Beranda / CEO / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Bab 50: Daniel dan Barbara

Share

Bab 50: Daniel dan Barbara

Penulis: Yumiharizuki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Barbara benar-benar pergi menemui Daniel siang itu. Dia berdandan rapi dan elegan seperti biasanya. Ketika dia hendak berangkat, tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya.

"Daniel? Kenapa dia menelepon?" gumam Barbara. Dia akhirnya memijit tombol terima panggilan. "Ya, halo?"

"Barbara, kau masih belum berangkat, 'kan? Aku ingin mengubah tempat pertemuan kita," ujar Daniel dari ujung telepon.

Rencana Daniel yang ingin mengubah tempat pertemuan mereka sempat membuat Barbara kesal.

"Kenapa mendadak kau ingin menggantinya? Aku sudah mau pergi ke sana," timpal Barbara ketus. "Lalu di mana kita akan bertemu?"

"Kita bertemu di Hotel Omni San saja. Langsung ke kamar 405," jawab Daniel cepat.

"Apa? Kenapa tidak bertemu di lounge nya saja? Kenapa harus bertemu di kamar?" Barbara mulai berbisik, takut jika ada orang lain yang mendengar ucapannya itu.

"Aku sedang mengerjakan pekerjaanku. Makanya, tidak akan sempat menunggumu di lounge hotel." Daniel memberikan alibinya. "Jadi bagaimana? Kau mau a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 51: Terjerat Hubungan Rahasia

    Langkah wanita itu menghentak, seiring dengan suara hak sepatu yang beradu di lantai mansion itu. Barbara terlihat sangat kalap, bahkan ketika Lilian berusaha menanyainya tentang kemajuan rencana mereka."Barbara, bagaimana .... " Ucapan Lilian itu terpotong ketika Barbara menyelanya cepat."Nanti aku ceritakan."Barbara masuk ke kamarnya. Dia membanting pintunya sangat keras, membuat Lilian terkejut."Ya ampun, kenapa sih dia?" omel Lilian yang kemudian pergi meninggalkan area itu.Barbara berusaha mengatur napasnya agar bisa normal kembali. Seketika pikirannya beku, sama sekali tak bisa berpikir jernih akibat peristiwa yang sangat mendadak terjadi antara dirinya dan Daniel. Barbara menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur."Kurang ajar laki-laki itu! Dia mempermainkan aku!"Tak bisa dipungkirinya jika sesaat ketika Daniel kembali menghujaninya dengan cumbuan mesra, tubuhnya seolah merespon balik hal itu. Jauh di dalam perasaannya, dia juga merindukan bagaimana ketika dulu Daniel bis

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 52: Diagnosa Lola

    Luther berusaha untuk bersikap tenang dan profesional, namun tetap saja hasil investigasi yang dilakukan oleh sang informan terus membayangi dirinya. Pria itu seringkali melamun di kursi kebanggaannya. Jeremy, sang asisten semakin khawatir dengan kondisi bosnya itu."Bos, apa yang mengganggu pikiran Anda kali ini?"Luther mendongak pada Jeremy. Wajahnya terlihat sangat suram, tak terdapat rona bahagia sedikitpun dari sana."Entahlah Jeremy. Pikiranku terasa penat dan rumit memikirkan semua yang sudah terjadi.""Memangnya apa hasil investigasi sang informan itu, Bos?" tanya Jeremy penasaran.Luther tak menjawab sedikitpun. Dia hanya menyodorkan lembaran kertas dokumen yang diberikan informannya kepada Jeremy. Jeremy memeriksa satu persatu dokumen itu. Dia terkejut dengan fakta yang terdapat pada hasil laporannya."Apakah kau terkejut, Jer? Sejujurnya aku sangat terkejut begitu mengetahui semua hal itu," lanjut Luther dengan senyumnya yang memilukan."Saya ... ya, saya juga terkejut, Bo

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 53: Terapi Pemutus Trauma

    Luther sudah diberitahu oleh Jeremy jika Lola bersedia untuk melakukan terapi. Luther benar-benar terkejut dengan keputusan Lola itu."Benarkah? Dia mau melakukannya?""Iya, Bos. Psikiater bicara begitu kepada saya. Besok setelah makan siang, terapi itu akan dilakukan di mansion. Anda diharapkan untuk hadir memantau terapinya," jelas Jeremy."Baiklah. Bicara padanya, jika aku akan datang setelah makan siang," kata Luther pada akhirnya.Perasaan Luther kini tak menentu. Dia merasa lega akan keputusan Lola yang akhirnya mengizinkan untuk disembuhkan. Akan tetapi ada hal lain yang cukup mengusik Luther pada saat itu. Luther urung membicarakan hal tersebut dengan Jeremy. Dia memilih untuk menanyakannya saja langsung besok kepada Psikiater yang menangani Lola.Keesokan siangnya sesudah makan siang, Luther meluncur bersama Jeremy ke mansion. Jeremy hanya mengantar Luther namun tidak ikut memantau proses terapinya, karena tugasnya di kantor terlampau banyak. Luther langsung masuk ke kamar Lol

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 54: Isi Hati Lola

    Psikiater terlihat begitu terkejut dengan apa yang Lola katakan. Ternyata semua di luar dugaan mereka. Dia menyadari jika Luther saat ini sedang dilanda amarah besar."Tuan, tolong tahan sebentar lagi. Jangan biarkan amarah menguasai Anda," bujuk psikiater sebisa mungkin. "Anda ingin Nona sembuh, 'kan? Tolong jangan bergerak dan tetap di tempat Anda sebentar lagi."Luther sama sekali tidak bicara. Rahangnya mengeras, tubuhnya masih gemetar hebat. Psikiater akhirnya menutup sesi terapi."Baiklah, Nona. Terapi sudah selesai. Silahkan buka mata Anda."Lola yang sebelumnya terpejam, perlahan membuka mata. Dia terbelalak saat mendapati ada Luther di hadapannya yang kini tengah membuang muka."Lu ... Luther?"Dengan segera Luther menepiskan tangannya dari genggaman Lola. Dia bangkit dan berpaling kepada psikiater. "Terapinya sudah selesai, 'kan? Boleh aku kembali ke kantor sekarang?""Tentu, Tuan Luther. Terima kasih untuk kerja sama dan sikap kooperatif Anda dalam melancarkan terapi ini,"

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 55: Kesempatan Kedua

    "Oh, jadi Jhonatan ini adalah saudara tiri dari Lola? Sejujurnya aku pernah sesekali mendengar namanya. Tapi tak kusangka dia malah lebih terkenal di luar Amerika," komentar Luther agak sinis."Betul Bos. Tuan Jhonatan ini memang fokus mengembangkan bisnisnya di luar Amerika, tepatnya di Singapura. Kebetulan pasar di sana bagus dan dia beruntung," tambah Jeremy."Gadis itu seleranya jelek sekali! Dilihat dari sisi mana pun, jelas aku yang lebih unggul segalanya dari dia!" Luther tetap tidak terima. "Lola akan menyesal memilih laki-laki itu daripada diriku!""Menurut saya, mungkin karena sudah terlalu lama bersama, jadinya Nona Lola dan Tuan Jhonatan ada kedekatan yang tidak biasa. Bukankah ada peribahasa? Cinta akan hadir seiring berjalannya waktu," ucap Jeremy memberikan pendapatnya."Memangnya aku kurang lama dan sabar dalam mendekati gadis itu?" tanya Luther."Mungkin karena awal pertemuan dan perkenalan kalian kurang bagus, makanya Nona Lola masih membatasi dirinya dengan Anda. Ta

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 56: Jatah Bulanan Virginia

    Virginia merasa Luther hanya menggertaknya saja pada saat pria itu mendatanginya di kondominium miliknya. Karena sampai pada saat itu, Virginia masih bisa ongkang kaki dan menempati kondominium tersebut walau surat kepemilikannya sudah diambil paksa oleh Luther."Mana yang katanya ingin menyita aset milikku? Sampai detik ini, aku tidak melihat adanya pergerakan darinya! Aku masih menempati kondominium ini, itu artinya Luther hanya mengancamku," tantang Virginia. Virginia memeriksa tanggal di kalender handphone nya. Ada catatan pengingat yang sengaja Virginia berikan pada hari itu, bertuliskan jatah sugar baby Noah. Sudah saatnya bagi Virginia untuk menagih jatah bulanan yang dijanjikan oleh Noah untuk dirinya.Virginia segera mengirim chat kepada Noah, bertujuan menagih sekaligus mengingatkan.[Sayang, hari ini adalah hari yang kau janjikan. Kapan kau akan mengirim uang bulananku, Sayang? Oh iya, yang bulan kemarin juga masih belum kau kirimkan semua. Kapan aku bisa mendapatkan sisa

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 57: Wichita, Kampung Halaman

    Noah terkejut karena Anneliese memperlakukannya dengan tidak baik, bahkan terlihat tidak senang dengan kehadirannya. "Santai, Ann. Aku datang ke sini hanya untuk membawa sisa barangku dan sedikit bersantai. Tidak ada salahnya bukan mengunjungi mantan istri?"Anneliese Harris, yang kini sudah menjadi janda dari Noah Wilson sama sekali tak menjawab sedikit pun ucapan mantan suaminya. Dia masih berdiri di depan pintu, tak mempersilahkan Noah masuk. Noah terkekeh dengan sikap Anneliese terhadap dirinya."Ya ampun Ann, kau masih saja tidak berubah!""Bagaimana aku bisa biasa saja menghadapimu, Noah? Kau pikir kesalahan yang sudah kau perbuat itu hanya sebesar biji jagung? Tidak semudah itu aku akan memaafkanmu! Bahkan sampai kapan pun, kau tidak akan pernah kumaafkan!" Anneliese semakin sengit menghadapi Noah."Tapi setidaknya, izinkan aku masuk dulu. Aku datang ke sini bukan untuk mengajakmu bertengkar. Aku ada keperluan penting." Noah bersikeras ingin diterima kehadirannya.Anneliese te

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 58: Pencurian dan Penganiayaan

    Noah berjalan masuk perlahan menelisik tiap sudut ruangan. Dia mulai membuka dan mengobrak-abrik isi lemari milik Lola. Di sana tidak terdapat adanya brankas."Sial! Brankas itu ada di mana?" decak Noah kesal.Hampir seluruh penjuru yang diduga sebagai tempat terdapatnya brankas sudah diperiksa oleh Noah. Akan tetapi, Noah sama sekali tidak menemukan apa pun. Di saat dia merasa berang, dihampirinya kembali sang asisten rumah tangga. Tanpa ampun, Noah menjambak rambut Joyce sampai wanita itu berteriak kesakitan."Kurang ajar! Wanita sialan! Kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku ya?""Ampun, Tuan! Sa ... saya tidak berani ... membohongi Tuan!" Joyce merintih. "Saya bersumpah! Nyonya mengatakan ... hal itu kepada saya!"Noah menghentakkan Joyce dengan kasar, sampai wanita itu terjerembab di lantai. Noah kini mulai pening. Matanya semakin lincah, mencari kira-kira ada di mana lagi tempat yang belum sempat dia jangkau. Tiba-tiba mata Noah membulat seketika."Apa mungkin .... "Noah

Bab terbaru

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 125: Akhir Yang Bahagia

    "Jadi kita bulan madunya ke sini?" Lola menoleh memperhatikan sekeliling. "Iya, lagipula sudah lama 'kan kau tidak mengunjungi makam orang tuamu?" Luther menurunkan sekeranjang bunga dari mobil.Mereka pun berjalan beriringan menuju ke dalam kompleks pemakanan, tempat Tuan Harris, yaitu ayah kandung Lola terbaring selama bertahun-tahun. Lola pun hampir lupa kapan terakhir kalinya dia mengunjungi makam ayahnya tersebut.Di atas makam itu rupanya sudah banyak bunga yang bertebaran. Belum lagi kondisi makamnya terawat sekali. Lola mengernyit sejenak. Siapa yang sudah mengunjungi makam ayahnya? Setahunya, ayahnya sudah tak memiliki keluarga lagi di Amerika. "Kalian itu bagaimana? Tidak ada kah keluarga yang mengunjungi makam ini? Makamnya benar-benar tak terurus. Aku gemas sekali melihatnya." Luther memprotes pelan.Lola menoleh pada suaminya tak percaya. "Jangan-jangan kau yang .... "Luther hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil. "Sudahlah, jangan pikirkan. Ayo tabur

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 124: Pernikahan

    "Omong kosong apa itu, Cassandra? Cepat pergi dari sini!" bantah Luther cepat.Cassandra tak mau beranjak dari tempatnya. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum orang-orang mengetahui kebenarannya!"Para wartawan kembali mulai bergumam, saling membicarakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Cassandra dan Luther. Cassandra sengaja mengambil alih microphone dan mulai berbicara."Jadi para hadirin, Luther ini seorang pria bermulut manis. Dia membuangku setelah kekasih lama yang meninggalkannya kembali lagi. Aku diusir dari mansion, begitu juga dengan perempuan yang lain yaitu Barbara dan Lilian!""Hey! Apa yang kau katakan? Aku tidak .... " Luther mencoba merebut microphone nya, tapi Cassandra dengan gesit menyembunyikannya."Harusnya aku yang kau nikahi, bukan wanita yang sudah mencampakanmu! Kenapa kau malah memilih dia?" Cassandra mulai melakukan dramatisasi. Dia tiba-tiba menangis tersedu."Cassandra!" Luther merasa Cassandra sudah berlebihan dalam bersandiwara. Hal itu membuat opin

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 123: Konferensi Pers

    Wajah Luther mulai merah padam. Lola sedikit mencibir perilaku Luther itu."Kau memang si Raja Tega! Apa pun kau lakukan demi tujuanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Ya! Aku akui saat itu aku bodoh, Lola! Aku memang Raja Tega!" Luther menggertakkan giginya. "Hal itulah yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidup. Karenanya aku harus kehilangan segalanya, termasuk kekasihku Abby."Luther berubah muram dan begitu terluka. Raut keputusasaan terpancar di wajahnya. Lola yang asalnya menghakimi Luther kini berubah terenyuh melihat pria itu."Coba kalau dulu aku tidak nekat melakukan itu. Aku pasti tidak akan kehilangan dia. Dia pun tidak akan kehilangan hidup dan masa depannya karena aku!""Luther .... "Luther mulai frustasi. Rasa sedih dan bersalah kembali menghantam jiwanya. Dirinya bahkan berurai air mata di hadapan Lola, menandakan memang sebegitu menyesalnya dia akan sikapnya di masa lalu."Abby! Maafkan aku! Maafkan aku si pria bodoh ini!" Luther tersedu di tempatny

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 122: Kejujuran Luther

    Lola menelan ludahnya. Tenggorokan nya terasa sakit dan perih pada saat itu."Abigail. Dia wanitamu juga, 'kan? Kau ... sudah membunuhnya, bukan?"Tanpa diduga, Luther langsung menerjang Lola. Lola melotot dan napasnya mulai tersengal saat dia merasakan cekikan erat tangan Luther di lehernya. Dirinya begitu tak percaya jika laki-laki yang saat ini sebenarnya masih dia percayai tega mencekiknya seperti itu."Tahu apa kau soal dia? Jika kau tidak tahu apa-apa, jangan seenaknya bicara!"Lola terbatuk-batuk di tempatnya. Air mata mulai berlinang. Luther dengan kasar melepaskan Lola dan duduk kembali di sofa dengan wajahnya yang kalut."Apa yang aku tidak tahu? Kau akan dengan mudah membunuh dia, seperti kata Barbara! Aku juga menemukan banyak bukti di handphone dan emailmu!"Luther sama sekali tak menanggapi Lola. Dia menutup wajahnya yang kalut itu. Lola pun melanjutkan ucapannya lagi."Kau juga bahkan ... sampai hati mencekikku! Melukaiku seperti ini! Apa tidak cukup hanya Abigail? Kau

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 121: Pertanyaan

    Lola berhasil menemukan tempat baginya untuk bermalam selama beberapa waktu. Hatinya masih berkecamuk dan bingung. Apakah jalan yang dia tempuh kali ini adalah benar?"Jadi ... kapan aku harus menemuinya? Apa yang harus aku katakan padanya?"Meskipun keraguan menghinggapinya kini, tapi karena sudah terlalu jauh akhirnya Lola tetap pada tujuannya yang awal. Dia berniat untuk menemui Luther sesudah makan malam keesokan harinya."Semoga saja dia ada di mansion. Apa reaksi Luther jika ... dia melihat kedatanganku ke sana?"Dengan terus menguatkan hatinya, Lola pun menaiki taksi menuju ke kawasan mansion elit di San Francisco itu. Gemuruh di dada tak dapat hilang semenjak tadi. Malam itu dia berhasil sampai di mansion yang pernah menaunginya selama beberapa lama."Terima kasih, Pak. Berhenti di sini saja."Lola menyodorkan uang lembaran ke pengemudi taksi. Dia sengaja berhenti cukup jauh dari mansion Luther hingga harus berjalan ke sana. Dari jauh dia melihat ada banyak pria berbaju formal

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 120: Wanita Simpanan Baru

    Lola sudah memikirkan segalanya matang-matang. Dia benar-benar menginginkan dirinya untuk kembali ke Amerika sekaligus bertemu dengan Luther setidaknya untuk terakhir kali. Dia sadar jika apa yang telah dilakukannya ini pasti akan membuat keluarganya khawatir.'Sudahlah. Untuk apa aku memikirkan orang-orang ini? Memangnya mereka memikirkan aku?' gerutu Lola di dalam hati."Lola? Kenapa diam saja? Kau tidak memakan sarapanmu? Nanti keburu dingin," tegur Jhonatan lembut yang refleks membuat Lola terlonjak.Lola tidak menjawab. Dia terlihat tidak tertarik dengan santapan paginya. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang."Semuanya, sepertinya aku akan pulang terlambat. Ada banyak urusan di kantor yang belum selesai.""Ah, iya. Selamat bekerja ya, Tuan Muda." Joyce bersikap tetap ramah pada Jhonatan.Lola mendengus kecil. Bagaimana mungkin keluarganya ini bersikap seolah tidak terjadi apapun sekarang? Apakah mereka semua ini bersekongkol? Lola tak mau memikirkan terlalu banyak. Dengan t

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 119: Pembunuh Yang Sebenarnya

    Tubuh Joyce mulai gemetar. Dia sampai tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, sementara pihak detektif terus memanggilnya yang terdiam. Anneliese merasa janggal dengan sikap Joyce yang mematung di dekat telepon."Ada apa ... Joyce?" Suara serak Anneliese membuat Joyce terkesiap. Segera wanita itu terlempar ke dalam realita."Maaf, Tuan. Kami sedang sibuk. Permisi." Joyce cepat-cepat menutup teleponnya dan bergabung kembali di meja makan.Akan tetapi sikap Joyce masih terlihat begitu gelisah. Dia tak dapat menyembunyikan sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya itu membuat Jhonatan, Lola maupun Anneliese semakin bertanya-tanya."Joyce, apa yang terjadi? Siapa yang barusan menelepon?" Jhonatan kembali menanyakan.Joyce tersenyum kaku sambil kembali menyendok makanannya. "Sepertinya salah sambung."Jhonatan hanya bisa memicingkan mata. Dia tahu jika Joyce sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. "Aku tidak semudah itu dibohongi. Kita sudah tinggal bersama sejak lama. Ada sesuatu yan

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 118: Pemeriksaan TKP

    Mood Jhonatan cepat sekali berubah. Beberapa jam lalu, Jhonatan terlihat kelimpungan bahkan cenderung tertekan. Tapi saat ini, wajahnya terlihat senang. Lola tak henti memperhatikan laki-laki itu.'Sebenarnya apa yang sudah terjadi di sini?' batin Lola.Lola tak bisa mengungkapkan kegelisahan hatinya. Dia hanya dapat menyimpannya sendiri di dalam hati. Karena sudah bertekad untuk mencari tahu semuanya, Lola pun dengan sengaja mencuri dengar pembicaraan Jhonatan di telepon malam itu."Virginia. Aku tahu kau akan terus menghubungiku. Kau tenang saja. Semua di sini sudah selesai ku urus. Aku sedang menunggu kucuran dana dari para investor untuk membeli sisa rancangan proyek Luther."Lola tertegun di tempatnya. Dia tercengang karena Jhonatan ternyata membeli proyek milik Luther dari Virginia. Pertanyaannya adalah, bagaimana hal itu terjadi? Padahal setahunya, Virginia dan Luther sudah tak lagi berkomunikasi sejak awal mereka bertemu."Aku sudah mengikuti semua keinginanmu! Jadi kau harus

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 117: Upaya Menjebak Noah

    Luther berjalan mondar-mandir di ruangan kantornya. Sejujurnya dia takut merusak segala rencananya. Dia hanya butuh pengakuan Noah untuk mengakui kecurangan yang dilakukannya pada proyek yang mereka jalankan."Jer, kamera CCTV sudah menyala semua?" tanya Luther."Sudah, Bos. Semua sudah beres." Jeremy memberikan kode jempol pada bosnya.Luther menghela napasnya berat. Dia pun menoleh pada Cassandra yang juga terlihat gugup di kursinya."Kau siap, Cassandra?""Y ... ya, Bos." Cassandra terlihat ragu.Tak lama telepon kantor yang ada di meja Luther berdering. Dengan sigap, Luther mengangkat teleponnya itu."Ya? Oh, dia sudah datang? Baiklah, suruh dia masuk."Luther lalu memberikan kode pada Jeremy dan Cassandra untuk mulai menjalankan rencana mereka. Pada saat itu, tiba-tiba mesin fax menyala. Luther agak terkejut dan menunggu kertas dari dalam mesin itu keluar. Matanya langsung melotot begitu mengetahui surat apa yang datang untuknya."Bos, kenapa?" Jeremy menghampiri Luther yang seka

DMCA.com Protection Status