***
Senja terkejut saat pintu buti terbuka dan menampakan sosok Aditya Praja Wirata dengan senyum khasnya. “Mas Adit?” ucapnya tak percaya.
Iya, dia Adit, lelaki yang ingin Senja lupakan sepenuhnya. Bukan karena ia memiliki perasaan untuk lelaki itu, tapi karena Adit mengingatkan Senja pada dosa besar yang pernah dirinya lakukan.
“Hai,” sapa Adit tanpa sadar akan perasaan takut yang Senja miliki.
Senja trauma asal tahu saja.
“Untuk apa Mas ke sini? Butik ini khusus menjual pakaian wanita,” tanya Senja. Tanpa mendengar jawaban Adit pun Senja tahu tujuan Adit masuk ke tempat ini. Tak lain dan tak bukan lelaki itu ingin bertemu dengannya.
Senja sudah mendengar beberapa hal dari Tika tentang Adit yang terus mencari keberadaannya.
“Ahh, aku nggak sengaja melihatmu di sini, Nja. Apa kabar?”
Senja tak ingin menjawab tanya itu, tapi ia harus bersikap sopan. “Aku baik, tapi maaf Mas
***Hafa menatap Nayra kasihan. “Mbak Nay lihat kan sikap Mas Adit sekarang? Dulu dia tak pernah bersikap seperti itu pada Mbak. Dia sangat menyayangi dan menghargai Mbak Nay di masa lalu,” ucapnya.Mereka masih berada di luar gerbang pesantren lantaran menunggu taksi datang.Sial! Nayra memaki dalam hati. Kenapa ucapan Hafa terdengar masuk akal?“Apa yang terjadi?” tanya Nayra curiga akan sikap Adit yang aneh. “Apa dia juga selingkuh?” tuduhnya.“Astagfirullah jangan sampai Mbak!” ujar Hafa. “Tapi nggak aneh juga kalau Mas Adit akhirnya ikut melakukan hal yang sama seperti yang pernah Mbak Nay lakukan,” ucapnya sembari melirik kakak sepupunya itu perihatin.Tck! Nayra berdecak kesal. Akan sangat rumit hubungan ini kalau sampai Mas Adit juga selingkuh. “Masa iya Mas Adit selingkuh, Fa? Dia sangat mencintaiku!” ujarnya percaya diri.“Tapi sikap Mas Adit menun
***Adit baru saja keluar dari kamar mandi saat mendapati Nayra sedang memegang ponselnya. “Apa yang kamu lakukan, Nay?” tanyanya sambil merebut benda yang kini haram disentuh oleh Nayra tersebut.Jangan tanya bagaimana dulu, tentu Adit tak pernah melarang Nayra menyentuhnya. Namun, justru Nayra yang tidak peduli. Tak pernah wanita itu memeriksa isi ponselnya seperti kebanyakan para istri yang protektif terhadap suami.Nayra tidak begitu. Adit pikir karena Nayra mempercayainya, tapi ternyata karena Nayra tidak peduli pada apapun yang ada di dalam ponselnya. Lalu malam ini Nayra mendadak tertarik. Membuat Adit kesal saja.“Kamu memeriksa ponselku?” tanya Adit dengan wajah yang tak ada santai-santainya.“Kenapa Mas marah? Aku istrimu Mas! Berhak cek barang pribadimu itu, atau jangan-jangan ada yang kamu rahasiakan dariku sekarang?”Decakan kasar terdengar dari mulut Adit. Entahlah, menatap wajah Nayra membua
***Nayra merasa sangat kesal akan sikap Adit yang banyak berubah. Tingkah suaminya itu benar-benar menunjukan kalau dia telah memiliki wanita lain. Sekarang Nayra terlihat sedih, karena di depannya ada Diah, mertua yang sangat menyayanginya.“Ada apa denganmu, Nay?” tanya Diah.Nayra mendekat lalu mendekap. “Mas Adit kayaknya selingkuh, Ma,” adunya.Diah menegang. Benarkah Adit selingkuh? Membalas Nayra kah anak semata wayangnya itu?“Tidak mungkin, Nay. Adit mencintaimu,” ucap Diah mencoba menenangkan Nayra. Namun, Nayra menggelengkan kepalanya. “Benar Ma, ada nama wanita lain di hp Mas Adit. Dia menamaninya dengan mesra,” ucapnya.“Apa itu?” Diah bertanya.“Wanita kesayangan, Ma. Itu bukan nomorku atau nomor mama,” jawab Nayra.Tubuh Diah semakin menegang. Ia mengusap punggung Nayra dengan lembut. “Mama akan bicara dengannya nanti,” ucapnya.
***Nayra tak langsung pulang ke rumah orangtuanya usai bertemu dengan Farha diam-diam. Wanita itu meluncur ke sebuah gedung megah dan gagah milik Aditya Praja Wirata. Sebagai nyonya dari lelaki itu, semua karyawan sangat menghormatinya.Nayra masuk dengan pandangan angkuh tanpa senyum seperti biasa. “Jangan umumkan kedatanganku pada Mas Adit! Aku mau memberinya kejutan,” perintahnya pada resepsionis yang siap untuk menghubungi bosnya.“Baik Bu Nayra,”Tanpa mengucapkan apapun lagi Nayra langsung menuju ruang kerja Adit. Sesampainya di sana ia tak menemukan lelaki itu. Namun, Nayra dapat mendengar suara Adit samar-samar dari kamar rahasia di ruang pribadi Adit tersebut.“Siapa yang Mas Adit telepon?”Nayra mendekati kamar rahasia tersebut lalu menguping.“Ayolah Tika, beri aku nomor telepon Senja yang baru!” ujar Adit tanpa sadar Nayra tengah menguping pembicaraannya dengan Tika.
***Nayra benar-benar geram melihat Senja tak juga mengakui perbuatannya. “Sudah berapa kali kamu tidur bersama suamiku, jalang?” bentaknya.Senja terus menggeleng. Ia benar-benar merasa telah dipermalukan oleh Nayra. Airmata mengalir deras di pipi wanita itu. Betapa malang hidupnya karena dilabrak istri sah Adit.“Masih belum ngaku juga!” hardik Nayra. Wanita itu bermaksud untuk menyakiti fisik Senja sekali lagi. Namun, karyawab butik lebih cepat bertindak hingga menghalangi Nayra.Terang saja, perbuatan mereka semakin membuat Nayra kesal. “Awas kamu Senja! Lihat apa yang bisa aku lakukan jika kamu masih berani merayu suamiku!” ancamnya.Setelah meluapkan segala bentuk emosi yang dimiliki olehnya, Nayra bermaksud untuk pergi dari butik tersebut. Namun, pintu yang terbuka secara tiba-tiba lalu disusul suara dingin yang menegurnya, membuat Nayra mengurungkan niat untuk pergi.“Apa yang kamu lakukan di
***Pertengkaran hebat antara Nayra dan Adit terjadi cukup besar di rumah setelah keduanya pulang. Adit sangat marah karena Nayra berani mendatangi Senja.“Kenapa kamu harus ikut campur urusanku, Nay?” bentak lelaki itu. Pipi Nayra baru saja mendapat tamparan keras hingga tercipta merah di sana.Nayra menangkup pipinya. “Kenapa aku nggak boleh ikut campur? Kamu suamiku, Mas!” ujarnya.Adit geram. Ia mengacak rambutnya dengan kesal. Kepalanya terasa ingin pecah sekarang. Menghadapi Nayra benar-benar menguji kesabarannya.“Kenapa Mas tega selingkuh sama perempuan itu? Aku tahu aku pernah salah, tapi aku sudah berubah, Mas. Aku mau kita baik-baik saja. Aku mencintaimu, Mas,”“Berubah kamu bilang?” Adit menggelengkan kepalanya. “Kamu belum berubah Nay, kamu masih perempuan murahan yang tidur dengan lelaki lain di mataku, tapi semua itu sudah tidak penting karena … ” Adit menggant
***“Jangan, Mas! Aku mohon jangan lakukan ini,” pinta Nayra dengan airmata yang bercucuran. Kali ini ia benar-benar menyesal telah menemui Farhan. Seharusnya dirinya benar-benar berhenti datang pada lelaki itu, sehingga masalah seperti ini tak akan pernah terjadi.“Kenapa, Nay? Aku hanya ingin kamu mengandung anakku, lalu kita bisa menikah,” kekeh Farhan.Nayra menggeleng. Inikah yang dinamakan obsesi dari seorang pria? Jelas-jelas Nayra sejak awal tak ingin ada ikatan pernikahan dengan Farhan. Nayra hanya ingin mereka berbagi ranjang, bukan berbagi masa depan.“Ssstttt! Jangan nangis, Sayang. Mas janji akan membuatmu bahagia mulai dari malam ini,” ucap lelaki itu. Bukannya menyenangkan hati Nayra, janji tersebut justru membuatnya bergidik ketakutan.“Tolong jangan sentuh aku secara paksa!” Nayra mencoba menyadarkan dirinya dari pengaruh obat yang terus membuatnya merasa gerah ini.“Maaf
***Perasaan terkejut tergambar jelas di wajah cantik Senja saat gerbang pesantren terlihat di depan mata. Memang, jarak antara jalanan tempat Senja hampir ditabrak oleh Nayra tadi sangat dekat dengan pesantren. Makanya gus Isam membawa Senja ke sana.“Gus, saya … ”“Kenapa, Mbak?” tanya Abrisam saat Senja ragu melanjutkan ucapannya. Namun, Abrisam dapat menangkap perasaan tidak nyaman yang Senja tunjukan saat mobil yang mereka kendarai benar-benar melewati gerbang pesantren.“Saya turun di sini saja, gus. Nggak enak kalau harus sampai ke dalam,” ucap Senja. Bukannya dia tak senang diajak ke tempat ini, hanya saja dia masih merasa malu. Dia terhina di antara orang-orang suci di tempat ini.Abrisam mengernyitkan dahi heran. “Lukamu harus diobati,” ucapnya singkat. Meskipun tak tahu seberapa parah luka di lutut Senja, tetapi Isam yakin wanita di sampingnya itu membutuhkan obat.“Kita sudah sampai gus,” tegur driver yang sering bersama Isam tersebut.Senja tertegun. Haruskah dia ikut tur
Bab 43***“Itu! Mobil putih di depan yang aku lihat pergi dari depan gang kontrakan Senja!” ujar Tika setelah merasa yakin mobil berwarna putih yang bergerak tak lazim di depan sana.“Mbak yakin tidak salah menuduh?” tanya Abrisam memastikan.Tika menganggukkan kepalanya. Dia yakin sekali mobil itu lah yang tadi dirinya lihat meninggalkan kontrakan Senja setelah menyeret Senja ke dalamnya. “Benar! Aku nggak mungkin salah,” ucapnya.Abrisam kemudian meminta pak Parman untuk sedikit menaikan kecepatan. Tak usah ragu dengan keandalan Pak Parman dalam menyetir meskipun dia tidak muda lagi. Pria itu memiliki pengalaman yang dapat diandalkan.Mobil pun bergerak cepat memepet minibus merk Toyota berwarna putih tersebut. Namun, tak terlalu dekat agar tidak ketahuan.“Tetap hati-hati Pak,” pinta Abrisam. Bagaimanapun juga dia tak ingin membahayakan nyawa siapa-siapa dalam misi penyelamatan ini.Pak Parman mengangguk paham akan kekhawatiran gus Isam.Sementara Tika terlihat semakin gelisah. Ja
***Senja merasa jantungnya berdegup kencang setelah pintu kontrakannya tertutup rapat dari dalam, meninggalkan Adit yang masih terpaku di tempat yang sama. Senja menggeleng, mengabaikan keberadaan lelaki beristri itu adalah hal yang sudah seharusnya dirinya lakukan.Sementara di luar, akhirnya Adit menyerah. Adit meninggalkan kontrakan Senja dengan perasaan yang penuh beban. Sepenuhnya Adit sadar Senja menjauh, dan alasan wanita itu menjauh pun dapat Adit mengerti. Senja tak ingin merusak bahtera rumah tangga yang saat ini masih mengikatnya bersama Nayra.Setidaknya itu yang Aditya pikirkan.***Tika baru saja selesai dengan urusannya ketika jam di ponselnya menunjukkan pukul dua pagi. Wanita itu menghela napas dengan berat. Kadang dia lelah dengan pekerjaannya ini, tetapi ke mana dirinya harus pergi jika ingin berhenti. Dia hidup sebatang kara. Tak ada siapa-siapa yang bisa dirinya andalkan.Tika juga tak sekuat Senja yang sanggup hidup dalam kekurangan. Dia suka kemewahan meskipun
*** Tentu saja tidak ada siapa pun yang Adit temukan di kontrakan mungil Senja saat dia sampai di sana, karena Senja sedang berada di masjid. Adit pun tampak kesal. Dia bahkan tak segan mengumpat karena tak melihat keberadaan pujaan hatinya. Adit tidak tahu kalau Senja telah bertaubat. Wanita itu kini fokus dengan ibadahnya. Dia tak ingin mengecewakan Andra dan suaminya di alam lain sana. Di depan gang kontrakan Senja yang sempit, Adit menunggu Senja pulang meskipun dalam keadaan kesal. Sampai akhirnya sekitar pukul Sembilan malam Senja menampakan batang hidungnya. Betapa terkejutnya Senja melihat keberadaan Adit di depan gang kontrakannya. “Mas Adit ngapain di sini?” tanya wanita itu masih dengan intonasi suaranya yang biasa. Tak ada emosi di sana meskipun dia tak suka melihat keberadaan Aditya. Mendengar suara Senja, Adit yang tadinya sedang menunggu di dalam mobil sambil memejamkan mata pun tampak terkejut. Matanya terbuka lebar, lalu disusul tebukanya pintu mobil hingga dirin
***“Adit!”Setibanya di rumah, Adit melihat ibunya sudah menunggu di ruang tamu. Wanita yang pernah melahirkannya itu menunggunya menghampiri.Adit tahu apa yang ingin ibunya dengar. “Nayra baik-baik saja, Ma,” ucapnya tanpa menunggu tanya.Ada helaan napas lega yang Adit lihat dari mama.“Kamu nggak menemaninya di rumah sakit?”“Adit ada pekerjaan, Ma.”“Itu hanya alasan, kan?” tanya mama curiga.Sesungguhnya iya, itu hanya alasan Adit saja.“Jangan begitu. Nayra istrimu!” tegur mama tahu jawaban Adit tanpa harus menunggu jawaban.Adit mengembuskan napas dengan berat. “Nanti Adit balik ke sana lagi, Ma,” ucapnya terpaksa. Sebenarnya melihat Nayra untuk saat ini bukan keinginan Adit. Dia lebih memilih memperhatikan aktifitas Senja.Namun, karena tak ingin membuat mamanya cemas, Adit berjanji akan datang lagi nanti.“Mama ikut saja kalau begitu!”“Nggak usah Ma, mama istirahat saja,” ucap Adit.Namun, mama menggeleng tegas. Dia akan memastikan sendiri kondisi Nayra. Bagaimanapun juga
*** Nayra sudah tenang, kini Maya menyusul Bayu yang tadi pergi. Maya menyusuri kantin rumah sakit karena Bayu sempat mengatakan akan mencari kopi. “Pa?” Maya duduk tepat di depan Bayu begitu menemukannya. “Ada apa sebenarnya? Kenapa papa seakan sangat marah pada Nay?” tanyanya tanpa menunggu lama. Bayu yang memang sudah menantikan pertanyaan ini dari Maya pun akhirnya menceritakan apa yang tadi dia dan Adit bicarakan. Maya tampak syok. Dia tak menyangka Nayra akan berbuat seperti itu. “Mama yakin ini semua salah Adit! Nay pasti tidak puas pada Adit hingga berselingkuh!” ujar Maya tidak terima. “Tetap saja Nayra salah Ma.” “Adit juga bersalah. Kenapa dia membalas Nay dengan cara yang sama? Pantas saja Nay sakit, Adit selingkuh!” Maya benar-benar tampak kesal. Bayu hanya bisa mengembuskan napas dengan berat. Maya memang selalu mendahulukan emosi dibanding logika. “Pokoknya aku nggak terima Nayra diperlakukan seperti ini, Pa!” “Papa juga. Oleh karena itu ayo bujuk Nay untuk ber
*** Adit menghampiri papa Bayu yang memilih duduk di taman rumah sakit. Lelaki itu tak bertanya perihal apa yang ingin mertuanya bicarakan. Dia hanya menunggu sampai Bayu membuka mulutnya.Sementara itu, Bayu tampak sedang menimbang kata yang pantas agar tak terkesan ikut campur.“Adit jangan menganggap Papa ikut campur, tapi apakah rumah tangga kalian baik-baik saja?” tanya Bayu akhirnya. Dia tak bisa diam saja melihat Nayra yang sepertinya banyak sekali menanggung beban pikiran.“Papa curiga kalian sedang ada masalah sehingga Nayra sering kali tidur di rumah. Dugaan papa benar, kan?”Adit mengangguk. Dia tak akan menutupi apa pun dari papa Bayu. “Benar Pa, kami memang sedang memiliki masalah pelik,” ucapnya menjawab segala resah dalam hati Bayu.“Apa masalah kalian, Nak?”“Papa tidak akan percaya jika aku bilang Nayra main hati dengan lelaki lain.”Bayu tersentak mendengar pengakuan menantunya. Pikiran lelaki parubaya itu mendadak kacau. Benar, dia tidak percaya putri semata wayang
***“Apa?” pekik Adit saat mendengar penjelasan Tika soal Nayra yang mencoba membunuh Senja.Tika memutar bola matanya. “Nggak usah sok kaget gitu Mas, sekarang tolong urus isterimu! Jangan sampai mencelakai Senja. Dia sudah terlalu banyak menderita!” ujarnya tak suka.Sepulang dari kontrakan Senja tadi, Tika langsung meluncur ke tempatnya bekerja. Dia pun membuat janji temu dengan Aditya. Lelaki itu tak pernah menolak jika tentang Senja. Oleh karena itu sekarang keduanya sedang berada di ruangan yang sama.“Aku benar-benar terkejut, Tika!” geram Adit. Dia tak menyangka Nayra berani menyakiti Senja. Bahkan hampir saja membunuhnya. “Asal kamu tahu, sejak kamarin aku dan Nayra tidak bertemu. Entah di mana dia sekarang berada. Rupanya dia sembunyi karena hampir merenggut nyawa Senja,” ucapnya menahan amarah.Tika mendengus. Sungguh, dia tak tertarik mendengar soal Nayra yang hilang entah ke mana. Tujuannya meminta bertemu dengan Adit adalah untuk mengembalikan uang yang pernah lelaki itu
***Usai sholat magrib berjamaah, Senja benar-benar meminta izin untuk pulang. Bahkan wanita yang sebenarnya memiliki paras lembut itu tak sempat ikut makan. Dia beralasan kunci kontrakannya tertinggal di butik tempatnya bekerja, dan harus segera dijemput sebelum butik tutup. Padahal, sejak sore butik memang sudah tidak buka.“Mbak Senja bukannya pergi karena sikap Umi saya, kan?” Abrisam tampak tak nyaman melihat kepergian Senja. Dia tak ingin mencurigai apa pun terutama mencurigai sikap Uminya, namun sejak awal Umi memang tidak ramah kepada Senja.Senja tersenyum tipis sambil mengenakan kembali sepatu lusuhnya. Dia menggeleng meskipun tebakan gus Isam benar. Mana mungkin dirinya tetap berada di meja makan yang sama dengan orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya di sana. “Bukan Mas … ” Senja terdiam. Kepalanya yang tadi tertunduk kini mendongak menatap gus. “Maksud saya Gus. Maaf salah menyebut panggilan,” ucapnya merasa tidak enak. Entah kenapa mulutnya terus saja salah men
***Abi tampak tak suka mendengar ucapan Umi. “Jangan sembarangan kalau bicara, Umi. Jangan mendahului Allah,” komentar Abi. Umi sedikit terkejut, tetapi dia mengalah. Dalam hati membenarkan apa yang Abi ucapkan. Dia tak boleh terlalu berharap akan sosok Hafa untuk menjadi menantunya.Abi mengabaikannya. Abi menoleh sesaat kepada Senja. “Kalau boleh tahu siapa yang sedang bersamamu ini, ustadzah?” tanyanya kepada Hafa.Hafa yang tengah sibuk mengajak Umi bicara mengalihkan perhatiannya pada Senja. Namun, baru saja dia ingin membuka mulutnya, Abrisam sudah mendahului menjawab pertanyaan Abinya. Lelaki itu baru saja kembali dari kamarnya.“Namanya Senja, Bi,” ucap lelaki itu sambil mendudukkan diri.Sejenak dia melirik Senja yang ternyata tengah menatapnya. Secepat kilat keduanya berpaling.Senja bahkan merutuk dirinya karena terlalu lekat menatap gus Isam. Senja terpaku pada penampilan Abrisam ketika di rum