Share

Berdamai

Penulis: Naily L
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-05 21:40:16

Syifa hanya duduk terpaku dan membiarkan air matanya mengalir untuk meluapkan semua emosi yang membuncah di dada, perlahan ia pun mengatur perasaan serta menata hatinya kembali.

Tak lama berselang terdengar suara adzan maghrib di kumandangkan, lantunan penanda sholat itu menyerbu relung hati Syifa dan mendamaikan apapun yang ada di dalamnya.

Apalagi suara laki-laki yang menjadi bilal itu tak asing di telinganya, dialah sang suami.

Tiba-tiba hati Syifa merasa terenyuh, ada perasaan iba serta penyesalan saat teringat dirinya telah beradu mulut dengan sang suami.

“Astaghfirullahal adzim, sangat besar dosaku membuat Mas Hamzah marah dan keluar rumah,” gumam Syifa meratapi diri.

Sekilas ia menoleh ke sebuah gelas berisi es susu yang telah mencair dan menjatuhkan butiran-butiran embun yang membasahi nakas tepat di samping ranjangnya.

“Bahkan Mas Hamzah nggak minum sama sekali, padahal mungkin saja dia sangat lapar setelah seharian di luar,” lanjut Syifa bermonolog sendiri.

Sejurus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Tangguh   Mensyukuri Rezeki

    ***** Tak lama kemudian Syifa menyusul sang suami di dalam kamar. Saat pintu di buka Syifa mendapati suaminya yang duduk di tepi ranjang dengan wajah gelisah, perasaan bersalah kembali muncul di benak Syifa. “Apa mungkin Mas Hamzah masih memikirkan ucapanku tadi? Apa dia begitu tersinggung hingga terlihat murung begini?” benak Syifa dalam hati.Perlahan ia berjalan mendekati ranjang. Syifa tidak ingin mengusik keadaan sang suami, tujuannya saat kini mendaratkan diri di atas kasur dan merehatkan badan.Namun, sebelum selimut berhasil Syifa tarik untuk menutupi dirinya, Hamzah bergerak dan menoleh kepadanya.Seketika Syifa menatap sang suami dengan tatapan bingung sekaligus kikuk.“Sini duduk dengan mas, Dek!” pinta Hamzah berujar. Syifa menghela nafasnya lega mendengar penuturan dan permintaan Hamzah yang terlihat tenang. Pikiran buruk mengenai sang suami sebelumnya kini kembali jernih. Syifa menggeser tubuhnya hingga terduduk di samping sang suami. Ia menatap lekat wajah Hamzah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • Wanita Tangguh   Jatah Yang Tak Tersisa

    Syifa meraup wajahnya, sejenak ia terpaku, lalu hitungan detik kemudian tangannya mengambil kembali uang yang sempat ia simpan di dalam laci nakas itu. Syifa memberikan dua lembar kepada Hamzah dan menaruh tiga lembar sisanya di atas kasur tepat di depan suaminya.Laki-laki berkumis tipis yang tengah berdiri menatapnya itu menelan ludah, perasaannya mulai gusar melihat gelagat sang istri.“Sisanya simpan saja Dek,” ucapnya pelan. Syifa bungkam dan tak bereaksi apapun.“Jangan sampe lupa, Adek simpan, ya?” ulang Hamzah berusaha memastikan jika sang istri tidak mendengar ucapan sebelumnya tadi. “Dek ...!” Hamzah melangkah mendekat, akan tetapi seketika itu juga Syifa menoleh dan melemparkan senyum manisnya.“Iya Mas, biarkan saja! Nanti bakal aku kasih ke Bu Minah setelah ini,” jelas Syifa datar.Hamzah manggut-manggut.“Ya udah.” Hamzah berjalan keluar. Namun, sesekali ia menoleh kepada sang istri dengan bimbang.“Ini Bu! Maaf aku hanya mampu kasih segitu saat ini,” jelas Hamzah men

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Wanita Tangguh   Susah Lahir Batin

    “Aku laper Syif, makan yuk!” Rachel berkeluh seraya memegangi perut, kedua netranya mengedarkan pandangan mencari tempat untuk makan.Syifa mengekor langkah sahabatnya itu. Setelah sampai di tempat tujuan, Rachel sibuk memilih jenis makanan yang terpampang di balik etalase ruangan. “Ayo kamu mau makan apa?” ujar Rachel menarik tangan Syifa tanpa menoleh karena pandangannya fokus memilah jenis menu yang beragam tersebut.Manik mata Syifa membola memperhatikan harga yang tertera di bawah menu, ia hanya bisa menelan ludah. “Walaupun terlihat sangat enak, tapi harganya membuat pusing kepala,” ucap Syifa sama hati, tanpa sadar ia menggarukkan kepalanya yang berbalut hijab meski tidak gatal.Syifa termenung sejenak, ia harus memikirkan alasan untuk tidak memilih menu makanan.“Kalau bilang puasa nanti aku dosa karena aku memang lagi nggak puasa, kalau bilang lagi ngirit ... ah! Nggak mungkin harus terus terang begini,” pikir Syifa berkecamuk.Saat netranya melihat lemari pendingin yang be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Wanita Tangguh   Lelah

    Sesampainya di rumah Syifa segera menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ia melirik jam di pergelangan tangannya yang bergerak di angka dua. Beruntung ia meminta Hamzah untuk berhenti di masjid saat di perjalanan, guna melaksanakan sholat dhuhur sehingga ia bisa berleha-leha barang sejenak. “Lain kali kita jalan-jalan berdua aja, ya Dek!” ucap Hamzah seraya melepas jaketnya. Ia nampak senang melihat raut bahagia di wajah Syifa saat dia jemputnya. “Iya Mas, Insyaallah kapan-kapan,” balas Syifa sembari memejamkan matanya perlahan. Drttt ... drttt ...Belum sampai memasuki alam mimpi, benda pipih yang Syifa letakan di atas nakas bergetar sembari mengeluarkan dering tanda panggilan masuk. Seketika Syifa membuka matanya dan mengulurkan tangan meraba ponsel yang hampir terjun bebas ke lantai. “Amira!” pekik Syifa melihat kontak yang terpampang di sana, sontak ia segera menggeser tombol berwarna hijau. “Assalamuallaikum Mir. Hai! Apa kabar?” seru Syifa dengan antusias. Sahabat lama y

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Wanita Tangguh   Wanita Pemurah Hati

    Buk!“Astaghfirullahal adzim.” Syifa terperanjat kaget, seketika ia menoleh. Tepat di atas ranjang, Hamzah telah mendaratkan tubuhnya di sana.Gendang telinga Syifa mendengar suara cacing yang kelaparan di dalam perut, tentu itu bukan berasal dari dirinya.Melainkan dari Hamzah yang tengkurap dan terdiam di atas kasur.Syifa mengernyitkan dahi, tanpa mengeluarkan suara ia bergegas keluar setelah mendapatkan apa yang ia inginkan di dalam tas itu.Beberapa saat kemudian Syifa bersusah payah menggedor pintu kamar yang tertutup lantaran kedua tangannya sibuk memegang mangkok.“Mas, buka!” Syifa berusaha memanggil sang suami sembari membenturkan kakinya di pintu untuk mengeluarkan suara apa saja agar Hamzah bisa keluar menemuinya.“Nggak di kunci kok Dek.” Hamzah menolehkan wajahnya, dengan rasa malas karena menahan lapar ia terpaksa beranjak untuk membuka pintu.Sejurus kemudian ia tertegun melihat apa yang di bawa istrinya.“Tolong bawain satu, Mas!” titah Syifa menyudahi tatapan kelapar

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Wanita Tangguh   Tidak Sebanding

    Dengan satu tangan Rahel menekan starter dan menancap gas membawa Syifa meninggalkan gedung sekolah. Tak lama berselang motor yang di tungganginya berhenti di depan sebuah kedai bakso dan mie ayam.“Aku nggak pengen makan bakso Hel, bosen,” protes Syifa sembari turun dari jok motor.Seketika Rahel mengangkat kedua alisnya,” Bosen? Emang kamu makan bakso setiap hari?”“Nggak juga sih, baru kemaren,” ungkap Syifa sembari menyunggingkan senyum, menampilkan deretan giginya yang rapih. Rahel mengulas senyum sekilas, ia merasa senang ternyata Syifa masih bisa menikmati makanan kesukaannya, tidak seburuk seperti dalam benaknya selama ini.“Ya udh kamu mie ayam aja, aku bakso seperti biasa,” cetus Rahel tanpa bisa Syifa bantah. Rahel mengawali langkahnya dan duduk di sebuah meja tepat di depan gerobak penjual.“Sini aja Syif, biar liat jalan juga,” tutur Rahel seraya duduk di kursi.“Oke siap.” Syifa memilih duduk berhadapan dengannya. Tak lama kemudian keduanya sibuk memeriksa ponsel, le

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Wanita Tangguh   Janji Apa Itu?

    Syifa menghela nafas panjangnya lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan untuk mengatur alur pernafasannya agar kembali normal. “Aku harus bersyukur dan ikhlas menjalani hidup yang telah Tuhan beri ini. Dia selalu tau mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Tidakkah Allah memberi ujian kecuali menyimpan ribuan hikmah di sebaliknya,” ucap Syifa dalam hati untuk menghibur dirinya sendiri. “Iya Syif, aku sangat bersyukur banget dan salah satu bentuk rasa syukurku ... aku nggak boleh banyak pikiran, tetap menjaga pola makan sehat seperti kemauan suamiku,” imbuh Nayla. “Betul! Sehat selalu bumil,” sahut Rahel dengan menyunggingkan senyumnya. Tiba-tiba Syifa bersendawa mengeluarkan bunyi puncak kenikmatan yang akhir-akhir ini lidahnya jarang merasakan. “Alhamdulillah Ya Allah nikmatnya,” ucap Syifa. Rahel dan Nayla tergelak mendengarnya. “Kamu mau nambah lagi Syif? Tenang aku yang traktir kalian,” cetus Nayla, seketika itu juga Rahel mengangkat tangannya,” Aku juga mau nambah, Nay.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Wanita Tangguh   Uang Tabungan Untuk Hamzah

    “Tolong perhatikan ibu, Hamzah! Ibu nggak mau tau, pokoknya besok motor itu harus tetap di rumah!" kekeh Bu Santi, telunjuknya mengarah kedepan, tepat menunjuk sebuah motor matic keluaran lama peninggalan satu-satunya dari sang bapak, tapi karena Hamzah rajin merawatnya motor itu masih terlihat mulus dan bagus.Si berkah sebutan untuk motor yang selalu membawanya kemana-mana dari muda hingga ia berumah tangga dan sekarang ia harus mengalah untuk melepas si berkah kepada sang ibu.Hamzah terdiam pasrah, ia tak bisa lagi mengelak dari ucapan sang ibu. Ia menyenderkan tubuhnya seraya memijat kepalanya yang pening.“Mana kuncinya? Semua surat-suratnya juga STNK, BPKB,” pinta Bu Santi seraya menengadahkan tangannya kepada Hamzah.“Mau buat apa Bu? Si Berkah jangan di jual Bu!” Hamzah melebarkan pupilnya sembari memohon dengan wajah melasnya.“Nggak, biar ibu kalau kemana-mana aman dari tilang,”balasnya.Hamzah bernafas lega mendengar penuturan sang ibu. Tak menunggu lama ia segera mengelua

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13

Bab terbaru

  • Wanita Tangguh   Ketahuan

    “Eh bentar! Ini dia nelpon mulu! Mau aku blokir dulu nomornya.” Rahel menepikan motornya di trotoar jalan.Sialnya mereka berdua berhenti tepat di samping genangan air. Sehingga mereka basah kuyup saat sebuah mobil putih melewati jalan itu.“Ya salam!” Syifa berkeluh sembari menatap mobil yang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Perlahan mobil itu mundur hingga sejajar dengan tubuhnya.“Maaf Kak saya nggak sengaja!” Wanita berkaca mata hitam itu menyembulkan kepalanya dari balik kaca mobil.“Lain kali liat-liat Mba kalau nyetir,” tutur Rahel kesal sembari mengibaskan bajunya yang telah basah.“Iya Kak nggak papa,” sahut Syifa mengulas senyum sekilas. Wanita itu membalas senyumnya, sesaat kemudian mobil itu berjalan kembali seiring rasa yang mengganjal di hati Syifa.“Kaya pernah liat orang itu dimana, ya?” “Siapa? Yang nyetir? Apa ibu-ibu di sampingnya?” ujar Rahel bola matanya menatap mobil yang beranjak meninggalkan mereka.Syifa mengangkat bahunya. “Nggak tau, aku nggak be

  • Wanita Tangguh   Bertemu Ibu Mertua

    “Kamu serius mau cari jodoh lewat aplikasi?” tanya Syifa tak percaya.Sesaat kemudian keduanya keluar saat lift berhenti di lantai tiga tempat food court.“Coba-coba. Dia usia 20 tahun, selain mahasiswa merangkap jadi dkm masjid,” jawab Rahel dengan santai seraya berkutat dengan layar ponselnya, seketika langkah Syifa terhenti.Ia diam terpaku menatap sahabatnya dengan mata membola.“Kenapa? Kamu nggak kemasukan jin ‘kan?” Rahel melambaikan tangannya di depan wajah Syifa yang masih melongo.Sekilas Syifa menggelengkan kepalanya.“Ya salam Rahel, kamu nggak salah? Usia dia dibawah kamu, masih mahasiswa juga?” ulang Syifa memastikan lagi.Rahel manggut-manggut mengiyakan.“Beberapa laki-laki yang di tawarkan abahmu sebelumnya lebih menjanjikan kali dari pada yang ini kamu belum kenal, terus masih muda juga,” cetus Syifa masih tak percaya.“Namanya juga coba-coba, lagian yang kemarin nggak cocok. Mereka terlalu dewasa,” tutur Rahel.Dering benda pipih dalam genggaman tangannya berbunyi,

  • Wanita Tangguh   Meet Up Cari Jodoh

    Perlahan hati Syifa luluh, semarah apapun dirinya jika sudah di sebutkan kekuasaan Allah Yang Maha Besar dan tak terukur itu jiwanya seakan meleleh, mengingat kesulitan hidup di dunia ini tidak ada apa-apanya, di banding kesusahan nanti di akhirat.Syifa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan.“Ayo Mas anterin Adek berangkat,” tukasnya dengan lemah lembut.Sontak Hamzah bangkit dan menatap wajah sang istri yang terukir senyum manis di sudut bibirnya.Cup!Hamzah mengecup bibir Syifa sekilas, sejurus kemudian ia bangkit mengambil jaket dan kunci.“Ayo Sayang berangkat!” Hamzah memberikan tangannya untuk di rangkul Syifa dengan menyunggingkan senyuman.Seketika Syifa bangkit, lalu memasukkan tangannya di antara tangan Hamzah yang terbuka.Alhamdulillah, hati Hamzah tak berhenti bersyukur mendapat anugerah seorang istri sang sangat luar biasa. Sholehah, pendiam, penyabar dan tidak pendendam.******Syifa berjalan memasuki ruangan kantor dengan senyum simpul y

  • Wanita Tangguh   Perkara Makanan

    Beberapa saat kemudian telor balado dan krupuk siap tersaji di atas meja makan. Syifa juga telah selesai mengerjakan pekerjaan lainnya.“Wah istri mas rajin sekali, mas jadi tambah sayang deh.” Hamzah memeluk tubuh Syifa dari belakang saat sang istri tengah mencuci piring di depan wastafel.“Mas udah bangun? Jam berapa ini?” tanya Syifa terlontar sembari terus melanjutkan pekerjaannya selagi sang ibu mertua belum terjaga.“Jam setengah tujuh,” balas Hamzah dengan kepalanya yang melendot di bahu Syifa.“Ehem!” Bu Santi berdehem ketika melihat penampakan anak laki-lakinya sedang bermanja-manja dengan sang istri.“Masih mending Jamilah dari pada Syifa, Hamzah! Ngapain kamu tergila-gila sama wanita kampung itu,” cibir Bu Santi dalam hati.Wajah masam tergambar saat melihat aksi mesra anaknya itu, seketika ia terduduk di depan meja makan dan mengalihkan netranya dari pandangan yang membuat hatinya kesal.Baginya Syifa hanya pembawa sial dan kesengsaraan dalam hidupnya yang menjadikan jatah

  • Wanita Tangguh   Hamzah Merapel Dalam Satu Malam

    Hamzah tersenyum simpul menatap sang istri yang dengan cerdas membantunya memberi edukasi kepada sang ibu.“Ah sudahlah ibu mau istirahat!” Bu Santi membanting kipas kain yang digunakannya di atas kursi seraya berdiri.“Ohya enak banget, ya, sekarang. Pergi sendiri, pulang di jemput kaya tuan putri. Pakai mobil lagi. Hamzah emang terlalu baik orangnya,” pungkasnya sembari berlalu masuk ke dalam.“Ibu!” sergah Hamzah dengan segera, ia berusaha menghentikan ucapan sang ibu yang bisa melukai hati sang istri, apalagi mengingatkannya dengan kejadian buruk yang pernah terjadi.Bu Santi terus melajukan kakinya masuk ke dalam kamar.Krep! Ia membanting pintu hingga menimbulkan suara yang nyaring.Syifa mengempaskan nafasnya kasar untuk menetralisir perasaannya yang kacau.Hubungan kekeluargaan apa ini? Bisa-bisanya anak, menantu dan mertua saling sindir dan mencibir berdebat satu sama lain.Di tambah ucapan Bu Santi benar-benar menyudutkan keluarganya yang berprofesi sebagai petani, seolah-s

  • Wanita Tangguh   Merendahkan Keluarga Syifa

    Hamzah fokus menatap jalan karena pada dasarnya ia masih belum begitu mahir mengendarai mobil, hanya bermodalkan latihan berkendara selama beberapa pekan dan SIM A yang berhasil di kantongi, Hamzah memberanikan diri untuk menyetir.Tentu semua biaya itu gratis, alias Jamilah yang telah menanggungnya.“Ibu pasti senang, ya, Mas?” cetus Syifa dengan bola matanya yang masih menatap kedepan. Entah, sejak Hamzah mengungkapkan kondisinya sekarang, pikiran Syifa terus berputar mengingat kata demi kata yang Hamzah ucapkan dan berujung mengaitkan kebahagiaan sang ibu mertua dengan kondisi Hamzah sekarang.“Iya Sayang.” Hamzah tersenyum sekilas sembari melirik ke arah sang istri, sesaat kemudian dalam benaknya kembali di hinggapi rasa khawatir atas sikap sang ibu yang bersikap sedikit berlebihan mengenai kebaikan Jamilah.Hamzah agak khawatir jika sang ibu lama-lama mendekatkan dirinya dengan janda itu. Seketika Hamzah menggelengkan kepala pelan untuk menepis pikirannya yang melayang jauh.“O

  • Wanita Tangguh   Penjelasan Hamzah

    Sang bibi berjalan mendekat saat Lala sudah keluar dari kamarnya.Syifa meneguhkan tubuhnya dengan pikiran yang di penuhi tanda tanya.“Kamu jaga diri baik-baik, ya, disana!” Sejurus kemudian sang bibi memeluk tubuhnya erat.“Kalau ada apa-apa cerita sama paman dan bibi. Kami ini keluargamu, orang tuamu,” lanjutnya dengan suara terisak. Ia teringat ucapan dari sang suami yang menceritakan bahwa keponakannya telah menyiapkan teh hangat serta pisang goreng untuk berkumpul dengan keluarga, tapi semua itu tidak terlaksana karena dirinya, sang suami dan Lala sibuk bercanda di kamar hingga terlelap bersama saat lusa.“Insyaallah Bi, do’akan Syifa selalu.” Tenggorokan Syifa tercekat karena terbawa suasana.“He’em! Sudah selesai salam perpisahannya?” Paman Aris berdehem di depan pintu yang membuat kedua wanita yang tengah berpelukan itu tersentak kaget sembari melepas pelukan, sesekali keduanya mengusap air mata yang tak terasa menetes begitu saja.“Lihat Hamzah! Istrimu kaya anak mau di kir

  • Wanita Tangguh   Hamzah Menjemput Syifa

    “Hey! Kenapa? Kok ngomong sendiri?” sergah Paman Aris tiba-tiba, membuat tubuh Syifa tersentak dan ponsel dalam genggaman tangannya hampir saja terjatuh.“Astaghfirullahal adzim Paklik, ngagetin aku aja,” balas Syifa dengan ekspresi terkejut.“Hehehe, loh ini ada pisang goreng sama teh manis! Hmmm ... tapi udah dingin,” ucapnya setelah mencicipi teh yang telah dingin sedari tadi.“Hmmm ... ini udah dari tadi, Paklik. Niatnya mau ngeteh sama makan pisang goreng bareng, tapi Paman sama Bibi kayanya lagi sibuk, jadi ini nganggur deh,” ungkap Syifa seraya menunjuk teh dan pisang goreng yang tergeletak itu.“Oh, itu Bibi sama Lala mau tidur. Maaf, ya, kamu jadi repot begini tapi malah nggak sesuai harapan,” ujar Paman Aris dengan sungkan.“Nggak papa Paman,” balas Syifa tersenyum simpul.“Ya udah paman makan aja, udah dingin juga nggak papa.” Paman Aris mengambil satu pisang goreng, lalu memakannya.Kemudian Syifa ikut duduk bersamanya dengan melakukan hal yang sama.“Kalau di makan kaya g

  • Wanita Tangguh   Berbaikan

    Selang beberapa waktu kemudian ...Syifa menatap jam di pergelangan tangannya dengan gusar, sudah lewat tiga puluh menit tapi mereka tak kunjung keluar. Beringsut ia melangkahkan kaki dengan perlahan. Syifa mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, akan tetapi ia kembali menarik diri. Bimbang, ragu dan tak enak hati jika kehadirannya mengganggu kebersamaan mereka.Syifa menghembuskan nafasnya pasrah.Ia sadar tak selamanya sang paman akan selalu di sampingnya, ia sudah memiliki keluarga dan kehidupan baru yang ia punya. Dirinya hanya seorang keponakan yang menumpang hidup sejak kecil hingga sekarang. Sesaat Syifa melirik ke arah jendela, terlihat rintik-rintik hujan itu telah berhenti. Langkahnya mendekat, lalu menatap di luar sana yang terbentang pemandangan sawah yang hijau.Dulu ia sering bermimpi ingin memanen padi di sawah bersama suami dan anak-anaknya, dalam pikiran yang terbatas ia berkhayal sekonyol itu.Tanpa sadar ia terkekeh sendiri mengingat impiannya dulu. Namun, s

DMCA.com Protection Status