"Jangan, tolong jangan lakukan itu!! Evaan, tolong!! Evaan," teriak Iris ketakutan."Say good bye kepada wajah cantikmu, Bitch!!" UJar Stella kepada Iris.Sambil tersenyum menyeringai, Stella mengangkat silet tajam berlumuran darah ke udara, tangannya berayun turun dan bersiap menyayat serta merusak wajah cantik Iris agar ia tidak ada lagi yang bisa merebut Evan. Akan tetapi ....Tepp!!"GOOD BYE, STELLA!!" Ujar Evan setelah menangkap pergelangan tangan Stella dan menggagalkan perbuatan jahat adik dari rekan kerjanya tersebut."Evan ...." Manik biru Stella membulat sempurna saat melihat wajah Evan yang terlihat merah padam menahan marah, ia akhirnya memutar otak mencari alasan untuk membela diri. "Evan!! Pelacur itu yang menyerangku lebih dulu makanya a--""DIAM KAU, STELLA!! Apa kau pikir aku akan memepercayai ucapanmu, hah?!" Evan merampas silet dari tangan Stella dengan sangat kasar hingga beberapa ruas jari-jari lentik Stella tidak sengaja tersayat lalu berdarah."Awwwhhh, sakit!
"Mmmmh," lenguh Iris saat bibirnya dilumat oleh Evan.Teriak kesakitan Iris berubah menjadi lenguhan dan rasa sakit yang dideritanya teralihkan oleh ciuman hangat yang terasa begitu hangat di bibirnya tidak seperti biasanya yang terasa dingin dan kasar. Tatapan mata Iris dan Evan saling beradu tak bisa saling melepaskan pandangan satu sama lain hingga kelopak mata Iris tiba-tiba terpejam."Iris, bangun!! Ada apa?" Evan menangkup pipi Iris lalu menepuknya perlahan untuk membangunkan sang gadis, namun ia tidak kunjung mendapatkan respon dari Iris yang sedang pingsan. "Perawat," panggilnya kencang."Sudah selesai, Tuan. Saya akan pergi sebentar untuk mengambil obat-obatan yang diperlukan untuk perawatan nona Iris," ucap sang perawat."PAUL!!" Seru Evan memanggil anak buahnya yang sedang berjaga di depan kamar Iris."Ya, Tuan.""Antar perawat ke klinik untuk mengambil obat-obatan," titah Evan."Baik, Tuan."Perhatian Evan kembali tertuju kepada Iris yang masih pingsan dan tak kunjung sada
"Evan, kiriman heroin kita dijarah. Dan aku pikir ini semua adalah perbuatan Fabrisio karena hanya dia yang tahu rute perjalanan truk-truk kita," lapor Peter sesaat setelah masuk ke dalam ruangan kerja sang pimpinan.BRAAAAKKK!!! Evan menghantam meja kerjanya dengan kepalan tangannya yang besar nan kokoh sehingga meja kerjanya bergetar hebat, wajahnya berubah merah padam dan menunjukkan kemarahan yang teramat sangat setelah mendengar laporan Peter. Rugi banyak, jutaan dollar uang yang telah hilang itulah yang kini sedang dipikirkan oleh Evan sehingga membuat kepalanya berdenyut sakit."Apa kau sudah memastikan kalau Fabrisio adalah pelakunya?" Tanya Evan memastikan."Ya, aku sangat yakin." Jawab Peter."Fuck!! Jadi sekarang Fabrisio sedang menabuh genderang perang dan memantapkan posisinya sebagai musuhku," maki Evan."Tepat sekali," sahut Peter.TOK TOK!!"Siapa?" Seru Peter."Ini saya, Simon.""Masuk," titah Peter.Simon masuk ke dalam ruangan kerja Evan sambil membawa sepucuk surat
BOOOM!! DHUUAAAARR!! Gudang-gudang senjata serta obat-obatan yang berada di area mansion Fabrisio satu per satu meledak dan percikan api langsung menjalar lalu membakar semua area perkebunan anggur milik pimpinan Al-Capone tersebut.Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit dan mulai membakar semua benda hingga menjadi abu, Fabrisio menggila melihat barang-barang bernilai ratusan juta dollar miliknya telah musnah dalam sekejap mata akibat serangan balasan Evan yang sangat telak."FUUUUUCK!! FUUUCKK!! CEPAT PADAMKAN APINYA," teriak Fabrisio sambil berlari mendekati area gudang. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?! CEPAT PADAMKAN APINYA, BODOH!!" Teriaknya kepada anak buahnya.Sementara itu ...."Pemandangan yang sangat indah," gumam Evan sambil tersenyum penuh kepuasan saat melihat api membakar seluruh kebun serta gudang senjata milik Fabrisio dari jendela kaca mobilnya.Ponsel Evan bergetar dan di layar muncul nama Peter sehingga ia langsung menjawabnya.[Evan: Hmm ....Peter: Jangan cuma hm
"Pergilah ke neraka menyusul istri seksimu yang tubuhnya telah diledakkan oleh Julian, berengsek!!""Hahaha!! Hei bodoh!! Bagaimana mereka berdua bisa bertemu di neraka? Tubuh istrinya 'kan hancur berkeping-keping, mungkin si berengsek ini hanya akan menemukan kepala atau satu kaki istrinya saja di neraka," timpal pria lainnya lalu keduanya tertawa terbahak-bahak setelah puas menghina Evan.Darah Evan seketika mendidih dan emosinya tersulut setelah mendengar ejekan anak buah Fabrisio, tenaga yang sudah terkuras habis seketika terisi penuh sehingga ia bisa melakukan perlawanan balik. Evan mengambil pisau lipat dari dalam saku celananya yang ia gunakan untuk melukai tangan pria bertubuh kekar lalu ia menyerang dua anak buah Fabrisio dengan pisau lipatnya dengan menancapkannya ke leher serta dada musuh hingga kedua pria bertubuh kekar akhirnya terjatuh di lantai lalu sekarat."FUCK YOU!! FOCK YOU!! Berani sekali kalian menghina istriku dan memanggilnya dengan panggilan yang menjijikkan,"
"Jadi, apakah kau mau bekerja sama denganku? Pikirkan baik-baik tawaranku yang pasti akan sangat menguntungkan dirimu," ujar Stella yang terus berusaha untuk meyakinkan Julian."Katakan kepadaku, siapa kau dan bagaimana kau bisa mengenal Iris yang sedang ditawan oleh Evan?" Tanya Julian sambil menatap Stella dengan tatapan selidik.Julian terlihat masih sangat ragu dengan Stella akan tetapi di satu sisi ia membutuhkan bantuan wanita bertubuh seksi itu untuk membebaskan Iris dari cengkeraman musuhnya. Manik hijau Julian terlihat sibuk mengamati Stella dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, kaki mulus nan jenjang yang terekspos sempurna membuat tatapan matanya terpaku lama seperti sedang disihir."Kenapa? Apakah identitasku sangat penting bagimu? Bukankah yang terpenting sekarang ini ada kebebasan adikmu?" Tanya Stella tapi ia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Julian dan beberapa detik berikutnya ia menyadari kalau lawan bicaranya sedang memandangi kaki, payudara sintalnya serta pa
"Evaan, turunkan aku!! Kau pria berengsek," teriak Iris saat dirinya dibawa paksa oleh Evan.Evan membopong dan memasukkan Iris yang masih terbalut selimut tebal ke dalam jet pribadinya, ia memasukkan tawanannya ke dalam kamar pribadinya dan hanya mengeluarkan kepala Iris dari ujung selimut agar sang gadis bisa bernapas dengan lega."Apa kau tidak lelah setelah hampir satu jam berteriak-teriak?" Ujar Evan sembari mengambil minuman di dalam lemari pendingin mini yang berada tepat di samping ranjang.Evan duduk di kursi sambil menatap Iris yang terus berusaha melepaskan diri dari gulungan selimut yang membuatnya tidak bisa bergerak bagai bayi yang sedang dibedong, rambut cokelat panjangnya yang terurai kini terlihat sangat berantakan bahkan menutupi seluruh wajah cantik yang kini terlihat sedikit menyeramkan sekaligus lucu bagi Evan."Kau pria keparat, berengsek!! Kau mau membawaku kemana?! Cepat, lepaskan selimut sialan ini ... sesak sekali, aku tidak bisa bergerak," maki Iris."Apa ka
"Hentikan, hentikan, Evan!! Aku akan menuruti semua perintahmu tapi tolong hentikan," pinta Iris mengiba."Oke," ucap Evan.Evan merapihkan kembali baju Iris sambil menatap wajah cantik tawanannya yang sedang menahan tangis, hatinya merasa sedikit rasa iba melihat air mata sang gadis akan tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk bisa mengancam Iris selain menggunakan ancaman vulgar seperti ini yang ia selalu berhasil menaklukkan kesombongan Iris agar mau melakukan semua perintahnya."Menyingkirlah dari tubuhku," pinta Iris.Evan melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuh Iris lalu ia turun dari ranjang, kini ia berdiri tegap sambil menatap tajam wajah Iris denganIris menarik selimut kemudian merangkak ke sudut ranjang, ia menutupi tubuhnya dengan selimut sambil menatap Evan dengan tatapan takut."Nanti seorang pelayan akan datang ke sini untuk mengantarkan baju dan kalau kau berani meminta tolong atau mengambil kesempatan ini untuk kabur maka aku akan memberimu--""Aku mengerti, aku