Flo baru saja datang dan bermaksud masuk ke kantornya saat Chelsea berteriak memanggil namanya.Menoleh ke belakang, Flo mendapati Chelsea sedang berjalan ke arahnya. Tangannya menggenggam tabloid atau majalah. Flo tidak tahu karena jarak mereka yang belum terlalu dekat.“Ada apa, Chel?”“Rei, Flo, Rei…,” jawab Chelsea dengan napas terengah-engah.“Rei suamiku?”“Iya. Rei yang kukenal kan hanya suamimu.”“Rei kenapa?”Lalu Chelsea menunjukkan majalah di tangannya pada Flo setelah membuka halamannya.Saat itu juga mata besar Flo melebar saat melihat tulisan yang ditulis besar-besar dalam artikel.REI AND CLARA, THE NEXT ROMEO AND JULIET.Darah Flo berdesir. Hatinya bergetar. Terlebih lagi saat melihat foto Rei bersama Clara di sana. Keduanya berdiri dengan jarak yang begitu rapat dengan senyum tersungging di bibir. Tapi di mana tangan Rei? Flo tidak melihatnya. Dan ternyata Rei menyembunyikan tangannya di belakang punggung Clara. Rei merangkul gadis itu.“Flo, kamu baik-baik saja kan?
Belakangan ini Flo mengambil alih banyak tugas Rei. Seperti mengantar dan menjemput Lala ke sekolah, menemani belajar, hingga menyediakan apa pun kebutuhannya selengkap dan sedetail mungkin. Seperti saat ini. Di sela-sela kesibukannya Flo menyempatkan diri menjemput Lala ke sekolah karena tahu sendiri, Rei tidak akan bisa.Saat Flo tiba di sekolah Lala, anak itu masih berada di kelas. Gurunya mengatakan kalau Lala baru akan pulang tiga puluh menit lagi. Flo memutuskan menunggu di bangku di bawah pohon sambil menikmati semilir angin yang berembus.‘Sial, kenapa aku jadi memikirkan Rei terus?’ Flo mengumpat di dalam hati. Sejak mengetahui berita mengenai Rei dan Clara tadi pagi suasana hatinya memburuk sempurna. Ingin rasanya Flo berteriak keras-keras melampiaskan kekesalannya. Tapi yang bisa dilakukannya hanya berharap agar semua ini segera berlalu. Andai saja bisa, Flo ingin amnesia saja agar tidak mengetahui apa pun mengenai kedekatan Rei dan si kucing kecil itu.”Flo, kamu di sini
“Tunggu apa lagi, Kyle?” tegur Flo karena Kyle termangu saat keduanya tepat berada di depan sepeda motor milik lelaki itu.Kyle tampak ragu mengajak Flo pergi dan tetap berdiri di tempatnya. “Flo, bukankah dia Rei suamimu? Kenapa kalian seperti tidak saling kenal?” tanya Kyle heran karena melihat sepasang suami istri itu tidak saling berteguran.“Di rumah dia memang suamiku tapi kalau di luar dia adalah artis.”“Hah? Bisa jelaskan padaku apa maksudnya?” Kyle semakin heran mendengar kata-kata Flo.“Nanti aku jelaskan, tapi sekarang bawa aku pergi dari sini,” desis Flo dengan geraham gemeretuk menahan jengkel.Tanpa banyak kata Kyle segera menyalakan mesin motornya. Flo langsung meloncat ke boncengannya dan memeluknya erat-erat. Kyle terkesiap saat merasakan tangan Flo yang melekat erat di tubuhnya. Kenapa Flo memeluknya?Kyle memacu motor sport 250 cc miliknya di jalan raya begitu melihat mendung hitam menggantung di langit. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Baru s
Setelah hujan reda Flo dan Kyle meninggalkan tempat berteduh mereka tadi. Keduanya langsung ke sekolah Lala. Tapi ternyata Lala sudah pergi.“Lala sudah dijemput papanya, Aunty,” beritahu Charlie—keponakan Kyle.Flo mendesah kecewa. Pasti Rei sengaja ingin membalasnya. Tapi tidak apa-apa. Lala kan anaknya, jadi dia lebih berhak atas gadis kecil itu.“Flo, aku duluan,” tegur Kyle pada Flo yang melamun.“Kyle, apa kamu mau bekerja di tempatku?” tanya Flo sebelum Kyle benar-benar pergi dari hadapannya.“Maksudmu?”“Tadi kamu bilang belum mendapat pekerjaan. Aku bisa membantumu. Memang gajinya tidak terlalu besar, tapi aku rasa jauh lebih baik daripada menjadi pengangguran.”“Jadi maksudmu aku menjadi wedding planner sepertimu?”“Iya, gimana?”Kyle diam dan tampak berpikir. Walaupun pekerjaan yang ditawarkan Flo bukanlah passion-nya, tapi mungkin akan lebih baik jika dia menerima dari pada menganggur seperti ini.“Oke, Flo, boleh. Jadi dokumen apa yang saja yang harus aku siapkan?"“Tidak
Flo baru saja pulang kerja dan masuk ke dalam rumah saat Lala menyongsongnya dan menyambut dengan riang. “Mommy, aku punya ini.”“Apa itu, La?” tanya Flo memerhatikan kotak yang berada dalam genggaman Lala. “Ini puding, Mom, aunty Clara yang kasih. Aku sudah coba satu slice, rasanya enak. Mommy juga harus mencobanya.”Rasanya kepala Flo langsung pusing. Dia baru saja pulang dan berharap bisa beristirahat dengan tenang tapi malah merasa semakin penat saat mendengar pujian Lala terhadap Clara.“Maaf, La, Mommy tidak suka puding, lagi pula Mommy baru saja selesai makan dan masih kenyang,” tolak Flo halus.“Tapi puding yang ini sangat enak, Mom. Mommy harus mencobanya.” Lala terus berusaha membujuk Flo agar mengikuti kemauannya.“Letakkan saja di kulkas dulu, nanti kalau Mommy lapar, Mommy akan memakannya,” tandas Flo dan segera masuk ke kamar.Rei baru saja selesai mandi dan keluar dari ruang basah itu dengan handuk putih yang menggantung rendah di pinggulnya.Tanpa sengaja mata Flo te
Rei berjalan mendekati pintu lantas menguncinya rapat-rapat. Sementara Flo duduk menunggu di tepi ranjang. Saat memutar tubuh Rei mendapati istrinya itu sedang menggigit bibirnya sendiri lalu membasahinya dengan lidah yang membuat tubuhnya gemetar. Rei tidak mengerti apa yang dimiliki Flo. Hanya dengan melihat gesturnya saja tapi berhasil membangunkan adik kecilnya.Rei mengambil langkah mendekati Flo lalu menempelkan telunjuk di bibirnya.“Kalau ada aku kenapa harus menggigit bibir sendiri? Aku bisa membantumu melakukannya.”Rei mengambil tempat di sebelah Flo lalu mengangkat tubuh istrinya itu dan mendudukkan di pangkuannya.Flo yang kini sudah duduk di atas paha Rei merasakan detak jantungnya yang memacu dengan kencang. Adik kecil Rei yang mengeras terasa menusuk-nusuk bagian bawah tubuh Flo.Dag… dig… dug… Flo mencengkram ujung bajunya. Dia sedikit khawatir degup jantungnya yang berdetak cepat akan terdengar sampai ke luar.Rei menopangkan dagu di pundak Flo setelah tangannya mel
Jam tiga dini hari.Rei menggeliat ketika merasa ada yang menegang di bagian bawah tubuhnya. Saat membuka mata dia mendapati Flo berada dalam pelukannya. Wajahnya begitu tenang dalam tidurnya yang lelap. Dalam diam Rei mengagumi kecantikannya. Di mata Rei dia semakin terlihat seperti Tatiana dengan muka polos tanpa riasan seperti ini.‘Dia bukan Tia, dia Flo.’ Rei mengingatkan dirinya sendiri. Dia tidak boleh lagi dihantui bayang-bayang Tatiana. Karena tidak akan adil untuk Flo.Diusapnya rambut Flo dan dibelainya kepala perempuan itu penuh cinta. Adegan demi adegan percintaan mereka masih terbayang jelas di mata Rei. Bagaimana seorang Flo berhasil membangkitkan gairahnya yang sudah lama mati suri dan membahagiakannya sepenuh hati. Yang paling membuat Rei bersyukur Flo masih suci saat dimasukinya. Ternyata perempuan itu bisa menjaga dirinya dengan baik.Rei kembali tersentak ketika ada yang menyentaknya. Bukan istrinya, tapi berasal dari dirinya sendiri. Bagian bawahnya memberontak me
“Papa… Mommy… Bangun….!” Lala mengetuk pintu kamar Rei karena tidak ada tanda-tanda papanya itu akan keluar kamar. “Papa… Mommy… Bangun, ini sudah pagi!” Lala menaikkan suaranya disertai dengan ketukan keras di pintu kamar Rei.Di dalam kamar, Rei dan Flo sama-sama menggeliatkan badan. Suara Lala membuat keduanya merasa terusik.“Astaga, sudah pagi!” Rei terkejut saat melihat sinar matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela. Bagaimana bisa dia terlambat seperti ini? Seingat Rei, ini adalah pertama kalinya dia terlambat bangun pagi dalam enam bulan terakhir.“Papa… sudah pagi, Pa!!! Papa tidak kerja?” Suara Lala terdengar lagi memanggil Rei.“Iya, La! Papa sudah bangun!” Rei menyahut dari dalam kamar. Rei menepis selimutnya sambil menutup mulut yang terus menguap. Dan sama seperti sebelumnya tidak ada kain lain yang melapisinya selain selimut itu sendiri. Rei ingat, dirinya dan Flo tertidur setelah serangan fajar yang entah siapa yang memulai duluan.“Rei, apa kita terlambat?”
Clara keluar dari kamar Lala dan bertemu dengan Rei di ruang tengah.“Sudah mau pulang?” tanya Rei pada Clara melihat tas yang tersampir di pundak kanan perempuan itu.“Iya, aku pikir tugasku sudah selesai di sini. Boleh kan aku pulang sekarang?”“Boleh, aku juga akan pergi ke kantor polisi,” kata Rei memberitahu.“Kantor polisi? Untuk apa? Apa yang akan kamu lakukan di sana?” Kerutan dalam tercipta di dahi Clara.“Aku pikir mungkin sebaiknya melaporkan tentang masalah Flo. Aku sudah mencoba mencarinya dengan menggunakan caraku sendiri, namun tidak berhasil. Siapa tahu akan berhasil jika diserahkan pada ahlinya.”Clara terdiam selama beberapa detik seakan sedang memikirkan sesuatu. Begitu merasa yakin, gadis itu kemudian mengungkapkan pikirannya yang tersimpan pada Rei.“Rei, aku punya kerabat yang kebetulan kerja di sana. Mungkin dia bisa membantumu dan prosesnya pun akan lebih cepat. Kalau kamu setuju aku bersedia mengenalkannya padamu. Gimana?”“Tentu saja aku mau. Berapa bayarann
Rei membuka pintu rumah dan menemukan Clara ada di rumah bersama anak perempuannya.“Rei, kamu akhirnya pulang juga.” Clara yang sedang membantu Lala mengerjakan PR sontak berdiri menyambut kedatangan Rei.“Astaga, Clara, ternyata kamu yang membawa Lala pulang, Aku sudah khawatir karena tidak menemukannya di sekolah,” ucap Rei memberitahu. Tadi dia sudah menjemput Lala ke sekolah tapi gurunya mengatakan kalau Lala sudah dijemput oleh tantenya. “Sorry, Rei, aku lupa memberitahumu, tapi aku hanya ingin membantumu,” jawab Clara sedikit merasa bersalah saat melihat raut khawatir lelaki itu.“Lain kali tolong beritahu aku dulu kalau ingin menjemput Lala atau ingin membawanya ke mana pun,” kesal Rei.“Iya, Rei, baik.”Rei mengembuskan napas lantas duduk di sofa. Dia ingin beristirahat sejenak. Diambilnya remot lantas menyalakan televisi dan memilih-milih saluran. Tapi ternyata tidak ada satu pun yang berhasil menarik minatnya. Pada akhirnya Rei mematikan kembali televisinya. Matanya lantas
“Jenis kelaminnya laki-laki. Kondisinya sehat dan normal.”Flo melebarkan bibirnya mendengar keterangan dari dokter. Matanya ikut memindai monitor USG yang menampilkan hasil gerakan serta kondisi janin di dalam rahimnya. Tanpa terasa ini adalah bulan kelima Flo mengandung buah cintanya bersama Rei. Dan selama itu dia benar-benar putus komunikasi dengan sang suami. Flo tidak ingin berharap lagi untuk kembali. Apalagi dari kabar yang dia dengar hubungan Rei dan Clara semakin menjadi.Flo keluar dari ruangan dokter setelah dibekali nasehat-nasehat mengenai kesehatan dia dan calon bayinya. Selanjutnya langkah Flo tertuju ke arah apotik. Dia harus menebus obat-obatan ataupun vitamin yang diresepkan untuknya. Kali ini Flo datang sendiri karena ibu dan adik tirinya tidak bisa menemani.Sambil menunggu namanya dipanggil, Flo duduk di kursi tunggu apotik sembari mengelus-elus perutnya. Di dalam sana sedang tumbuh buah cintanya dengan lelaki yang dia sayangi. Andai saja Rei tahu pasti dia akan
“Hal ini biasa saja terjadi pada wanita hamil. Namanya juga hamil muda, nanti mual dan muntahnya akan hilang setelah lewat bulan ketiga,” jelas dokter yang memeriksa Flo sore itu. “Tapi kandungan saya baik-baik saja kan, Dok?” tanya Flo khawatir. Seluruh badannya terasa lemas karena sejak tadi sudah muntah berkali-kali. Dan dia rasa hari ini adalah puncaknya. Rasanya Flo tidak kuat.Dokter mengangguk meyakinkan. “Kandungannya sehat dan ibu tidak perlu khawatir. Setelah ini saya beri resep obat yang harus ditebus di apotik. Nanti petugas di sana akan menerangkan aturan dan cara pakainya.”Anne yang menemani Flo sore itu ke dokter kandungan menerima resep dari dokter lalu menuntun Flo keluar dari ruangan dokter. Sedikit pun adik tirinya itu tidak melepaskan pegangan tangannya dari Flo. Dia khawatir kalau sekali saja melepaskan tangannya maka Flo akan jatuh saking lemasnya. Padahal dalam keadaan normal sebenarnya Flo adalah seorang wanita yang kuat.“Tunggu di sini dulu, Flo, biar aku u
Sudah hari kelima Flo menghilang. Rei sudah mencarinya ke mana saja, tapi nihil. Istrinya itu tidak ada di mana-mana. Rei sempat berpikir untuk melapor ke kantor polisi atas kasus orang hilang. Tapi setelah dipikir lagi, rasanya itu tidak perlu. Rei rasa Flo pasti berada di suatu tempat dan dia bersembunyi di sana. Mungkin pada saatnya nanti Flo akan menunjukkan diri.“Mommy Flo mana, Pa?” tanya Lala keheranan saat Rei yang menjemputnya ke sekolah setelah summer camp selesai.Rei terbatuk. Seharusnya dia sudah memperkirakan kemungkinan ini sebelumnya dan menyiapkan jawabannya. Putrinya itu pasti tidak akan tinggal diam. Nyatanya Rei malah gelagapan. Tidak tahu harus menjawab apa.“Mommy, mommy pergi, La,” jawabnya kemudian.“Pergi ke mana, Pa?” tanya Lala ingin tahu.“Mommy ke luar kota.”“Ke luar kota? Mommy kerja ya, Pa?” Kening Lala berkerut dalam.Rei terpaksa berbohong lagi. “Iya, Sayang. Mommy diutus kantornya dan harus melaksanakannya.”“Sayang sekali ya, Pa, padahal aku ingin
Pagi hari saat Rei terbangun dia tidak menemukan Flo di sebelahnya. Diedarkannya pandangan melalui matanya yang berat dan belum terbuka sempurna ke setiap penjuru ruangan, tapi tetap tidak ada Flo di sana. Begitu pun saat dia melongok ke kamar mandi, hasilnya sama saja.Lantas Rei teringat apa yang terjadi semalam. Saat itu dia terlibat pertengkaran kecil dengan Flo. Dan… dia teringat akan kalimat terakhirnya.Astaga! Jangan-jangan Flo benar-benar pergi.Rei membuka lemari dan tidak menemukan baju-baju Flo di sana. Begitu dia melihat tempat penyimpanan tas, koper Flo juga sudah lenyap. Jadi benar dugaannya. Flo sudah pergi. Rei membatu di tempatnya. Ternyata begitu cara Flo menghadapi masalah. Flo childish. Bisanya main kabur, kecam Rei kecewa. Maunya Rei, apapun masalah mereka, Flo tetap bertahan di rumah. Karena dirinya pun tidak kemana-mana saat mereka terlibat perselisihan seperti ini.Lama Rei termangu sendiri sambil memikirkan apa yang terjadi. Sebelah tangannya menggenggam han
Flo dan Kyle sama-sama terkejut saat melihat kedatangan Rei yang tiba-tiba dan tidak pernah disangka seperti ini. Naasnya lagi apa yang tengah terjadi sekarang bisa saja membuat Rei atau siapa pun menjadi salah paham. Itu bisa dipastikan. Terlebih saat melihat muka Rei yang menegang dan matanya yang memerah menahan emosi.“Rei…,” panggil Flo lirih setelah napasnya kembali normal.Rei menggelengkan kepalanya tidak percaya pada apa yang baru saja disaksikannya. Flo yang katanya cinta dan sangat menyayanginya bisa berbuat sehina ini? For god's sake, Rei tidak akan memaafkannya.“Lanjutkan saja.” Rei memutar tubuh meninggalkan Flo dan Kyle yang tidak siap menanggapi kejadian barusan.“Rei tunggu dulu, aku bisa jelaskan!” Flo berteriak dan berusaha untuk bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. Sehingga dia tetap berada di tempatnya.“Rei, aku bisa menjelaskannya padamu, semua tidak seperti yang kamu lihat!” Kyle segera mengejar Rei yang melangkah cepat meninggalkan ruangan Flo.“Aku tidak bu
Seharian ini Rei dan Flo menghabiskan waktu di kamar. Mereka bercerita tentang apa saja dan berusaha mengenal satu sama lain. Ternyata selama ini mereka memang tidak saling mengenal sepenuhnya. Mereka mengambil keputusan kilat tuntuk menikah hanya atas dasar emosi sesaat. Keputusan bodoh, gila namun penuh hikmah.‘’Aku minta maaf atas sikapku yang dulu,” ujar Flo penuh rasa bersalah kala mengingat tingkahnya yang mengabaikan Rei sebagai suaminya.“Aku juga, Flo, aku minta maaf atas semua kesalahanku,” ucap Rei sambil membelai mesra rambut Flo. “aku sudah menciptakan jarak yang membuat kamu berpikir yang macam-macam.”Rei menyadari sekarang kalau kehadiran Clara sedikit banyak pasti menimbulkan dugaan negatif di antara mereka. Flo tidak berkata apa-apa dan memilih menyembunyikan mukanya di dada Rei. Flo bisa mendengar dengan jelas detak jantung Rei yang berpacu dengan degup jantungnya sendiri. Andai saja bisa Flo ingin begini selamanya. Berada dalam hubungan yang harmonis bersama Rei,
“Papa… Mommy… Bangun….!” Lala mengetuk pintu kamar Rei karena tidak ada tanda-tanda papanya itu akan keluar kamar. “Papa… Mommy… Bangun, ini sudah pagi!” Lala menaikkan suaranya disertai dengan ketukan keras di pintu kamar Rei.Di dalam kamar, Rei dan Flo sama-sama menggeliatkan badan. Suara Lala membuat keduanya merasa terusik.“Astaga, sudah pagi!” Rei terkejut saat melihat sinar matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela. Bagaimana bisa dia terlambat seperti ini? Seingat Rei, ini adalah pertama kalinya dia terlambat bangun pagi dalam enam bulan terakhir.“Papa… sudah pagi, Pa!!! Papa tidak kerja?” Suara Lala terdengar lagi memanggil Rei.“Iya, La! Papa sudah bangun!” Rei menyahut dari dalam kamar. Rei menepis selimutnya sambil menutup mulut yang terus menguap. Dan sama seperti sebelumnya tidak ada kain lain yang melapisinya selain selimut itu sendiri. Rei ingat, dirinya dan Flo tertidur setelah serangan fajar yang entah siapa yang memulai duluan.“Rei, apa kita terlambat?”