Setelah mengundurkan diri sebagai ketua mafia The Killer Panther, Zach sekarang lebih fokus mengurus perusahaan yang berhasil didirikan dengan hasil kerja kerasnya sendiri.Meskipun Jeremy memiliki beberapa anak perusahaan atas nama Muller Group, tetapi Zach sepertinya ingin membuktikan bahwa dia bisa berjuang tanpa harus bergantung dengan kekayaan orangtuanya.âBiar aku bantu.âZach menoleh pada Evelyn yang langsung menghampiri saat melihatnya mengenakan dasi. Kemudian, wanita itu membantunya mengikat simpul dasi dan merapikannya.âTerima kasih,â ucap Zach seraya menunduk menatap wajah seseorang yang setiap hari, di tengah kesibukannya mengurus Kimberly, selalu menyempatkan diri mengurus segala kebutuhannya sebelum berangkat ke kantor.âSama-sama.â Evelyn tersenyum lebar sambil mendongak.Detik berikutnya, Evelyn sudah melingkarkan kedua tangan pada pinggang pria itu. Dagunya menempel di dada, seraya mengangkat wajah menatap suaminya.âCium,â pinta Evelyn sambil memajukan bibir merah
Ucapan Robby membuat Zach segera memeriksa pesan yang masuk ke akun sosial medianya. Dia juga bertanya apa nama akun wanita yang mengaku-ngaku sebagai ibu kandung Kimberly.âBagaimana bisa mereka sangat mirip?â Zach bergumam setelah melihat lampiran foto seorang bayi yang benar-benar mirip dengan Kimberly, bagaikan pinang dibelah dua.Namun, sebagai orang yang sudah terlalu sering mengalami hal pahit dalam hidupnya, Zach mencoba untuk tetap tenang, bahkan saat dirinya dihadapkan pada kemungkinan bahwa Kimberlyâbisa jadiâmemang bukan anak kandungnya.âAku ingin kau menyelidiki siapa itu Becca,â ucap Zach kepada Robby sambil meremas ponselnya yang masih menampilkan foto bayi mungil tersebut. âPastikan juga apakah foto yang dia kirim memang asli atau palsu? Jika itu asli, aku akan melakukan tes DNA.ââMengerti, Tuan!â balas Robby dengan sigap.Zach menghela napas panjang seraya memandang ke luar kaca mobil. Seketika hatinya menjadi tidak tenang. Dia tiba-tiba teringat dengan ucapan Evely
âAkhir-akhir ini kau terlihat muram. Ada masalah?âZach menoleh pada Evelyn yang sedang memakaikan baju kepada Kimberly yang baru saja selesai dimandikan dengan air hangat. Membuatnya memaksakan diri untuk menyunggingkan senyuman. Entah akan terlihat seperti apa, yang pasti ... pria itu sudah berusaha bersikap netral.âAda satu masalah besar,â ucap Zach seraya berjalan menghampiri Evelyn dan Kimberly yang berada di atas kasur.Evelyn mengernyit, memandang suaminya sesaat. âApa itu? Kau membuatku takut.âBaru saja Zach duduk di tepi kasur. Ditatapnya dalam-dalam mata cantik yang selalu ingin dia lihat keindahan binarnya itu. âMasalahnya adalah ... bayangan wajahmu selalu menganggu pikiranku di mana pun aku berada,â bisiknya seraya mencolek manja hidung Evelyn.Seketika senyum di bibir Evelyn merekah. âAku sudah serius mendengarkannya.â Lalu menghela napas lega di akhir kalimatnya.Pria itu terkekeh. Namun, rasanya sangat kosong di dalam hati. Dia tidak tahu, reaksi seperti apa yang har
Zach duduk di atas kursi putar yang menghadap meja kerja, sedang fokus pada berkas-berkas di hadapannya. Lalu pintu ruangan tiba-tiba diketuk oleh seseorang, membuyarkan konsentrasinya.Robby, asisten pribadinya, memasuki ruangan dengan ekspresi serius setelah dipersilakan masuk oleh Zach. Di tangannya tergenggam erat sebuah amplop putih.âSelamat siang, Tuan! Maaf mengganggu. Ini hasil tes DNA yang Tuan minta.âZach mengangkat kepala, ekspresinya beralih dari konsentrasi menjadi antusias. Dia segera meraih amplop putih itu dari Robby. Tangannya sedikit gemetar saat mengeluarkan isinya dengan cepat.Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu selama hampir dua minggu. Wajar kalau Zach sangat tidak sabar melihat hasilnya.Namun, senyum di bibir Zach memudar ketika melihat hasil tes tersebut. Matanya melebar, bingung, lalu perlahan berubah menjadi kemarahan yang mendominasi hampir seluruh garis wajahnya.Zach menggeleng. âTidak mungkin ...â gumamnya. âBagaimana bisa ...?âRobby memperhatikan r
Alice menunduk dalam-dalam, tatapannya terhanyut pada gelombang ketakutan yang menghantam dengan telak. Sementara itu, Zach tampak tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari mulutnya.âSebenarnya ... anakmu dan Evelyn telah meninggal dunia saat proses persalinan akibat terlalu banyak menelan cairan ketuban,â ungkap Alice dengan suara gemetar. âTapi karena aku tidak mau melihatmu marah, aku menyuruh Parker mencari bayi perempuan yang baru lahir, atau setidaknya baru beberapa hari lahir, dan akhirnya bertemulah dengan Kimberly.âWajah Zach terbakar oleh kemarahan yang meluap-luap. âJadi, kau menyembunyikan kebenaran tentang anakku yang telah tiada, lalu memanipulasi seolah-olah Lily adalah anak kandungku dan Evelyn?!âAlice hanya bisa mengangguk. Titik ketakutannya sudah berada di level yang paling tinggi, sehingga tak bisa bertambah lebih takut lagi. Sejak tadi dia sudah sangat ketakutan.âBIADAB!â Zach memukul tembok tepat di samping kepala Alice, membuat wanita itu memejamkan mata k
Dengan langkah gontai, Evelyn berjalan memasuki ruangan, diiringi debaran keras yang memenuhi rongga dada. âApa ... yang sedang kalian bicarakan?â Pertanyaan itu terlontar dengan suara gemetar.Tidak ada satu pun yang berani menjawab pertanyaan Evelyn. Begitu pun dengan Zach. Pria itu terlalu takut melihat Evelyn terluka, sehingga lebih memilih bungkam.Evelyn berhenti melangkah tepat di hadapan tiga manusia yang masih diam membisu itu.Kali ini bola mata Evelyn bergulir memandang suaminya. âKenapa kau bertanya di mana Alice mengubur anak kita?â desaknya, menuntut penjelasan. âLily ... baik-baik saja. Anak kita masih hidup. Kenapa kau bertanya begitu?âTidak satu pun huruf terlontar dari bibir Zach. Tatapannya berpusat pada satu titik, di antara sudut-sudut mata Evelyn yang berembun. Iris mata itu memendarkan kesedihan yang amat dalam. Tak dapat dideskripsikan hanya dengan kata-kata.Meskipun Evelyn terus bertanya-tanya apa maksud dari pembicaraan orang-orang itu, tetapi air bening ya
Di dalam kamar, Aldrick berdiri memunggungi Alice dengan ekspresi marah yang membara. Di sisi lain, Alice hanya bisa duduk di tepi kasur sambil menunduk lemas. Entah menyesali perbuatannya, atau cemas dengan segala konsekuensi yang akan dia terima.âAku masih tidak habis pikir,â ucap laki-laki dengan postur tinggi tegap itu, tanpa sedikit pun menoleh ke arah istrinya. âBagaimana bisa kau melakukan hal selicik itu?âAlice mendongak. Air mata semakin deras mengalir di pipinya. âAku sangat menyesal, Sayang. Saat itu pikiranku terlalu buntu.ââTapi itu tetap saja tidak bisa dijadikan alasan!â Kali ini Aldrick menoleh. Matanya memerah menahan marah.Suatu ekspresi mengejutkan yang tidak pernah Alice lihat pada sosok Aldrick yang biasanya selalu bisa mengendalikan emosi.âAku tahu, aku salah.â Alice kembali bicara. âTidak bisakah aku diberi kesempatan untuk menebus kesalahan ini?âAldrick berjalan mendekat. Berdiri di hadapan Alice seraya menyipitkan mata. Sedikit mencondongkan badan ke dep
Hari ini, sesuai janji yang telah disepakati, Evelyn dan Zach akan mengunjungi rumah Becca untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak lupa mereka juga membawa Kimberly, berniat menyerahkannya kepada wanita yang jelas lebih berhak atas bayi itu.Di sepanjang jalan, sambil menggendong Kimberly di pelukannya, Evelyn tidak bisa mengontrol tetesan air mata yang jatuh di pipinyaâmeskipun dia sudah mati-matian berusaha menyembunyikan tangisan itu.Berkali-kali dia mengecup kening dan pipi Kimberlyâmungkin untuk terakhir kalinya. Karena, setelah ini, dia tidak yakin apakah ibu kandung Kimberly akan mengizinkan mereka untuk bertemu lagi nantinya.âTidak apa jika hari ini kau bersedih. Menangislah, Sayang,â ucap Zach seraya mengusap lembut bahu Evelyn. âBukankah untuk mendapatkan tunas baru yang lebih kuat ... ranting rela membiarkan dirinya kering dan berderak patah?âSudah cukup lama Zach menangkap raut kesedihan di balik wajah sendu istrinya. Dia tahu, Evelyn sudah bersikeras menahan aga
Halo, Semuanya!Aku mau nanya, kira-kira ada gak yang masih mau baca novel ini kalau aku bikin S2?Tapi di S2 ini pemeran utamanya bukan Evelyn & Zach, melainkan karakter lain di dalam cerita ini. Nah, kalian mau aku bikin cerita lanjutan tentang perjalanan kisah siapa nih?Ada beberapa pilihan yang bisa kalian pertimbangkanâtentunya dengan konflik berbeda yang nggak kalah seru dan bikin senyum-senyum sendiri.1. Oliver2. Aldrick3. Bryan4. Fathe5. Florez6. Freya7. Atau ada request?Btw, terima kasih banyak buat yang udah baca S1âbaik yang baru baca beberapa BAB atau udah sampe selesai. Semoga rezekinya selalu lancar dan berkah, biar bisa top up banyak-banyak dan ikutin terus karya-karya aku yang lain, hehehe. LuvâĽď¸
âApa yang kau lakukan pada adikku?!âSuara bocah laki-laki dari arah lain berhasil mengalihkan perhatian Bastian dan Freya, membuat keduanya menoleh ke sumber suara, lalu terkejut mendapati Fathe yang sedang menghampiri dengan raut marah tercetak jelas di wajahnya.âFathe!â Freya bergumam, merasa bala bantuan sudah datang kepadanya.Di belakang Fathe, tampak Florez membuntuti dengan ekspresi khawatir.Ketika Bastian menurunkan kedua tangannya dari sisi tembok, Freya langsung memaanfaatkannya untuk berlari kecil dan bersembunyi di balik punggung Fathe.Fathe menatap tajam Bastian. Satu jarinya terangkat, menunjuk-nunjuk wajah Bastian. âKau ... jangan sekali-sekali mengganggu adikku lagi, atau aku akan mematahkan kakimu!â ancamnya dengan suara kesal.Bastian terlihat ketakutan. âTiâtidak, Fathe. Aku tidak berniat mengganggu Freya.â Lutut kakinya terasa lemas sekarang.âPergi sana, sebelum aku benar-benar akan menghajar wajahmu!â gertak Fathe sambil mengangkat kepalan tangannya.Bastian y
âKenapa harus menunggu pulang sekolah? Kau bisa mengatakannya sekarang juga. Kebetulan sedang tidak ada Fathe,â ucap Revano.âBenar juga. Ayo! Kau bisa melakukannya, Bastian." Kenzo menyemangati.Bastian diam saja. Namun, isi kepalanya tidak benar-benar diam. Dia sedang berpikir mengenai apa yang harus dilakukan saat ini.âApa kau takut ketahuan Fathe?â tanya Revano. âKau dan Freya bisa berteman dulu. Tidak harus langsung menjalin hubungan.ââBukan,â bantah Bastian yang tidak terima dibilang takut. âAku hanya khawatir Freya tidak mau berteman denganku.âRevano mengibaskan telapak tangan di depan wajah Bastian. âTidak mungkin. Aku perhatikan, Freya itu anak yang sangat baik dan berhati lembut. Dia pasti mau berteman dengan siapa saja,â ucapnya mengompori.âRevano benar. Aku bahkan tidak sengaja pernah menabrak Freya, tetapi malah dia yang menyesal dan minta maaf,â beritahu Kenzo.Karena terus didesak oleh kedua temannya, Bastian pun merasa tertantang untuk maju mendekati gadis berpipi c
âMami, Mami, tadi Fathe mengatakan kalau dia mau memukul orang jahat,â adu Florez yang sedang dipakaikan dasi oleh Evelyn.âIya, Mami. Papi juga malah mendukung, bukannya menegur,â tambah Freya. Seperti biasa, dia selalu menjadi orang pertama yang selesai mengenakan seragam dibandingkan kedua kakaknya.âBukan begitu, Mami.â Fathe yang sedang memegang rompi merah itu langsung buka suara, tidak terima atas tuduhan yang telah dilayangkan Florez dan Freya kepadanya. âAku hanya ingin memukul orang-orang yang bersikap jahat pada mereka.ââIh, tapi, Mami ... bukankah kita tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain? Nanti Tuhan yang akan membalasnya,â ujar Florez. âIya, âkan, Mi?â tanyanya memastikan.Evelyn menghela napas sejenak. Sudah biasa baginya mendengar perdebatan atau keluh kesah putra-putrinya di pagi hari, dan itu tidak pernah membuatnya merasa kesal.âIya, betul. Kita memang tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain, tetapi bukan berarti kita harus diam saja pada saat di
Sinar mentari menembus jendela kamar ketika Evelyn menyibak tirai gorden. Sejak pukul setengah lima pagi, dia sudah bangun untuk mandi dan menyiapkan sarapan.Ini adalah hari Senin. Ketiga anak kembarnya akan beraktivitas seperti biasa, yaitu mengikuti program prasekolah yang sudah mereka jalani sejak usia tiga tahun. Jadi, tidak heran kalau Evelyn akan lebih sibuk dibandingkan di tanggal merah.Selain mengurus anak-anak mungil itu, Evelyn juga tidak lupa dengan kewajiban sebagi istri yang harus menyiapkan segala keperluan suami yang juga akan berangkat kerja pagi ini.Masing-masing seragam sudah Evelyn letakkan dengan rapi di atas kasur, lengkap dengan dasi, topi dan kaos kaki, sedangkan beberapa pasang sepatu dia taruh di lantai.Sekarang Evelyn kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Sementara itu, di dalam toilet ....âPapi, aku ingin duduk di sana.â Freya, gadis kecil yang masih memakai baju tidur dengan rambut ikalnya yang sudah berantakan, baru saja mendongak ke arah pria ber
âSiapa yang mau sandwich?â Terdengar suara dari arah lain, dan ternyata itu adalah Alice yang baru saja datang membawakan beberapa sandwich di atas piring.âAku mau! Aku mau!â Ketiga anak itu berseru, lalu berlari dengan riang gembira menghampiri Alice.Melihat itu, Bryan ikut berlari ke arah Alice. âIbu, aku mau dua! Untuk Fathe, berikan yang paling kecil dan isinya sedikit saja,â ledeknya.Fathe menoleh sambil mengerucutkan bibir dengan tatapan tajam. âDasar serakah! Nanti perutmu bisa meledak karena terlalu banyak makan,â katanya, terlihat kesal.Bryan menjawab, âAku tahu kapan waktunya berhenti makan, tidak seperti ikan hias yang makan banyak melebihi kapasitas perutnya yang kecil.âFathe merasa tersinggung mendengar kata âikanâ. Karena, sebelumnya Bryan mengatai dirinya sekecil ikan hias. âAku tidak pernah makan terlalu banyak,â ucapnya.âKau menganggap dirimu seperti ikan?â ledek Bryan. âPadahal aku benar-benar sedang membahas ikan hias. Apa kau tidak tahu, ikan akan makan sebany
Zach tidak mengerti apa maksud dari ucapan Aldrick. âApa yang kau bicarakan?âAldrick tampak kikuk. âApa kau tidak tahu penyebab kenapa Ayah lumpuh?â Justru dia merasa heran, bisa-bisanya Zach tidak tahu alasan yang melatarbelakangi kelumpuhan kaki Jeremy?âMemang apa penyebabnya?âJujur, Aldrick terkejut, ternyata Zach benar-benar tidak tahu soal itu.âAyah, apa boleh aku ceritakan?â Aldrick adalah orang yang tahu etika, sehingga dia meminta izin dulu kepada Jeremy.âSilakan,â balas Jeremy. âKalaupun aku mengatakan tidak, pasti kau tak bisa tidur nyenyak malam ini, karena Zach akan terus mendesakmu untuk bicara.âSejenak Aldrick terkekeh, lalu mulai menceritakan, âSaat berusia sebelas tahun, kau menjadi korban penculikan. Ayah dan pengawalnya berusaha menyelamatkanmu. Tapi karena dibius, kau tidak sadarkan diri. Kemudian, komplotan penculik itu mengejar mobil yang ditumpangi Ayah dan beberapa pengawalnya, hingga insiden kecelakaan pun terjadi tanpa disangka-sangka.âZach menjadi pende
Evelyn ikut terharu melihat Zach sudah berbaikan dengan Aldrick. Dia tersenyum manis, bangga kepada anak-anaknya yang telah membuat tembok raksasa pertahanan Zach akhirnya runtuh juga.Setelah itu, Evelyn ikut bergabung dan mereka melangkah bersama-sama menuju taman, mencari keberadaan Jeremy, karena Zach belum meminta maaf pada laki-laki itu.Benar saja. Ternyata Jeremy memang berada di sana, sedang duduk di atas kursi roda sambil memperhatikan Oliver yang sedang memanjat pohon apel, sedangkan Bryan, remaja berusia dua belas tahun itu berdiam diri di bawah pohon apel sambil menyemangati Oliver.âAyo! Petik apelnya lebih banyak lagi, Paman!â pekik Bryan seraya mendongak memperhatikan setiap gerak-gerik Oliver.âMami, Papi, bolehkah aku bergabung dengan Bryan dan Paman Oliver?â tanya Florez dengan penuh harap.Evelyn menyahut, âBoleh saja, Sayang, tapi harus minta izin dulu dengan mereka. Jika mereka tidak keberatan, silakan bergabung. Tapi, jika mereka merasa keberatan, kalian tidak pe
Karena didesak ketiga anak kembarnya, mau tidak mau Zach harus menemui kakak dan ayahnya untuk meminta maaf. Karena, sebagai orangtua, dia harus mencontohkan sikap yang baik, benar dan bijaksana.âAyo, Papiiiiii!â Freya menarik lengan kanan Zach, lalu Florez di sebelah kiri, sedangkan Fathe mendorong tubuhnya dari belakang.Mereka tampak tidak menyerah walaupun Zach memiliki tubuh tinggi besar dan tidak sebanding dengan tubuh miniatur mereka.Zach hanya bisa pasrah menerima perlakuan anak-anaknya. Dia terus berjalan mengikuti ke mana si kembar membawanya pergi.âPaman Aldrick!â Fathe memanggil Aldrick yang sedang berjalan di koridor mansion.Pria itu menoleh, mengernyit melihat ketiga anak itu menghampirinya sambil menyeret Zach dengan tangan mungilnya.Sesekali Aldrick terkekeh geli pada saat menyaksikan Freya dan Florez yang terlihat berjalan mundur untuk bisa menarik tangan Zach dengan tenaga yang lebih besar.âPapi, bisakah berjalan lebih cepat sedikit? Kami hampir kehabisan tenaga