Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 81. Bergantung Pada Benang

Share

81. Bergantung Pada Benang

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-03-02 13:13:21

Sepanjang malam Luna tak bisa tidur dengan tenang, di sampingnya Laksa sudah pulas tertidur dengan memeluk tubuhnya erat. Sebenarnya bukan hanya sekarang saja, pokoknya sejak sore tadi ketika ayah mertuanya menelepon dan memintanya membujuk Laksa, Luna selalu memikirkan hal itu.

Setiap detik, setiap menit lalu berganti jam, tak pemikiran itu tak pernah lepas dari kepala Luna. Sebenarnya dia tidak ingin ikut campur masalah keluarga Laksa ini, tapi statusnya yang sebagai istri Laksa membuat Luna mau tak mau harus terlibat.

“Bagaimana kalau mereka malah bertengkar, sifat keduanya sepertinya sama saja, pemaksa dan tidak mau mengalah,” gumam Luna, sambil memandang wajah rupawan Laksa yang terlihat sangat tenang.

Dengan ibu jarinya Luna menelusuri wajah Laksa, dulu dia tak berani bahkan untuk bermimpi melakukan ini, hidungnya yang mancung, bibirnya yang sering berlabuh di bibirnya, sepasang alis yang hitam, matanya yang biasa menatap Luna tajam dan membuat dadanya bertebar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Wanita Yang Kau Pilih   82. Senyum Dalam Lumpur

    “Nenek itu jualan gudeg, kak, sejak beliau masih gadis dulu, jadi pengalamannya sduah lebih dari tujuh puluh tahun sudah sangat terpercaya dalam duani pergudekan, dan tidak ada yang mengalahkan enaknya gudeg buatan nenek, jadi kalau gudeg itu sampai basi sayang sekali.” “Memang kamu tidak bisa membuatnya, minimal maminta resep nenek begitu siapa tahu kamu bisa meneruskan bisnisnya.” “Pernah memang nenek mengajarkan resepnya padaku, tapi rasanya tak seenak gudeg buatan nenek, ayah juga bilang begitu, pengalaman memang tidak pernah bohong.” Laksa menghela napas, dia tak tahu kenapa terjebak membicarakan gudeg dengan Luna, tapi melihat sang istri terlihat sangat bersemangat membuat Laksa tak mampu menolak keinginann Luna, dan sekarang hanya karena gudeg sialan itu dia mengabaikan harga diri dan rasa marahnya demi mengantar Luna ke rumah keluarganya. Jika Dirga tahu hal ini, sepupu kurang ajarnya itu pasti akan tertawa tujuh hari tujuh malam. “Seharusnya kiriman itu biarkan

    Last Updated : 2025-03-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   83. Bermain Hati

    Laksa memandang wajah Luna yang tertidur pulas dalam dekapannya, sejenak dipandangnya wajah wanita yang telah menjadi istrinya itu, rambutnya yang wangi strawberry tergerai kusut, wajahnya polos tanpa riasan membuat wanita itu seperti anak SMA saja. Laksa mengecup kening Luna lama, lalu beranjak bangkit dari tidurnya, dan memeriksa tas kerja yang dia bawa, lalu dengan pelan membawanya ke ruang tamu yang sudah dia sulap menjadi ruang kerjanya. Bukan Laksa tidak ingin memberi tahu Luna, dia hanya perlu waktu untuk memahami semuanya, pikirannya bahkan selalu kusut akhir-akhir ini, kenyataan ini menghantamnya dengan telak. Dibukanya amplop yang diberikan sang mama tadi sore, sejenak Laksa menimbang, apa kira-kira isi di dalamnya atau mungkin lebih tepatnya siapkah dia mengetahui isi amplop ini? Dengan menguatkan tekadnya Laksa membuka amplop itu, sebuah kertas kecil bertuliskan bertuliskan nama Marlina, lengkap dengan alamat rumah dan juga alamat akun media sosialnya, sayang seka

    Last Updated : 2025-03-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   84. Ditepi Jurang

    “Ckkk... aku heran kamu punya rumah yang nyaman dan apartemen mewah, tapi kamu suka sekali tidur di properti milikku.” Laksa memandang dingin pada sepupunya yang masih setengah mengantuk saat dia masuk ke kamar ini. Tadi pagi salah satu anak buahnya menginformasikan kalau Dirga tidur di salah satu kamar di hotel ini, bukan masalah sebenarnya hanya saja Laksa tidak akan melewatkan waktu untuk menjahili sepupunya itu, lagi pula ada yang ingin dia bicarakan dengan Dirga. “Kamu kerja sana, jangan ganggu aku,” kata Dirga sambil menarik selimutnya. Tentu saja Laksa tak akan membiarkan hal itu, dengan semena-mena dia menarik selimut yang membungkus tubuh Dirga yang membuat sepupunya itu melotot marah. “Ayo bangun, ini sudah siang.” “Sejak menikah kamu sudah seperti emak-emak nyinyir.” Dirga langsung bangkit dan masuk ke kamar mandi, Laksa menunggunya dengan sabar sambil duduk di ranjang memainkan ponselnya.” Bibirnya menampilkan senyum saat melihat status Luna, istrinya itu terlih

    Last Updated : 2025-03-03
  • Wanita Yang Kau Pilih   85. Rasa Rindu Itu

    “Saya akan menjemput istri saya dulu, hubungi saya kalau sudah mendapat suplier yang tepat.” “Baik, Pak?” Laksa baru saja kembali dari meeting dengan klien penting, rasanya kepalanya sangat penuh, belum lagi permintaan sang klien yang tidak biasa, bukannya pihaknya tak bisa memenuhi hanya saja akan butuh waktu untuk melakukan pemesanan dan lain sebagainya dan sekarang Laksa harus putar otak bagaimana memenuhi itu semua dalam waktu yang singkat. Belum lagi persoalan pribadinya yang sangat menguras emosi, meski Dirga telah mengatakan kalau akan memikirkan permintaan Laksa, tapi selama laki-laki itu belum mengatakan iya hatinya belum bisa tenang. Laksa mengenal Dirga hampir sepanjang hidupnya dan sepupunya itu kadang seenaknya, dan terkesan angin-anginan. Saat penat seperti ini biasanya Luna bisa membuat perasaannya lebih baik dengan tingkah polos tapi menggemaskan menurut Laksa. Sebena

    Last Updated : 2025-03-03
  • Wanita Yang Kau Pilih   86. Jalan Berliku

    Luna meremas tangannya dengan gugup, sesekali dia melirik pada Laksa yang begitu masuk ke dalam mobil menampilkan wajah datarnya, bahkan dia yang biasanya bertanya ini itu pada Luna kini hanya seperti patung batu. Luna bukan orang yang pandai untuk memulai pembicaraan dengan orang lain, karena itu dia jarang punya teman yang akrab dengannya, mungkin mereka berpikir Luna orang yang sangat membosankan. Iya Luna akui mungkin mereka benar, Luna bahkan hanya bisa bersikap apa adanya, tak pandai untuk diajak bekerja sama dalam menjahili teman dan sederet hal lainnya yang mungkin tidak akan muat dalam satu buah buku, hanya Vira yang betah berteman dengan Luna, mungkin karena gadis itu sangat cerewet jadi mereka tak pernah kekurangan bahan obrolan. Otak Luna sibuk berputar mencari apa kesalahannya dan kalimat apa yang tepat untuk membuka percakapan dengan Laksa., tapi saat melihat wajah Laksa yang terlihat sangar nyali Luna langsung ciut. Mobil yang dikemudikan Laksa me

    Last Updated : 2025-03-03
  • Wanita Yang Kau Pilih   87. Pesan Tersirat

    Luna langsung meloncat keluar saat mobil Laksa berhenti di depan halaman rumah ayahnya. “Luna jangan Lari,” teriak Laksa yang begitu khawatir, tapi Luna seolah tak mendengar apapun. Istrinya itu terus berlari ke dalam rumah, Laksa sontak juga berlari menyusul Luna, kakinya yang panjang memudahkannya menyusul.Karena tak memperhatikan tempat yang dia pijak, kaki Luna terpeleset kerikil, dia sudah memejamkan matanya tak bisa berpikir lagi, tapi sebuah tangan menyangga tubuhnya dan memeluknya erat. “Sudah aku bilang jangan berlari,” kata Laksa dengan wajah dingin dan segera menggendong tubuh mungil Luna.“Turunkan aku, kak,” kata Luna dengan tercekat, antara marah, kecewa juga takut. “Tidak akan jika kamu masih ceroboh seperti itu, kamu dan anak kita bisa celaka.”“Bukankah itu yang kakak inginkan.” “Apa?” “Kakak sengaja tadi mengemudi secepat itu, padahal tahu aku takut.” Laksa menghela napas. “Maaf, aku hanya sedang emosi tadi,” kata Laksa m

    Last Updated : 2025-03-04
  • Wanita Yang Kau Pilih   88. Karma Atau Pelet

    Vira memeluk Luna dengan kencang sahabatnya itu, bukan Vira namanya jika tidak datang dengan heboh, bahkan gadis itu mengabaikan yang Luna mungkin saja masih butuh istirahat setelah apa yang dia alami. Sore tadi Laksa yang menghubungi Vira bukan Luna. Benar Laksa yang itu. Vira juga sempat terkejut tadi saat mendengar suara laki-laki itu, tapi rasa terkejutnya berganti dengan cemas saat dia mengatakan kalau Luna kecelakaan. Vira yang tadi masih mengurusi beberapa pagelaran di pusat kota langsung meluncur ke rumah ayah Luna, tentu saja dengan membawa serta berbagai sajen yang Vira yakin akan disukai Luna. “Kamu kok tahu aku barusan kecelakaan?” tanya Luna heran, dia baru saja akan memejamkan matanya, tapi suara Vira yang setara toa masjid membuatnya langsung melek seketika. “Suamimu yang menghubungiku.” “Eh suamiku? Kak Laksa maksudnya?” Dengan gemas Vira menjitak kepala Luna. “Memangnya kamu punya berapa suami, hah!” Luna meringis, sahabatnya

    Last Updated : 2025-03-04
  • Wanita Yang Kau Pilih   89. Rasa Sesak yang Indah

    Seolah tidak memberi waktu pada Luna untuk menarik napas dan sembuh dari ketakutan karena kejadian hari ini, dan juga kemungkinan Luna memiliki kepentingan yang lain, Laksa mengungkapkan sebuah rencana yang membuat Luna terkejut. Bukan rencana jahat memang tapi sanggup membuat Luna bingung, apalagi rencana itu dia utarakan langsung di depan ayahnya, saat makan malam di rumah sang ayah. Hari ini mereka memang memutuskan untuk menginap di rumah sang ayah, karena Luna enggan diajak kembali ke apartemen yang mereka tinggali. “Jadi gini, yah, Laksa berencana mengajak Luna liburan, mungkin untuk beberapa hari, sejak menikah kami belum pernah menikmati liburan berdua, sekalian untuk menyegarkan pikiran, apalagi setelah kejadian kemarin.” “Ayah terserah pada kalian saja, kalain sudha dewasa, tapi Ayah titip Luna, jangan sampai dia terluka lagi.” “Baik ayah.” “Kok kak Laksa nggak bilang.” “Aku pernah janji padamu akan mengajak liburan bukan?” tanya Laksa b

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

  • Wanita Yang Kau Pilih   171. Pengalihan

    Luna keluar dari cafe dengan kaki yang bergetar hebat, dia tak pernah suka bertengkar dengan orang lain. Saat akan berkonfrontasi dengan orang lain Luna lebih memilih mengatakan apa yang memang perlu dikatakan lalu pergi begitu saja, tanpa mau menoleh lagi. Terkesan pengecut memang tapi seperti itulah Luna. JIka hari ini dia mampu berkonfrontasi dengan Raya, itu semata-mata karena rasa cemburu yang mendominasi pikirannya. Dia mencintai Laksa dengan tulus dan laki-laki itu juga mengatakan kalau hanya Luna yang akan menjadi masa depannya, meski tanpa ada kata cinta, tapi bagi Luna itu sudah cukup. Dia jadi punya keberanian untuk melawan. "Mbak Luna baik-baik saja?" tanya sopir yang mengantarkan Luna. Dia menatap khawatir menantu majikannya ini. Luna terlihat pucat dan lemas. "Saya baik-baik saja, Pak." Luna memberi senyum sebahai ucapan terima kasih, si bapak membukakan pintu mobil untuknya. "Kita langsung pulang, mbak?" tanya sang sopir. Luna menimbang sejenak, dia tak

  • Wanita Yang Kau Pilih   170. Hanya Masa lalu

    Tanpa menunggu dipersilahkan Luna meanrik kursi dan duduk di sana. Perutnya yang besar memang membuatnya tak betah untuk berdiri terlalu lama. "Mau pesan apa?" tanya Raya yang telah mampu menguasai dirinya. Sepertinya beberapa bulan menjadi istri Laksa membuat wanita lebih berani tak sepolos dan sepengecut dulu. LUna melihat buku menu dan dia langsung menginginkan oreo milkshake dan brownies yang terlihat menggoda di sana. "Kamu cukup berani juga memesan minuman itu padahal tubuhmu sudah gendut," Komentar Raya saat Luna menyebutkan pesanannya. Wah bodyshaming ini. "Sya memang sedang hamil jadi wajar kalau tubuh saya berisi, justru kalau kurus suami saya akan khawatir." "Hati-hati. Laki-laki tidak suka dengan wanita gendut," kata Raya sok menasehati. Luna tersenyum mendengar nasehat 'baik hati' dari mantan kekasih Laksa ini. "Mungkin, Tapi suami saya bilang lebih suka memeluk saya yang lebih berisi d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status