Share

91. Salah Sangka

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 12:40:43

Luna menatap langit yang begitu cerah malam ini, bintang bertaburan di langit malam dan bulan bersinar begitu terang.

“Malam yang terlalu indah untuk patah hati,” gumam Luna pelan.

Dia menatap Laksa yang sedang menerima telepon entah dari siapa, yang jelas terlihat sangat penting dan ... rahasia, setidaknya itu yang dipikirkan Luna saat laksa beranjak berdiri meninggalkannya untuk menerima telepon itu.

Luna melangkah ke arah tepi pantai deburan ombak yang pecah di tepi pantai menghangatkan hatinya, setidaknya dia tidak hancur sendiri ada ombak yang berkali-kali hancur di tepi pantai.

Sangat konyol memang menyamakan hatinya dengan ombak di pantai, tapi dengan begitu Luna bisa sedikit mengalihkan perhatiannya.

Lalu dia memandang karang yang berdiri kokoh di sana, andai hatinya sekuat itu tentu dia perlu lagi merasakan kesakitan yang teramat sangat.

“Sudah selesai? Kita pindah saja ke sana, di sini dingin,” kata Laksa menunjuk suatu te,pat di dalam sebua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   92. Patah Hati Berlapis-lapis

    “Kamu ngambeknya masih lama, nggak , Lun, aku sudah kelaparn ini?”Luna yang sedang duduk termangu di balkon kamar mereka menoleh pada Laksa yang barus saja keluar dari kamar mandi. Dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi, waktu yang terlalu siang untuk mereka sarapan pagi. Luna langsung berdiri dan memandang Laksa dengan tak enak hati, dia tidak sedang ngambek seperti kata Laksa sebenarnya, dia hanya terlalu malu untuk bertemu suaminya itu. Laksa memang tidak lagi membicarakan tentang kesalah pahaman mereka kemarin, tapi ekspresi Laksa yang geli setiap melihat Luna membuat wanita itu tak dapat menahan rasa malunya. “Maaf, kak, seharusnya aku menyiapkan sarapan pagi untuk kakak,” kata Luna penuh sesal. Laksa meletakkan handuk yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambut, lalu berjalan mendekati Luna yang berdiri salah tingkah di balkon kamar mereka. “Kamu tidak salah, jangan minta maaf.” “Tapi seharusnya aku–““

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Wanita Yang Kau Pilih   93. Rahasia

    “Aku belum bertemu dengan mamamu, tapi aku sudah mendapatkan informasi yang lengkap tentangnya.” Sepulang dari liburannya Laksa segera menghubungi Dirga, dan mendapati sepupunya itu sudah kembali ke apartemennya sehari sebelumnya. Dengan tidak sabar Laksa langsung menemui Dirga saat jam makan siang, setelah ini dia bisa langsung menjemput Luna. “Apa ada masalah?” Dirga mengangguk. “Seperti dugaanmu dia hidup berpindah-pindah tempat.” “Apa dia tidak punya rumah?” Laksa berkata dengan hati yang tak menentu, bagaimanapun wanita itu ibu kandungnya, meski dia dulu meninggalkannya dengan tega. “Pernah punya, tapi dua tahun lalu dia jual untuk menutupi hutang judi dan juga gaya hidupnya yang mewah.” Laksa mengerutkan kening. “Dia suka berjudi?” “Yup dan menurut beberapa info dia sering bertaruh dengan hal yang besar, oh iya rumah yang dia jual adalah rumah yang dulu diberikan oleh papamu.” “Papa masih berhubungan dengan dia di belkang mama? Sete

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Wanita Yang Kau Pilih   94. Tak Perlu Air Mata

    Laksa tidak tahu sampai beberapa saat yang lalu kalau dikhianati rasanya sesakit ini, dadanya terasa sangat sesak, tangannya terkepal erat di kedua sisi tubuhnya, Laksa melangkah cepat dan menghantamkan tinjunya pada tembok di depannya. Dirga yang menatap hanya bisa terdiam, membiarkan Laksa menyalurkan rasa frustasinya. Cukup Lama Dirga menunggu Laksa sampai bisa tenang kembali. “Jadi sekarang kamu sudah tahu bukan kenapa aku membencinya.”Laksa mengangkat kepalanya yang semula menunduk dengan dalam. “Aku tahu perbuatannya itu memang sangat buruk pada Luna, Tapi bisa saja karena dia cemburu pada Luna, aku pernah menceritakan perjodohan yang dirancang mamaku untuknya.”Dirga mengangkat bahunya dengan tak acuh, dia tahu akan sangat sulit meyakinkan Laksa soal siapa wanita yang selama ini dicintainya. “Kalau begitu sungguh sial sekali nasibnya, berbuat buruk untuk mencelakakan Luna tapi ternyata kamu jadi salah satu korbannya,” ejek Dirga. Laksa hanya menghela n

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Wanita Yang Kau Pilih   95. Kegilaan

    Berkali-kali Luna memandang ponselnya yang ada di tangannya, tapi berapa kalipun dia menengok tak ada apapun di sana, benda itu tetap diam di sana, tak ada notifikasi pesan atau telepon dari Laksa. Hati Luna benar-benar tak tenang. Setelah mengajar tadi Luna terpaksa merepotan Vira untuk mengantarkannya untuk pulang ke rumah sang ayah, dia tak pernah suka untuk tinggal di apartemen itu jika tidak ada Laksa di sana. baginya yang telah terbiasa hidup di kampung dengan tetangga kanan kiri yang berisik, akan aneh rasanya harus hidup berbataskan empat tembok dengan penghuni lain yang bahkan bertemu mukapun tak akan saling kenal. Sekali lagi dia mencoba menghubungi nomer Laksa, tapi tetap saja, ponsel itu masih mat. Luna menimbang sejenak untuk menghubungi mama mertuanya dan menanyakan keberadaan sang suami.“Tapi kalau dia tidak di sana, mama pasti makin panik dan bisa sakit lagi.” Luna seger ameletakkan kembali ponselnya. Menatap Benda itu seolah akan keluar k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   96. Menjaga Hati

    “Maaf ayah, Laksa terlambat menjemput Luna,” kata Laksa saat ayah mertuanya membukakan pintu depan untuknya. “Ayah paham kamu pasti banyak pekerjaan,” kata sanga ayah dengan senyum tenang. Laksa langsung menundukkan kepalanya tak berani menatap ayah mertunya itu dia sungguh malu pada Luna dan ayahnya, entah bagaimana dia harus menebus semua kesalahan yang dia lakukan ini. Rasanya dia tak punya muka lagi untuk bertemu mereka, tapi rasa khawatirnya pada Luna mengalahkan segalanya, dan di sinilah dia berniat melihat keadaan sang istri yang sudah dia abaikan tadi. Apa Luna akan marah padanya? “Masuklah Luna ada di kamarnya, dia dari tadi mencemaskanmu,” kata sang ayah saat melihat Laksa yang ragu untuk masuk ke dalam rumah. Laksa hanya mengangguk terlalu malu untuk bicara, tapi langkahnya terhenti saat ayah mertuanya kembali memanggil. “Maaf mungkin putri ayah terlalu merepotkanmu,” kata sang ayah saat Laksa berbalik dan menatap ayah mertuanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   97. Hanya Untukmu

    Luna memasuki kamarnya dengan salah tingkah, kalimat yang diucapkan suaminya membuat dia berpikiran kemana-mana, apakagi dengan tangan Laksa yang saat dia ada di pinggulnya. Laksa memang sudah berkali-kali menyentuhnya, tapi tetap saja Luna masih marasa malu saat laki-laki bersikap lembut dan perhatian padanya. “Maaf membuatmu menunggu kemarin,” kata Laksa saat mereka sudah duduk manis di atas kasur. “Tidak masalah, aku hanya khawatir karena kakak tak bisa dihubungi.” Laksa tahu itu, Luna terlalu baik untuk berprasangka buruk padanya. “Aku ada keperluan penting yang tidak bisa aku tinggal dan tidak sadar kalau baterai ponselku habis, sekali lagi maafkan aku masalah itu menguras semua pikiranku, jadi aku lupa untuk menjemputmu.” Luna hanya tersenyum dan mengangguk, keduany diam membisu, biasanya Laksa yang memulai berbicara duluan dan Luna mengimbangi, tapi saat ini ketika sang suami diam Luna tak tahu mau bicara apa. “Kak Laksa tadi malam sudah makan?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Wanita Yang Kau Pilih   98. Obat Sakit Hati

    “Dia tidak pulang?”tanya Vira yang mendapati sahabatnya ini duduk dengan lesu di sebuah bangku panjang. Luna mengangkat kepalanya dan memandang Vira dengan malas. Tangannya bergerak untuk meminum kembali minuman yang ada di tangannya, setelah itu memasukkan biskuit asin ke dalam mulutnya. “Ishh, ni anak ditanya malah makan melulu, gendut baru tahu rasa kamu.” “Ini sudah gendut perutku.” “Itu isinya bukan nasi tapi bayi,” jawab Vira tak santai. Luna terus saja memakan biskuit di depannya, tak mempedulikan Vira yang memandangnya dengan gemas. “Kamu kenapa, sih mukamu butek banget.” “Ya jangan dilihat,” kata Luna dengan lempeng. Vira yang tak terima Luna cuek padanya, segera merebut biskuit di tangan Luna dan memakannya. “Ish kamu apa’an sih, Vir!” kata Luna sebal luar biasa “Ya makanya kalau diajak ngomong itu nyaut jangan manyun melu” Kali ini Luna mengalah dia memandang sahabatnya itu. “Sekarang katakan ada apa?’ Vira mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Wanita Yang Kau Pilih   99. Penyesalan

    “Selamat datang, Tuan, saya diminta Tuan Kai untuk menjemput anda di sini?” sapa seorang laki-laki paruh baya dengan bahasa inggris yang fasih. Malam sudah mulai menjelang saat Laksa menginjakkan kaknya di bandara chaerlesdeghaule ini, ini memang bukan kali pertama dia menginjakkan kaki di tempat ini, beberapa kesepakatan dengan para pebisnis di sini, keluarganya memang tidak mendirikan cabang hotel Sanjaya di sini, tapi investasi yang ditanam keluarganya di beberapa hotel berbintang membuat Laksa sering mondar-mandir kemari. “Terima kasih, Maaf merepotkan,” jawab Laksa juga dengan bahasa inggis.Laksa segera menghubungi sahabat sekaligus rekan bisnisnya di sini, begitu dia berencana akan ke Paris, dan bersedia meminjamkan seorang sopir serta mobilnya untuk keperluan Laksa di sini. Sengaja memang Laksa tak memberitahukan semuanya pada Raya, dia ingin memastikan sendiri apa yang selama ini dia dengar tentang kekasihnya itu. “kita akan kemana, sir?” tanya sang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

  • Wanita Yang Kau Pilih   171. Pengalihan

    Luna keluar dari cafe dengan kaki yang bergetar hebat, dia tak pernah suka bertengkar dengan orang lain. Saat akan berkonfrontasi dengan orang lain Luna lebih memilih mengatakan apa yang memang perlu dikatakan lalu pergi begitu saja, tanpa mau menoleh lagi. Terkesan pengecut memang tapi seperti itulah Luna. JIka hari ini dia mampu berkonfrontasi dengan Raya, itu semata-mata karena rasa cemburu yang mendominasi pikirannya. Dia mencintai Laksa dengan tulus dan laki-laki itu juga mengatakan kalau hanya Luna yang akan menjadi masa depannya, meski tanpa ada kata cinta, tapi bagi Luna itu sudah cukup. Dia jadi punya keberanian untuk melawan. "Mbak Luna baik-baik saja?" tanya sopir yang mengantarkan Luna. Dia menatap khawatir menantu majikannya ini. Luna terlihat pucat dan lemas. "Saya baik-baik saja, Pak." Luna memberi senyum sebahai ucapan terima kasih, si bapak membukakan pintu mobil untuknya. "Kita langsung pulang, mbak?" tanya sang sopir. Luna menimbang sejenak, dia tak

  • Wanita Yang Kau Pilih   170. Hanya Masa lalu

    Tanpa menunggu dipersilahkan Luna meanrik kursi dan duduk di sana. Perutnya yang besar memang membuatnya tak betah untuk berdiri terlalu lama. "Mau pesan apa?" tanya Raya yang telah mampu menguasai dirinya. Sepertinya beberapa bulan menjadi istri Laksa membuat wanita lebih berani tak sepolos dan sepengecut dulu. LUna melihat buku menu dan dia langsung menginginkan oreo milkshake dan brownies yang terlihat menggoda di sana. "Kamu cukup berani juga memesan minuman itu padahal tubuhmu sudah gendut," Komentar Raya saat Luna menyebutkan pesanannya. Wah bodyshaming ini. "Sya memang sedang hamil jadi wajar kalau tubuh saya berisi, justru kalau kurus suami saya akan khawatir." "Hati-hati. Laki-laki tidak suka dengan wanita gendut," kata Raya sok menasehati. Luna tersenyum mendengar nasehat 'baik hati' dari mantan kekasih Laksa ini. "Mungkin, Tapi suami saya bilang lebih suka memeluk saya yang lebih berisi d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status