Home / Pernikahan / Wanita Tangguh / Wanita Pemurah Hati

Share

Wanita Pemurah Hati

Author: Naily L
last update Last Updated: 2022-09-10 22:04:36

Buk!

“Astaghfirullahal adzim.” Syifa terperanjat kaget, seketika ia menoleh. Tepat di atas ranjang, Hamzah telah mendaratkan tubuhnya di sana.

Gendang telinga Syifa mendengar suara cacing yang kelaparan di dalam perut, tentu itu bukan berasal dari dirinya.

Melainkan dari Hamzah yang tengkurap dan terdiam di atas kasur.

Syifa mengernyitkan dahi, tanpa mengeluarkan suara ia bergegas keluar setelah mendapatkan apa yang ia inginkan di dalam tas itu.

Beberapa saat kemudian Syifa bersusah payah menggedor pintu kamar yang tertutup lantaran kedua tangannya sibuk memegang mangkok.

“Mas, buka!” Syifa berusaha memanggil sang suami sembari membenturkan kakinya di pintu untuk mengeluarkan suara apa saja agar Hamzah bisa keluar menemuinya.

“Nggak di kunci kok Dek.” Hamzah menolehkan wajahnya, dengan rasa malas karena menahan lapar ia terpaksa beranjak untuk membuka pintu.

Sejurus kemudian ia tertegun melihat apa yang di bawa istrinya.

“Tolong bawain satu, Mas!” titah Syifa menyudahi tatapan kelapar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Tangguh   Tidak Sebanding

    Dengan satu tangan Rahel menekan starter dan menancap gas membawa Syifa meninggalkan gedung sekolah. Tak lama berselang motor yang di tungganginya berhenti di depan sebuah kedai bakso dan mie ayam.“Aku nggak pengen makan bakso Hel, bosen,” protes Syifa sembari turun dari jok motor.Seketika Rahel mengangkat kedua alisnya,” Bosen? Emang kamu makan bakso setiap hari?”“Nggak juga sih, baru kemaren,” ungkap Syifa sembari menyunggingkan senyum, menampilkan deretan giginya yang rapih. Rahel mengulas senyum sekilas, ia merasa senang ternyata Syifa masih bisa menikmati makanan kesukaannya, tidak seburuk seperti dalam benaknya selama ini.“Ya udh kamu mie ayam aja, aku bakso seperti biasa,” cetus Rahel tanpa bisa Syifa bantah. Rahel mengawali langkahnya dan duduk di sebuah meja tepat di depan gerobak penjual.“Sini aja Syif, biar liat jalan juga,” tutur Rahel seraya duduk di kursi.“Oke siap.” Syifa memilih duduk berhadapan dengannya. Tak lama kemudian keduanya sibuk memeriksa ponsel, le

    Last Updated : 2022-09-12
  • Wanita Tangguh   Janji Apa Itu?

    Syifa menghela nafas panjangnya lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan untuk mengatur alur pernafasannya agar kembali normal. “Aku harus bersyukur dan ikhlas menjalani hidup yang telah Tuhan beri ini. Dia selalu tau mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Tidakkah Allah memberi ujian kecuali menyimpan ribuan hikmah di sebaliknya,” ucap Syifa dalam hati untuk menghibur dirinya sendiri. “Iya Syif, aku sangat bersyukur banget dan salah satu bentuk rasa syukurku ... aku nggak boleh banyak pikiran, tetap menjaga pola makan sehat seperti kemauan suamiku,” imbuh Nayla. “Betul! Sehat selalu bumil,” sahut Rahel dengan menyunggingkan senyumnya. Tiba-tiba Syifa bersendawa mengeluarkan bunyi puncak kenikmatan yang akhir-akhir ini lidahnya jarang merasakan. “Alhamdulillah Ya Allah nikmatnya,” ucap Syifa. Rahel dan Nayla tergelak mendengarnya. “Kamu mau nambah lagi Syif? Tenang aku yang traktir kalian,” cetus Nayla, seketika itu juga Rahel mengangkat tangannya,” Aku juga mau nambah, Nay.”

    Last Updated : 2022-09-13
  • Wanita Tangguh   Uang Tabungan Untuk Hamzah

    “Tolong perhatikan ibu, Hamzah! Ibu nggak mau tau, pokoknya besok motor itu harus tetap di rumah!" kekeh Bu Santi, telunjuknya mengarah kedepan, tepat menunjuk sebuah motor matic keluaran lama peninggalan satu-satunya dari sang bapak, tapi karena Hamzah rajin merawatnya motor itu masih terlihat mulus dan bagus.Si berkah sebutan untuk motor yang selalu membawanya kemana-mana dari muda hingga ia berumah tangga dan sekarang ia harus mengalah untuk melepas si berkah kepada sang ibu.Hamzah terdiam pasrah, ia tak bisa lagi mengelak dari ucapan sang ibu. Ia menyenderkan tubuhnya seraya memijat kepalanya yang pening.“Mana kuncinya? Semua surat-suratnya juga STNK, BPKB,” pinta Bu Santi seraya menengadahkan tangannya kepada Hamzah.“Mau buat apa Bu? Si Berkah jangan di jual Bu!” Hamzah melebarkan pupilnya sembari memohon dengan wajah melasnya.“Nggak, biar ibu kalau kemana-mana aman dari tilang,”balasnya.Hamzah bernafas lega mendengar penuturan sang ibu. Tak menunggu lama ia segera mengelua

    Last Updated : 2022-09-13
  • Wanita Tangguh   Sosok Muhammad Ali

    “Kok habis jalan-jalan ibu nggak di kasih apa-apa?” sergah Bu Santi saat Syifa berjalan melewati ambang pintu. Mulutnya yang terbuka lebar untuk mengucapkan salam, seketika itu juga langsung terbungkam. Ia merasa bimbang harus menjawab apa, sontak tubuhnya berbalik menatap Hamzah yang menyusul langkahnya setelah memarkirkan motor di teras rumah. Syifa pikir suaminya orang yang paling tepat menjawab pertanyaan sang ibu mertua. “Hamzah, mana makanan buat ibu? Kalian pasti udah makan di luar kan?” tuntut Bu Santi seraya berdiri menengadahkan tangannya. “Hehehe ... maaf Bu, Hamzah nggak beli makanan apa-apa, kita cuman jalan aja,” sahut Hamzah dengan tergelak. Sontak ekspresi Bu Santi berubah hampa, ia melirik ke arah sang menantu yang menyunggingkan senyumnya dengan kikuk. Bu Santi menghempaskan nafasnya kasar, ia melenggangkan kakinya ke dalam kamar tanpa sepatah katapun. “Mas, kasian ibu,” ucap Syifa lirih sembari memegang lengan Hamzah. “Nggak papa Sayang, ayo masuk!” sahut H

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Tangguh   Tangisan Ditengah Malam

    “Santai aja Kang, ohya afwan Kang Hamzah ... ana mau ada perlu, ini teman-teman udah nunggu mau latihan gladi resik dulu,” pamitnya dengan sangat santun, menjadikan hati dan perasaan Syifa semakin hangat di buatnya.Ia membayangkan bahagianya melihat Kang Ali berada di panggung menerima penghargaan, kadar kekaguman Syifa semakin bertambah.Rasanya ia ingin kembali memutar waktu dan memilih menolak perjodohan dengan Hamzah untuk menunggu Kang Ali selesai dari studynya.Usai menutup telepon, Hamzah menghela nafas panjangnya sembari meletakkan ponsel kembali di atas nakas.“Ali bener-bener luar biasa, ya, Dek. Setelah lulus S1 dapet beasiswa S2, di usianya yang tak lagi belia dia mampu mengkhatamkan 30 juz Al Qur’an. Walaupun Ali juga sempet merendah karena baru mampu wisuda setelah S1, tapi bagi mas itu prestasi yang sangat luar biasa. Pintar, ganteng, sholeh dan akhlaknya masyaAllah,” puji Hamzah yang masih terkagum-kagum dengan sahabatnya selama di pondok itu.Syifa yang mendengarkan

    Last Updated : 2022-09-16
  • Wanita Tangguh   Membayar Hutang

    Buk! Hamzah mendorong pintu itu dengan keras seiring rasa kekhawatiran yang memuncak di dadanya. Namun, perasaan itu perlahan meredup setelah melihat apa yang terjadi di dalam sana.Sang ibu sedang bermunajat seraya menengadahkan tangannya ke atas dengan busana mukenah yang berwarna putih.Terdengar helaan nafas lega dari Syifa dan Hamzah berbarengan.“Wah! Tumben ibu lagi tobat kayanya,” ucap Syifa dalam hati.“Mungkin besok nggak akan ada keributan di dalam rumah ini,” lanjutnya masih di dalam hati.“Aamiin,” gumam Syifa lirih membuat pandangan Hamzah sekejap beralih kepadanya. Sontak Syifa menyunggingkan senyuman.“Ibu lagi sholat tahajjud Mas, mungkin beliau lagi do’a khusyuk,” ujar Syifa lirih.Hamzah menganggukan kepalanya pelan, sejurus kemudian ia melangkahkan kakinya dengan hati-hati, mendekat untuk memastikan keadaan sang ibu baik-baik saja.“Hamzah, tolong bantu ibu memenuhi kehidupan sehari-hari,” ungkap Bu Santi yang menoleh kepada anak laki-lakinya dengan air mata yang

    Last Updated : 2022-09-17
  • Wanita Tangguh   Usulan Syifa

    Selang beberapa waktu kemudian ...Pak Guntur, orang kaya dari usahanya sebagai rentenir tapi berkedok peminjaman itu menghitung uang bernilai dari sepuluh ribu hingga lima puluhan ribu itu dengan teliti, sesekali ia menempelkan ujung telunjuk di lidah sebagai perekat untuk menghitung uang kertas yang di genggamannya.“Gimana? Pas ‘kan? Aku ini nggak akan pernah mendustaimu, Guntur! Jadi jangan macam-macam sama aku!” sergah Bu Santi sembari berkacak pinggang.“Bentar, ini lagi aku hitung, Bu Santi!” sahut Pak Guntur seraya melototkan matanya sekilas, sebagai isyarat untuk tidak mengganggu konsentrasinya barang sebentar.“Aku orangnya amanah, nggak pernah meleset, kalau udah janji pasti di tepati. Lihat! Ini Hamzah anak laki-lakiku, dia bekerja keras buat menghidupi orang tua satu-satunya.” Bu Santi menyanjung sang anak seraya menepuk lengan Hamzah yang duduk menemani Bu Santi di sampingnya. Ia berusaha meninggikan derajat keluarganya di hadapan sang rentenir itu.“Ibu, nggak perlu se

    Last Updated : 2022-09-18
  • Wanita Tangguh   Hidup Mandiri

    “Kita masih bisa berbakti dengan beliau kok, dalam sehari Mas wajib menengok keadaan ibu dan aku tetap membolehkan Mas untuk menjatah uang ke ibu. Tujuanku dengan kita hidup mandiri setidaknya kita bisa berfikir sendiri mau di bawa kemana kehidupan rumah tangga kita ini, kalau sekarang ... maaf, ya, Mas kita ‘kan masih apa-apa di awasi orang tua, di atur, di suruh ini-itu. Bahasa kasarnya kita masih di setir orang tua,” lanjut Syifa dengan hati-hati, sejujurnya ia takut menyinggung hati sang suami.Walau bagaimanapun perilaku buruk sang ibu, pasti anaknya tidak akan terima jika orang tuanya di katakan yang tidak enak di telinga.Hamzah masih bungkam, membuat Syifa menelan ludah dengan perasaan gusar.“Maaf, ya, Mas kalau perkataanku tadi membuat Mas nggak berkenan.” Ia beringsut untuk kembali bersiap ke sekolah.“Lalu biaya kontrakannya dari mana, Dek?” ujar Hamzah tiba-tiba, sontak Syifa kembali menoleh dengan bernafas lega.“Insyaallah gaji adek masih cukup untuk bayar kontrakan kec

    Last Updated : 2022-09-19

Latest chapter

  • Wanita Tangguh   Ketahuan

    “Eh bentar! Ini dia nelpon mulu! Mau aku blokir dulu nomornya.” Rahel menepikan motornya di trotoar jalan.Sialnya mereka berdua berhenti tepat di samping genangan air. Sehingga mereka basah kuyup saat sebuah mobil putih melewati jalan itu.“Ya salam!” Syifa berkeluh sembari menatap mobil yang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Perlahan mobil itu mundur hingga sejajar dengan tubuhnya.“Maaf Kak saya nggak sengaja!” Wanita berkaca mata hitam itu menyembulkan kepalanya dari balik kaca mobil.“Lain kali liat-liat Mba kalau nyetir,” tutur Rahel kesal sembari mengibaskan bajunya yang telah basah.“Iya Kak nggak papa,” sahut Syifa mengulas senyum sekilas. Wanita itu membalas senyumnya, sesaat kemudian mobil itu berjalan kembali seiring rasa yang mengganjal di hati Syifa.“Kaya pernah liat orang itu dimana, ya?” “Siapa? Yang nyetir? Apa ibu-ibu di sampingnya?” ujar Rahel bola matanya menatap mobil yang beranjak meninggalkan mereka.Syifa mengangkat bahunya. “Nggak tau, aku nggak be

  • Wanita Tangguh   Bertemu Ibu Mertua

    “Kamu serius mau cari jodoh lewat aplikasi?” tanya Syifa tak percaya.Sesaat kemudian keduanya keluar saat lift berhenti di lantai tiga tempat food court.“Coba-coba. Dia usia 20 tahun, selain mahasiswa merangkap jadi dkm masjid,” jawab Rahel dengan santai seraya berkutat dengan layar ponselnya, seketika langkah Syifa terhenti.Ia diam terpaku menatap sahabatnya dengan mata membola.“Kenapa? Kamu nggak kemasukan jin ‘kan?” Rahel melambaikan tangannya di depan wajah Syifa yang masih melongo.Sekilas Syifa menggelengkan kepalanya.“Ya salam Rahel, kamu nggak salah? Usia dia dibawah kamu, masih mahasiswa juga?” ulang Syifa memastikan lagi.Rahel manggut-manggut mengiyakan.“Beberapa laki-laki yang di tawarkan abahmu sebelumnya lebih menjanjikan kali dari pada yang ini kamu belum kenal, terus masih muda juga,” cetus Syifa masih tak percaya.“Namanya juga coba-coba, lagian yang kemarin nggak cocok. Mereka terlalu dewasa,” tutur Rahel.Dering benda pipih dalam genggaman tangannya berbunyi,

  • Wanita Tangguh   Meet Up Cari Jodoh

    Perlahan hati Syifa luluh, semarah apapun dirinya jika sudah di sebutkan kekuasaan Allah Yang Maha Besar dan tak terukur itu jiwanya seakan meleleh, mengingat kesulitan hidup di dunia ini tidak ada apa-apanya, di banding kesusahan nanti di akhirat.Syifa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan.“Ayo Mas anterin Adek berangkat,” tukasnya dengan lemah lembut.Sontak Hamzah bangkit dan menatap wajah sang istri yang terukir senyum manis di sudut bibirnya.Cup!Hamzah mengecup bibir Syifa sekilas, sejurus kemudian ia bangkit mengambil jaket dan kunci.“Ayo Sayang berangkat!” Hamzah memberikan tangannya untuk di rangkul Syifa dengan menyunggingkan senyuman.Seketika Syifa bangkit, lalu memasukkan tangannya di antara tangan Hamzah yang terbuka.Alhamdulillah, hati Hamzah tak berhenti bersyukur mendapat anugerah seorang istri sang sangat luar biasa. Sholehah, pendiam, penyabar dan tidak pendendam.******Syifa berjalan memasuki ruangan kantor dengan senyum simpul y

  • Wanita Tangguh   Perkara Makanan

    Beberapa saat kemudian telor balado dan krupuk siap tersaji di atas meja makan. Syifa juga telah selesai mengerjakan pekerjaan lainnya.“Wah istri mas rajin sekali, mas jadi tambah sayang deh.” Hamzah memeluk tubuh Syifa dari belakang saat sang istri tengah mencuci piring di depan wastafel.“Mas udah bangun? Jam berapa ini?” tanya Syifa terlontar sembari terus melanjutkan pekerjaannya selagi sang ibu mertua belum terjaga.“Jam setengah tujuh,” balas Hamzah dengan kepalanya yang melendot di bahu Syifa.“Ehem!” Bu Santi berdehem ketika melihat penampakan anak laki-lakinya sedang bermanja-manja dengan sang istri.“Masih mending Jamilah dari pada Syifa, Hamzah! Ngapain kamu tergila-gila sama wanita kampung itu,” cibir Bu Santi dalam hati.Wajah masam tergambar saat melihat aksi mesra anaknya itu, seketika ia terduduk di depan meja makan dan mengalihkan netranya dari pandangan yang membuat hatinya kesal.Baginya Syifa hanya pembawa sial dan kesengsaraan dalam hidupnya yang menjadikan jatah

  • Wanita Tangguh   Hamzah Merapel Dalam Satu Malam

    Hamzah tersenyum simpul menatap sang istri yang dengan cerdas membantunya memberi edukasi kepada sang ibu.“Ah sudahlah ibu mau istirahat!” Bu Santi membanting kipas kain yang digunakannya di atas kursi seraya berdiri.“Ohya enak banget, ya, sekarang. Pergi sendiri, pulang di jemput kaya tuan putri. Pakai mobil lagi. Hamzah emang terlalu baik orangnya,” pungkasnya sembari berlalu masuk ke dalam.“Ibu!” sergah Hamzah dengan segera, ia berusaha menghentikan ucapan sang ibu yang bisa melukai hati sang istri, apalagi mengingatkannya dengan kejadian buruk yang pernah terjadi.Bu Santi terus melajukan kakinya masuk ke dalam kamar.Krep! Ia membanting pintu hingga menimbulkan suara yang nyaring.Syifa mengempaskan nafasnya kasar untuk menetralisir perasaannya yang kacau.Hubungan kekeluargaan apa ini? Bisa-bisanya anak, menantu dan mertua saling sindir dan mencibir berdebat satu sama lain.Di tambah ucapan Bu Santi benar-benar menyudutkan keluarganya yang berprofesi sebagai petani, seolah-s

  • Wanita Tangguh   Merendahkan Keluarga Syifa

    Hamzah fokus menatap jalan karena pada dasarnya ia masih belum begitu mahir mengendarai mobil, hanya bermodalkan latihan berkendara selama beberapa pekan dan SIM A yang berhasil di kantongi, Hamzah memberanikan diri untuk menyetir.Tentu semua biaya itu gratis, alias Jamilah yang telah menanggungnya.“Ibu pasti senang, ya, Mas?” cetus Syifa dengan bola matanya yang masih menatap kedepan. Entah, sejak Hamzah mengungkapkan kondisinya sekarang, pikiran Syifa terus berputar mengingat kata demi kata yang Hamzah ucapkan dan berujung mengaitkan kebahagiaan sang ibu mertua dengan kondisi Hamzah sekarang.“Iya Sayang.” Hamzah tersenyum sekilas sembari melirik ke arah sang istri, sesaat kemudian dalam benaknya kembali di hinggapi rasa khawatir atas sikap sang ibu yang bersikap sedikit berlebihan mengenai kebaikan Jamilah.Hamzah agak khawatir jika sang ibu lama-lama mendekatkan dirinya dengan janda itu. Seketika Hamzah menggelengkan kepala pelan untuk menepis pikirannya yang melayang jauh.“O

  • Wanita Tangguh   Penjelasan Hamzah

    Sang bibi berjalan mendekat saat Lala sudah keluar dari kamarnya.Syifa meneguhkan tubuhnya dengan pikiran yang di penuhi tanda tanya.“Kamu jaga diri baik-baik, ya, disana!” Sejurus kemudian sang bibi memeluk tubuhnya erat.“Kalau ada apa-apa cerita sama paman dan bibi. Kami ini keluargamu, orang tuamu,” lanjutnya dengan suara terisak. Ia teringat ucapan dari sang suami yang menceritakan bahwa keponakannya telah menyiapkan teh hangat serta pisang goreng untuk berkumpul dengan keluarga, tapi semua itu tidak terlaksana karena dirinya, sang suami dan Lala sibuk bercanda di kamar hingga terlelap bersama saat lusa.“Insyaallah Bi, do’akan Syifa selalu.” Tenggorokan Syifa tercekat karena terbawa suasana.“He’em! Sudah selesai salam perpisahannya?” Paman Aris berdehem di depan pintu yang membuat kedua wanita yang tengah berpelukan itu tersentak kaget sembari melepas pelukan, sesekali keduanya mengusap air mata yang tak terasa menetes begitu saja.“Lihat Hamzah! Istrimu kaya anak mau di kir

  • Wanita Tangguh   Hamzah Menjemput Syifa

    “Hey! Kenapa? Kok ngomong sendiri?” sergah Paman Aris tiba-tiba, membuat tubuh Syifa tersentak dan ponsel dalam genggaman tangannya hampir saja terjatuh.“Astaghfirullahal adzim Paklik, ngagetin aku aja,” balas Syifa dengan ekspresi terkejut.“Hehehe, loh ini ada pisang goreng sama teh manis! Hmmm ... tapi udah dingin,” ucapnya setelah mencicipi teh yang telah dingin sedari tadi.“Hmmm ... ini udah dari tadi, Paklik. Niatnya mau ngeteh sama makan pisang goreng bareng, tapi Paman sama Bibi kayanya lagi sibuk, jadi ini nganggur deh,” ungkap Syifa seraya menunjuk teh dan pisang goreng yang tergeletak itu.“Oh, itu Bibi sama Lala mau tidur. Maaf, ya, kamu jadi repot begini tapi malah nggak sesuai harapan,” ujar Paman Aris dengan sungkan.“Nggak papa Paman,” balas Syifa tersenyum simpul.“Ya udah paman makan aja, udah dingin juga nggak papa.” Paman Aris mengambil satu pisang goreng, lalu memakannya.Kemudian Syifa ikut duduk bersamanya dengan melakukan hal yang sama.“Kalau di makan kaya g

  • Wanita Tangguh   Berbaikan

    Selang beberapa waktu kemudian ...Syifa menatap jam di pergelangan tangannya dengan gusar, sudah lewat tiga puluh menit tapi mereka tak kunjung keluar. Beringsut ia melangkahkan kaki dengan perlahan. Syifa mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, akan tetapi ia kembali menarik diri. Bimbang, ragu dan tak enak hati jika kehadirannya mengganggu kebersamaan mereka.Syifa menghembuskan nafasnya pasrah.Ia sadar tak selamanya sang paman akan selalu di sampingnya, ia sudah memiliki keluarga dan kehidupan baru yang ia punya. Dirinya hanya seorang keponakan yang menumpang hidup sejak kecil hingga sekarang. Sesaat Syifa melirik ke arah jendela, terlihat rintik-rintik hujan itu telah berhenti. Langkahnya mendekat, lalu menatap di luar sana yang terbentang pemandangan sawah yang hijau.Dulu ia sering bermimpi ingin memanen padi di sawah bersama suami dan anak-anaknya, dalam pikiran yang terbatas ia berkhayal sekonyol itu.Tanpa sadar ia terkekeh sendiri mengingat impiannya dulu. Namun, s

DMCA.com Protection Status