Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 92. Patah Hati Berlapis-lapis

Share

92. Patah Hati Berlapis-lapis

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 15:41:39

“Kamu ngambeknya masih lama, nggak , Lun, aku sudah kelaparn ini?”

Luna yang sedang duduk termangu di balkon kamar mereka menoleh pada Laksa yang barus saja keluar dari kamar mandi.

Dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi, waktu yang terlalu siang untuk mereka sarapan pagi.

Luna langsung berdiri dan memandang Laksa dengan tak enak hati, dia tidak sedang ngambek seperti kata Laksa sebenarnya, dia hanya terlalu malu untuk bertemu suaminya itu.

Laksa memang tidak lagi membicarakan tentang kesalah pahaman mereka kemarin, tapi ekspresi Laksa yang geli setiap melihat Luna membuat wanita itu tak dapat menahan rasa malunya.

“Maaf, kak, seharusnya aku menyiapkan sarapan pagi untuk kakak,” kata Luna penuh sesal.

Laksa meletakkan handuk yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambut, lalu berjalan mendekati Luna yang berdiri salah tingkah di balkon kamar mereka.

“Kamu tidak salah, jangan minta maaf.”

“Tapi seharusnya aku–“

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   93. Rahasia

    “Aku belum bertemu dengan mamamu, tapi aku sudah mendapatkan informasi yang lengkap tentangnya.” Sepulang dari liburannya Laksa segera menghubungi Dirga, dan mendapati sepupunya itu sudah kembali ke apartemennya sehari sebelumnya. Dengan tidak sabar Laksa langsung menemui Dirga saat jam makan siang, setelah ini dia bisa langsung menjemput Luna. “Apa ada masalah?” Dirga mengangguk. “Seperti dugaanmu dia hidup berpindah-pindah tempat.” “Apa dia tidak punya rumah?” Laksa berkata dengan hati yang tak menentu, bagaimanapun wanita itu ibu kandungnya, meski dia dulu meninggalkannya dengan tega. “Pernah punya, tapi dua tahun lalu dia jual untuk menutupi hutang judi dan juga gaya hidupnya yang mewah.” Laksa mengerutkan kening. “Dia suka berjudi?” “Yup dan menurut beberapa info dia sering bertaruh dengan hal yang besar, oh iya rumah yang dia jual adalah rumah yang dulu diberikan oleh papamu.” “Papa masih berhubungan dengan dia di belkang mama? Sete

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Wanita Yang Kau Pilih   94. Tak Perlu Air Mata

    Laksa tidak tahu sampai beberapa saat yang lalu kalau dikhianati rasanya sesakit ini, dadanya terasa sangat sesak, tangannya terkepal erat di kedua sisi tubuhnya, Laksa melangkah cepat dan menghantamkan tinjunya pada tembok di depannya. Dirga yang menatap hanya bisa terdiam, membiarkan Laksa menyalurkan rasa frustasinya. Cukup Lama Dirga menunggu Laksa sampai bisa tenang kembali. “Jadi sekarang kamu sudah tahu bukan kenapa aku membencinya.”Laksa mengangkat kepalanya yang semula menunduk dengan dalam. “Aku tahu perbuatannya itu memang sangat buruk pada Luna, Tapi bisa saja karena dia cemburu pada Luna, aku pernah menceritakan perjodohan yang dirancang mamaku untuknya.”Dirga mengangkat bahunya dengan tak acuh, dia tahu akan sangat sulit meyakinkan Laksa soal siapa wanita yang selama ini dicintainya. “Kalau begitu sungguh sial sekali nasibnya, berbuat buruk untuk mencelakakan Luna tapi ternyata kamu jadi salah satu korbannya,” ejek Dirga. Laksa hanya menghela n

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Wanita Yang Kau Pilih   95. Kegilaan

    Berkali-kali Luna memandang ponselnya yang ada di tangannya, tapi berapa kalipun dia menengok tak ada apapun di sana, benda itu tetap diam di sana, tak ada notifikasi pesan atau telepon dari Laksa. Hati Luna benar-benar tak tenang. Setelah mengajar tadi Luna terpaksa merepotan Vira untuk mengantarkannya untuk pulang ke rumah sang ayah, dia tak pernah suka untuk tinggal di apartemen itu jika tidak ada Laksa di sana. baginya yang telah terbiasa hidup di kampung dengan tetangga kanan kiri yang berisik, akan aneh rasanya harus hidup berbataskan empat tembok dengan penghuni lain yang bahkan bertemu mukapun tak akan saling kenal. Sekali lagi dia mencoba menghubungi nomer Laksa, tapi tetap saja, ponsel itu masih mat. Luna menimbang sejenak untuk menghubungi mama mertuanya dan menanyakan keberadaan sang suami.“Tapi kalau dia tidak di sana, mama pasti makin panik dan bisa sakit lagi.” Luna seger ameletakkan kembali ponselnya. Menatap Benda itu seolah akan keluar k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   96. Menjaga Hati

    “Maaf ayah, Laksa terlambat menjemput Luna,” kata Laksa saat ayah mertuanya membukakan pintu depan untuknya. “Ayah paham kamu pasti banyak pekerjaan,” kata sanga ayah dengan senyum tenang. Laksa langsung menundukkan kepalanya tak berani menatap ayah mertunya itu dia sungguh malu pada Luna dan ayahnya, entah bagaimana dia harus menebus semua kesalahan yang dia lakukan ini. Rasanya dia tak punya muka lagi untuk bertemu mereka, tapi rasa khawatirnya pada Luna mengalahkan segalanya, dan di sinilah dia berniat melihat keadaan sang istri yang sudah dia abaikan tadi. Apa Luna akan marah padanya? “Masuklah Luna ada di kamarnya, dia dari tadi mencemaskanmu,” kata sang ayah saat melihat Laksa yang ragu untuk masuk ke dalam rumah. Laksa hanya mengangguk terlalu malu untuk bicara, tapi langkahnya terhenti saat ayah mertuanya kembali memanggil. “Maaf mungkin putri ayah terlalu merepotkanmu,” kata sang ayah saat Laksa berbalik dan menatap ayah mertuanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   97. Hanya Untukmu

    Luna memasuki kamarnya dengan salah tingkah, kalimat yang diucapkan suaminya membuat dia berpikiran kemana-mana, apakagi dengan tangan Laksa yang saat dia ada di pinggulnya. Laksa memang sudah berkali-kali menyentuhnya, tapi tetap saja Luna masih marasa malu saat laki-laki bersikap lembut dan perhatian padanya. “Maaf membuatmu menunggu kemarin,” kata Laksa saat mereka sudah duduk manis di atas kasur. “Tidak masalah, aku hanya khawatir karena kakak tak bisa dihubungi.” Laksa tahu itu, Luna terlalu baik untuk berprasangka buruk padanya. “Aku ada keperluan penting yang tidak bisa aku tinggal dan tidak sadar kalau baterai ponselku habis, sekali lagi maafkan aku masalah itu menguras semua pikiranku, jadi aku lupa untuk menjemputmu.” Luna hanya tersenyum dan mengangguk, keduany diam membisu, biasanya Laksa yang memulai berbicara duluan dan Luna mengimbangi, tapi saat ini ketika sang suami diam Luna tak tahu mau bicara apa. “Kak Laksa tadi malam sudah makan?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   98. Obat Sakit Hati

    “Dia tidak pulang?”tanya Vira yang mendapati sahabatnya ini duduk dengan lesu di sebuah bangku panjang. Luna mengangkat kepalanya dan memandang Vira dengan malas. Tangannya bergerak untuk meminum kembali minuman yang ada di tangannya, setelah itu memasukkan biskuit asin ke dalam mulutnya. “Ishh, ni anak ditanya malah makan melulu, gendut baru tahu rasa kamu.” “Ini sudah gendut perutku.” “Itu isinya bukan nasi tapi bayi,” jawab Vira tak santai. Luna terus saja memakan biskuit di depannya, tak mempedulikan Vira yang memandangnya dengan gemas. “Kamu kenapa, sih mukamu butek banget.” “Ya jangan dilihat,” kata Luna dengan lempeng. Vira yang tak terima Luna cuek padanya, segera merebut biskuit di tangan Luna dan memakannya. “Ish kamu apa’an sih, Vir!” kata Luna sebal luar biasa “Ya makanya kalau diajak ngomong itu nyaut jangan manyun melu” Kali ini Luna mengalah dia memandang sahabatnya itu. “Sekarang katakan ada apa?’ Vira mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Wanita Yang Kau Pilih   99. Penyesalan

    “Selamat datang, Tuan, saya diminta Tuan Kai untuk menjemput anda di sini?” sapa seorang laki-laki paruh baya dengan bahasa inggris yang fasih. Malam sudah mulai menjelang saat Laksa menginjakkan kaknya di bandara chaerlesdeghaule ini, ini memang bukan kali pertama dia menginjakkan kaki di tempat ini, beberapa kesepakatan dengan para pebisnis di sini, keluarganya memang tidak mendirikan cabang hotel Sanjaya di sini, tapi investasi yang ditanam keluarganya di beberapa hotel berbintang membuat Laksa sering mondar-mandir kemari. “Terima kasih, Maaf merepotkan,” jawab Laksa juga dengan bahasa inggis.Laksa segera menghubungi sahabat sekaligus rekan bisnisnya di sini, begitu dia berencana akan ke Paris, dan bersedia meminjamkan seorang sopir serta mobilnya untuk keperluan Laksa di sini. Sengaja memang Laksa tak memberitahukan semuanya pada Raya, dia ingin memastikan sendiri apa yang selama ini dia dengar tentang kekasihnya itu. “kita akan kemana, sir?” tanya sang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Wanita Yang Kau Pilih   100. Tanggung Jawab Baru

    Hari ini sebuah mobil mewah kembali terparkir di depan sanggar milik Vano, tapi kali ini bukan Laksa pengemudinya, seorang sopir turun membukakan pintu untuk wanita cantik yang duduk di kursi belakang. Dengan anggun wanita itu melangkah ke dalam. “Apa Aluna benar bekerja di sini?” tanyanya resepsionis di depan.“Benar, Mbak Luna mengajar di sini.” “Apa dia sudah selesai mengajar, bisa saja bertemu dengannya?” “Tentu, sebentar saya panggilkan, silahkan duduk dulu.” Luna mengerutkan kening saat diberi tahu seorang ibu-ibu cantik dengan dandanan mahal ingin menemuinya, dia langsung tersenyum lebar saat tahu mama mertuanya yang sudah duduk menuggunya. “Mama,” katanya senang, “Mama kenapa menyusul Luna kemari, apa maam sudah sehat?” tanya Luna memperhatikan penampilan mama mertuanya yang anggun itu. “Mama sehat, bagaimana kabarmu sendiri dan juga calon cucu mama?” Luna tersenyum dan mengusap perutnya dengan lembut, dia sungguh senang dengan perhati

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   116. Wanita Sepertimu

    Luna meremas rok yang dipakainya saat ini, setelah makan siang yang sangat terlambat yang mereka lakukan Luna kira Laksa akan langsung kembali ke kantornya tapi ternyata dia salah, suaminya itu malah duduk berselonjor di atas karpet tebal di depan televisi besar yang ada di ruangan itu. Luna membulatkan tekad, menekan gengsi dan rasa malunya yang setinggi gunung itu, dia sadar jika ingin hubungan mereka berhasil bukan hanya Laksa yang harus berjuang, dia juga tak boleh pasif dan hanya bisa menerima saja, dan salah satu cara untuk semakin meningkatkan hubungan mereka yang diajarkan guru besarnya -VIRA- adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan Laksa, hal kecil yang sejak dulu adalah penyakit Luna yang sangat sulit dicari obatnya. Luna berjalan pelan mendekati Laksa, dengan sedikit canggung dia duduk tepat di samping Laksa, tapi laki-laki itu rupanya cepat tanggap tangan kirinya yang sedang tidak memegang remot televisi merengkuh tubuh Luna hingga tak ada jarak

  • Wanita Yang Kau Pilih   115. Rencana Jahat

    Luna kembali berguling-guling di atas ranjang hotel yang empuk itu, ternyata menjadi tidak hanya saat bekerja dia bisa kelelahan, menjadi pengangguran seperti sekarang ini juga membuatnya lelah. Yah, meski Laksa memberikannya fasilitas mewah di hotel ini, tetap saja Luna yang biasa bekerja dan bergerak ke sana kemari sangat bosan kalau harus tiduran saja. Dia sedang tidak ingin menonton drama yang biasanya sangat dia sukai itu, pun demikian ebook yang sering dia baca juga terlihat tak menarik lagi. Intinya Luna sangat bosan, dia ingin berbicara dengan seseorang, oh... Ini memang bukan kebiasaannya, biasanya Luna bahkan begitu betah mendekam di dalam kamar semdirian.Dilihatnya jarum jam berdetak dengan sangat lambat menurut Luna dan berat. Kapan Laksa akan kembali?Luna menghela napas berat. Kalau tahu dia dianggurin seperti ini, lebih baik tadi dia pulang ke rumah keluarga Sanjaya saja, setidaknya di sana ada mama mertuanya atau para asisten rumah tangga yang meski tidak terlalu r

  • Wanita Yang Kau Pilih   114. Dia yang Tak Merindu

    Seperti memahami suasana hati Laksa yang segelap malam, Luna memutuskan diam saja di kursinya, kalau bisa ingin sekali berkamuflase agar sama dengan kursi mobil Laksa. Suasana hati suaminya ini benar-benar sedang tidak baik. Setelah mereka mengantarkan nenek ke stasiun tadi, Laksa memang akan langsung mengantar Luna ke rumah keluarganya, tapi siapa sangka tepat saat mereka akan keluar dari stasiun, mereka bertemu dengan ibu kandung Laksa bersama seorang laki-laki yang mungkin usianya hanya beberapa tahun lebih tua dari suaminya itu, mereka terlihat mesra bergandengan berdua. Luna sampai meringis karena Laksa mencengkeram tangannya terlalu kuat. Tapi tanpa Luna duga Laksa memutuskan untuk mengikuti mereka. Laki-laki yang bersama ibu Laksa itu langsung naik begitu kereta yang akan menuju ke Jakarta datang, meninggalkan sang ibu yang tersenyum lebar setelah memeluknya sebentar. Pemandangan yang jamak memang, tapi tidak untuk Laksa, meski mereka tak tahu apa hubungan keduanya tapi dari

  • Wanita Yang Kau Pilih   112. Jujur lebih Baik

    Luna masih sibuk dengan ponsel di tangannya saat Laksa masuk kamar dan mengerutkan kening tak suka. Dengan pelan dia mendekati Luna dan mengintip apa yang sedang dilakukan sang istri sampai mengabaikan mahluk setampan dirinya begitu saja. “Kukira ngapain ternyata ngasih makan zombie.” Luna yang sedang sangat sibuk memberi makan zombienya langsung mendongak mendengar Laksa sudah ada didekatnya. Sejak kapan? “Aku kira kakak akan menemani ayah sampai malam,” kata Luna sambil meletakkan ponsel di sampingnya dan melupan kalau masih ada zombie kelaparan di sana. Laksa mengangguk. “Hanya ngobrol ringan, kami sudah selesai ngobrol serius tadi sore.” Mereka memang baru saja makan malam dengan makanan buatan nenek yang lezat itu, tapi nenek memutuskan tidur lebih awal, karena badannya terasa pegal setelah menempuh perjalanan jauh dan dia juga memerintahkan Luna untuk cepat masuk kamar dan tidur juga. Meninggalkan Pak Edwin dan Laksa yang atas perintah nenek, harus membersihkan mej

  • Wanita Yang Kau Pilih   113. Bimbang

    Malam sudah sangat larut saat Laksa memasuki pelataran rumah mertuanya, dia menengok pada arloji yang melingkar di tangannya, sudah hampir pukul sebelas malam memang, pantas saja semua rumah di kiri kanan sudha tertutup rapat. Untunglah Laksa sempat meminta kunci cadangan pada Luna, khawatir dia pulang cukup larut dan harus membangunkan orang rumah. Saat pintu terbuka dia masih bisa mendegar suara televisi yang dinyalakan di ruang tengah. Ternyata ayah mertuanya belum tidur, dalam hati Laksa sedikit mengeluh, tubuh dan pikirannya terasa lelah, dan dia ingin sekali langsung istirahat, tapi dia tak mungkin melewati ayah mertuanya begitu saja tanpa berbasa-basi sebentar minimal menanyakan apa yang dia tonton. Laksa tidak bisa bersikap seperti saat berada di rumahnya ayah mertuanya bukan papanya yang terlihat tidak peduli padanya. “Malam, Yah, belum tidur,” sapa Laksa berbasa basi. “Belum, ayah masih nonton bola.” Mau tak mau Laksa duduk sebentar menanyakan skor pero

  • Wanita Yang Kau Pilih   111. Cinta dan Luka

    Kalau mau tahu rasanya jatuh cinta sama cowok dan sudah dari laaama... tapi si cowok nggak notice juga yang berujung pada putus asa, Luna sangat tahu jawabannya. Sakitnya nylekit banget lebih sakit dari pada saat Luna digigit kalajengking waktu kecil. Dulu waktu Laksa bersikap sangat baik padanya –dan itu terjadi mungkin karena tidak sengaja– Luna sudah menggelepar kegeeran tidak karuan, dia selalu ingin melihat Laksa setiap saat., meskipun secara sembunyi-sembunyi dari tempat yang agak jauh dan yang pasti tidak ada yang curiga kalau dia sedang memperhatikan :Laksa. Saat Laksa jadian dengan teman seangkatannyanyapun yang terkenal sebagai primadona kampus, Luna tak langsung patah hati, dia selalu percaya kalau suatu saat dialah yang akan jadi jodoh Laksa, kepercayaan konyol memang yang langsung terkikis begitu dia bertemu Laksa pertama kali di tempat kerja dan tampak sangat tidak mengenali Luna, yang selama ini diam-diam memendam asa untuknya. Bego memang, Luna tahu it

  • Wanita Yang Kau Pilih   110. Usaha Dong

    Laksa bukan orang yang suka menunda masalah memang, baginya lebih cepat masalah bisa diselesaikan lebih cepat pula hasilnya akan kelihatan, begitulah yang dia lakukan selama ini. Akan tertapi serang bukan waktunya untuk memikirkan tentang hal lain, Luna masih sangat perlu perhatian darinya, apalagi hubungan mereka yang barusan membaik membuat Laksa berharap banyak. “Ada apa, Kak? Siapa yang menelepon?” tanya Luna yang melihat Laksa tiba-tiba terdiam di tempat duduknya. Laksa memandang Luna sejenak, menimbang apa akan mengatakan semuanya atau tidak, sejujurnya dia tak ingin membebani pikiran Luna dengan perkara itu, tapidia sudah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya. Sekarang dia bukan lagi laki-laki lajang yang bisa memutuskan apapun sekehendak hatinya, ada Luna di sisinya yang akanberbagi suka dan duka dengannya. “Aku harap kamu tidak berpikir yang berlebihan.” Dirga menghela napasnya sebentar dan memandang Luna dalam. “Beberapa hari yang lalu aku min

  • Wanita Yang Kau Pilih   109. Bahagia dalam Gelap

    “Dua menit sepuluh detik.” Dirga mematikan stopwatch dari ponselnya dengan gembira. “Kamu menghitung apa?” tanya Laksa penasaran. Saat ini mereka sedang duduk di taman rumah sakit, saat Laksa dan Luna terlibat percakapan tadi, tiba-tiba sang mama datang bersama Dirga, membawakan makanan kesukaan Laksa dan Luna. Sungguh perhatian yang membuat dada Laksa menghangat, meski rasa malu dan gengsi masih membatasinya untuk kembali masuk dalam pelukan mamanya. Dirga menoleh pada Laksa, terlihat sangat gembira, membuat Laksa mengerutkan keningnya bingung. “Rekor sebelumnya ternyata sudah terpecahkan.” “Rekor apa? sebenarnya apa yang sedang kamu bicarakan?” Dirga mengarahkan telunjuknya pada Luna dan mama mertuanya yang sedang asyik bersenda gurau. “Bagiamana menurutmu pemandangan di sana, maksudku saat dua orang itu tertawa lepas?” Laksa tersenyum, “sangat indah, aku suka melihatnya.” “Keduanya atau salah satu?” “Keduanya tentu saja, a

  • Wanita Yang Kau Pilih   108. Ada Kamu di Dompetku

    Hal yang paling dibenci Luna adalah mencurahkan isi hati pada seseorang, selain ayah dan Bundanya juga Vira, belum pernah sekalipun Luna bicara panjang lebar menyangkut tetang perasaan di hatinya. Sekarang dia tentu saja sangat kesulitan untuk mengungkapkan semua isi hatinya pada Laksa, meski sudah tak terhitung jumlahnya mereka berbagi keringat bersama. Bahkan beberapa kali Vira sudah mendorongnya untuk berbicara pada Laksa secara terus terang, Luna sangat kesulitan mengatakan maksud hatinya. “Bagaimana jika aku tak ada di sini?” Laksa menatap Luna dengan kening berkerrut. “Apa maksudmu?” Luna menghela napas, kali ini dia ingi menguatkan tekad, mengatakan apa yang menjadi kehendak hatinya. Vira benar ini hidupnya dan jika dia ingin bahagia, maka dia harus tegas untuk menyikapi semua. “Hubungan kita hanya sebuah kecelakaan yang direncanakan seseorang, dasarnya sama sekali tak kuat, banyak faktor yang menyebabkan kita sangat berbeda, dan aku rasa kak Lak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status