnya langkah Flo tertuju ke arah apotik. Dia harus menebus obat-obatan ataupun vitamin yang diresepkan untuknya. Kali ini Flo datang sendiri karena ibu dan adik tirinya tidak bisa menemani.Sambil menunggu namanya dipanggil, Flo duduk di kursi tunggu apotik sembari mengelus-elus perutnya. Di dalam sana sedang tumbuh buah cintanya dengan lelaki yang dia sayangi. Andai saja Rei tahu pasti dia akan