Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 74. Saat Kamu Disampingku

Share

74. Saat Kamu Disampingku

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 10:35:43

Laksa melangkah seperti robot dengan tubuh kaku, dia bahkan tak tahu bagaimana dia bisa sampai di kamarnya dengan selamat tanpa menabrak satu bendapun di dalam rumah ini.

Otaknya serasa kosong, dia bahkan tak bisa memikirkan apapun, ini terlalu mengejutkan, mamanya memang beberapa hari yang lalu menyampaikan kata-kata yang sama sekali tak dia mengerti, tapi laksa sama sekali tidak menyangka kalau semuanya akan bermuara di sana.

Selama ini saat ada masalah atau dia sedang bersedih hati, mamanya selalu menjadi tempatnya untuk pulang, mengadukan setiap kesedihannya, tempatnya untuk membuang semua sampah-sampah dalam pikirannya, agar bisa kembali bersih, semua itu dia lakukan secara otomatis saja, karena Laksa pikir sang mama adalah orang yang paling dekat dengannya, wanita yang bertaruh nyawa untuk melahirkan dirinya.

Tapi sekarang apa, kenyataan ini terlalu keras memukulnya, dia sebenarnya ingin bertanya pada mama dan papanya, kenapa harus mengungkapkan ini sekarang?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   75. Penjelasan Mama

    KruyukkkkLuna meringis saat perutnya berbunyi nyaring. “Kamu lapar?” tanya Laksa. Luna hanya mengangguk dengan malu, perutnya memang memilih momen tidak tepat untuk berbunyi, mereka memang melewatkan makan malam yang harusnya berlangsung dua jam yang lalu.Karena Laksa sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, Luna memberi tahu, bibi yang memanggil mereka untuk makan malam nanti saja. Laki-laki itu juga akhirnya bercerita apa yang sebenarnya terjadi, yang membuat Luna cukup shock mendengarnya, pantas saja Laksa yang biasanya gagah perkasa dan angkuh tiada tara berakhir meringkuk dalam dekapannya seperti bayi. “Maaf Ya, Kak.” Laksa menyentuh puncak kepala Luna dan mendaratkan bibirnya di sana lama dan dalam, yang dapat menyalurkan kehangatan dalam hai Luna, tapi tetap saja tidak membuat perut Luna ... kenyang. “Kakak patah hatinya bisa ditunda dulu tidak, setelah kita makan bisa dilanjutkan lagi.” “Siapa yang patah hati.” “Ya ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Wanita Yang Kau Pilih   76. Kabur

    Laksa sedang memandang Luna yang tertidur dengan lelapnya, jarum jam memang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam., dan sangat lumrah kalau Luna sudah tidur. Laksa membelai kepalanya lembut, sejenak dia hanya diam terpaku, dipandangnya wajah sang istri yang begitu tenang dalam tidurnya, bahkan ada senyum kecil di bibir sang istri. entah apa yang diimpikan Luna dalam tidurnya. Rasa bimbang segera menyergap hatinya, apa dia tega untuk mengusik bunga yang sedang tertidur dengan cantiknya ini, atau sebaiknya dia saja yang pergi, biarkan Luna tetap di sini. Tapi Laksa langsung menggelengkan kepalanya, menolak keras ide itu, dia tak ingin hidup terpisah dengan Luna, saat ini hanya Luna yang dia punya, sebagai penyemangat hidupnya. Mengabaikan kenyataan mungkin saja akan mengganggu tidur Luna , Laksa membangunkan sang istri, dia goyangkan lengan Luna agak keras.. “Luna, Lun, bangun dulu.” Luna tergeragap lalu memandang Laksa dengan pandangan bertanya. Rasa K

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Wanita Yang Kau Pilih   77. Tak Seindah Bayangan

    “Luna bangun kita sudah sampai?” sudah dua kali malam ini, Laksa terpaksa harus membangunkan Luna dari tidur lelapnya. Sebenarnya dia tak tega dan berniat untuk menggendong Luna ke dalam, tapi dia ingat harus juga mengurus barang-barang mereka, dan tubuhnya juga sangat lelah. Mereka memang baru saja menempuh perjalanan setengah jam, perjalanan yang cukup panjang untuk Luna yang memang sudah sangat mengantuk. “Eh, maaf, kak aku ketiduran.” “Bukan masalah.”Luna menatap sekeliling gedung ini, kenapa berbeda sekali dengan terakhir kali dia lihat, hanya bentuk bangunan tinggi ini saja yang masih sama. Apa sudah dilakukan perombakan besar-besaran di sini? Tapi ini bahkan baru dua bulan, cepat sekali mereka bekerja? “Ada apa, Lun, kamu terlihat bingung?” Laksa merengkuh bahu Luna, mungkin istrinya itu bingung tterbangun ditempat asing. “Banyak yang berubah ya kak di sini.” “Kamu pernah kemari?” “Eh, bukankah sebelum kita menikah kakak mengaja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Wanita Yang Kau Pilih   78. Tak Terduga

    “Kok aku di suruh balik ke kamar, aku mau cuci piring.” “Kamu di kamar saja sampai Dirga balik.” “Hah kenapa begitu? bukannya kita harus menghormati tamu, aku mau buatkan minum juga.” Laksa menyipitkan matanya tak suka. “Dia juga tidak ingin minum, sudah kamu bereskan pakaian itu saja dulu, biar aku yang temui dia.” “Tap-“ Luna hanya bisa menghela napas, apa mungkin nasi goreng yang dia buatkan tadi terlalu pedas sampai Laksa jadi aneh begitu. Luna menggelengkan kepalanya, dia malas untuk berpusing-pusing memikirkan sikap Laksa yang aneh itu. Lebih baik dia segera bergegas merapikan pakaian ini.Dia melirik jam dinding yang ada di kamar ini sudah hampir jam tujuh pagi, dia yakin Laksa akan terlambat datang ke hotel lagi, hari ini dia mengajar pukul sepuluh pagi, dan seperti biasa Laksa pasti akan mengantarnya terlebih dahulu. “Apa aku ambil motor di rumah ayah saja, supaya bisa pergi kemana-mana sendiri,” gumam Luna pelan, tidak mungkin juga di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Wanita Yang Kau Pilih   79. Keegoisan Laksa

    “Tidak, Lun, darimana kamu mendapat ide gila seperti itu.” “Itu bukan ide gila, Kak, itu solusi yang terbaik untuk masalah kita.” Setelah Dirga pergi, tau lebih tepatnya Laksa yang memaksa laki-laki itu untuk pergi –dengan sedikit ancaman tentu saja. Laksa segera bersiap untuk pergi bekerja, tapi masalah muncul saat sang istri malah memberikan ide yang menurutnya sangat konyol dan tidak masuk akal. “Tetap saja, aku sama sekali tidak setuju.” “Tapi kalau setiap hari kak Laksa selalu telat masuk kerja, gara-gara antar jemput aku, apa kata anak buah kakak, lagi pula dengan begitu aku bisa pergi kemanapun yang aku mau, tak perlu lagi merepotkan kak Laksa.” “Itu yang tidak aku mau, kamu pergi kemana-mana sendiri naik motor apalagi kondisimu sedang hamil begini.” Luna memang mengutarakan keinginnannya untuk mengambil motornya di rumah sang ayah, jarak apartemen dengan sanggar tempt dia mengajar tidak terlalu jauh, jadi akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Wanita Yang Kau Pilih   80. Kedekatan Yang Memabukkan

    “Aku akan senang sekali kalau kamu mau membawakan keripik apel dari sana.” “Apa itu tidak mungkin, Kak laksa sangat sibuk, lagian aku juga segan untuk memintanya mencarikan makanan yang aku inginkan? Kandunganku baik-baik saja, hanya akhir-akhir ini aku banyak makan dan suasana hatiku juga naik turun.” “Saat kamu sudah kembali bekerja aku akan menceritakan semuanya. Benarkah? Apa kamu bisa memfotokannya untukku, kamu kan tahu aku sangat ingin suatu saat menikah dengan konsep seperti itu. hah benar juga aku sudah menikah, jadi tak mungkin terwujud.” Laksa baru saja akan masuk ke dalam kamarnya dan Luna, saat dia mendengar suara istrinya itu yang sedang berbicara dengan seseorang dari telepon, terlihat sangat akrab kalau dari caranya berbicara. Laksa bahkan tak tahu kalau Luna bisa juga bicara sebanyak dan seluwes itu, selama ini Luna memang terkesan lebih pendiam saat ada di dekatnya, dia akan bicara jika Laksa bertanya, Luna tidak pernah mengatakan keinginan hati

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   81. Bergantung Pada Benang

    Sepanjang malam Luna tak bisa tidur dengan tenang, di sampingnya Laksa sudah pulas tertidur dengan memeluk tubuhnya erat. Sebenarnya bukan hanya sekarang saja, pokoknya sejak sore tadi ketika ayah mertuanya menelepon dan memintanya membujuk Laksa, Luna selalu memikirkan hal itu. Setiap detik, setiap menit lalu berganti jam, tak pemikiran itu tak pernah lepas dari kepala Luna. Sebenarnya dia tidak ingin ikut campur masalah keluarga Laksa ini, tapi statusnya yang sebagai istri Laksa membuat Luna mau tak mau harus terlibat. “Bagaimana kalau mereka malah bertengkar, sifat keduanya sepertinya sama saja, pemaksa dan tidak mau mengalah,” gumam Luna, sambil memandang wajah rupawan Laksa yang terlihat sangat tenang.Dengan ibu jarinya Luna menelusuri wajah Laksa, dulu dia tak berani bahkan untuk bermimpi melakukan ini, hidungnya yang mancung, bibirnya yang sering berlabuh di bibirnya, sepasang alis yang hitam, matanya yang biasa menatap Luna tajam dan membuat dadanya bertebar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   82. Senyum Dalam Lumpur

    “Nenek itu jualan gudeg, kak, sejak beliau masih gadis dulu, jadi pengalamannya sduah lebih dari tujuh puluh tahun sudah sangat terpercaya dalam duani pergudekan, dan tidak ada yang mengalahkan enaknya gudeg buatan nenek, jadi kalau gudeg itu sampai basi sayang sekali.” “Memang kamu tidak bisa membuatnya, minimal maminta resep nenek begitu siapa tahu kamu bisa meneruskan bisnisnya.” “Pernah memang nenek mengajarkan resepnya padaku, tapi rasanya tak seenak gudeg buatan nenek, ayah juga bilang begitu, pengalaman memang tidak pernah bohong.” Laksa menghela napas, dia tak tahu kenapa terjebak membicarakan gudeg dengan Luna, tapi melihat sang istri terlihat sangat bersemangat membuat Laksa tak mampu menolak keinginann Luna, dan sekarang hanya karena gudeg sialan itu dia mengabaikan harga diri dan rasa marahnya demi mengantar Luna ke rumah keluarganya. Jika Dirga tahu hal ini, sepupu kurang ajarnya itu pasti akan tertawa tujuh hari tujuh malam. “Seharusnya kiriman itu biarkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   182. Akhirnya Menyerah 2

    Laksa membalikkan sendok makannya tanda kalau dia sudah selesai makan. “Kakak masih marah tentang aku yang ngobrol dengan kak Vano? Kami hanya-“ “Aku mengerti. Maaf aku hanya takut kamu lebih nyaman ngobrol dengannya daripada denganku.” “Kenapa kakak mikir begitu?” Laksa menggelengkan kepalanya itu tidak penting lagi untuk sekarang. “Kamu percayakan kalau aku sayang kamu dan tidak akan menyakitimu secara sengaja?” Luna mengangguk. “Setelah hubungan kita membaik dan aku putus dengan Raya lima bulan yang lalu aku tidak pernah bertemu dengannya sampai minggu lalu.”“Aku tahu, dia ada di luar negeri dan kakak selalu pulang tepat waktu jadi tidak mungkin menemuinya.” “Benar.” “Lalu?” “Dia tadi mengajakku bertemu di restoran, maaf aku tidak mengatakannya padamu tadi,” kata Laksa pelan dengan kepala masih menunduk dalam, dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman. Raya dan keluarganya pasti akan

  • Wanita Yang Kau Pilih   181. Akhirnya Menyerah

    “Maaf, sayang aku terlambat pulang,” kata Laksa pada Luna yang menyambutnya di teras depan. Luna tersenyum mencoba memahami kalau suaminya memang punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan untuk yang lain. Meski tak bisa dipungkiri ada resah yang dia rasakan hari ini. “Kakak sudah makan malam?” Ya Tuhan bagaimana dia bisa makan malam dalam keadaan seperti ini, pikirannya penuh dengan rasa bersalah dan khawatir pada Luna. “Kamu sendiri sudah makan?” Luna menggeleng yang membuatnya menghela napas panjang. Dia menatap arloji di tangannya. Jam setengah sembilan malam, belum terlalu malam memang meski tetap saja terlambat. “Kalau begitu kita makan sekarang.” “Tapi kalau kakak sudah makan, jangan dipaksakan nanti perutnya sakit.” Laska tersenyum dan membelai lembut kepala sang istri. “Aku juga belum makan, tadi ada masalah sedikit dan langsung pulang.” “Baiklah, aku siapkan makan malam dul

  • Wanita Yang Kau Pilih   180. Fitnah Raya 2

    Laksa kembali melanjutkan pekerjaannya, hari dia memang sengaja pulang lebih lambat karena banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Keberhasilannya tadi menggaet investor membuat semangat kerjanya melambung tinggi, lagi pula dia juga sudah mengirim pesan pada Luna kalau akan pulang terlambat. Ketukan pintu membuatnya mendongak sebentar sebelum berteriak. “Masuk.”Dan sang asisten masuk dengan terburu-buru. “Maaf, Pak. Apa bisa saya pulang lebih dulu. Ibu saya masuk rumah sakit,” katanya dengan wajah khawatir. Laksa mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Tentu saja, kamu bisa pulang lebih dulu aku hanya akan menyelesaikan laporan ini.” “Terima kasih, Pak.” “Semoga ibumu baik-baik saja.” Sang asisten menggangguk dan mengaminkan sebelum pamit pergi. Laksa sedikit meregangkan tangannya mengusir rasa kaku karena terlalu lama duduk. Pekerjaannya hampir selesai lagi pula dia sudah berjanji pada Luna ak

  • Wanita Yang Kau Pilih   179. Fitnah Raya

    Laksa duduk dengan punggung tegak. Di depannya seorang laki-laki paruh baya yang rencananya akan melakukan investasi pada salah satu program yang akan diadakan hotelnya. Setelah hampir dibuat gila karena kelakukan mantan pacarnya, Laksa harus memacu mobilnya gila-gilaan untuk mengejar waktu yang sudah sangat mepet, dia bahkan tak peduli dengan umpatan yang dia terima dari pengguna jalan lainnya. Untungnya sang investor juga datang sedikit terlambat, jadi dia masih punya waktu untuk sekedar membaca ulang apa yang akan dia presentasikan nanti, meski dia yakin sudah hapal betul dengan apa yang akan dia katakan nanti tapi dalam keadaan setengah gila karena mantan pacarnya yang lagi-lagi berulah, otaknya bisa melenceng kemana-mana dan Laksa tak mau investor yang telah lama dia incar akan lepas begitu saja karena ketidakprofesionalannya. “Terima kasih bapak sudah bersedia datang,” kata Laksa membuka percakapan dengan basa-basi. “Sama-sama, pak. Saya sangat tertarik dengan beberapa progr

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status