Share

Putri Gabriel

Author: Giovanna Bee
last update Last Updated: 2023-04-17 05:59:32

"Kami menemui rintangan besar, Tuan Long." Bryan terlihat menggenggam handphone dengan penuh emosi. Setelah insiden dengan Jonathan, dia kembali ke hotel meninggalkan rekan-rekannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Rhein Long di ujung sana.

"Jonathan berada di pihak mereka."

Hening sejenak.

"Dia putra si tua Mei?"

"Benar, Tuan. Dia membuat empat orang yang kubawa hampir mati."

"Anak jahanam. Anak dan ayah sama saja!" Terdengar suara benda dihancurkan.

"Sebenarnya dia tidak berpihak pada Gabriel. Dari yang saya lihat dia memiliki perasaan terhadap putri Gabriel. Wanita itulah yang dia lindungi." Bryan mengepalkan tangan.

"Begitukah? Siapa nama putri Gabriel itu?" tanya Rhein.

"Angeline."

Rhein tertawa, "Bukankah itu membuat semuanya lebih mudah? Jika aku berhasil memegang anak itu, bukankah dua orang akan takluk kepadaku tanpa syarat?"

Bryan bisa membayangkan wajah tuannya tersenyum licik, "Benar sekali, Tuan."

"Pikirkanlah caranya, Bryan.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Sang Presdir   Merasa Lelah

    Sembari melihat grafik rumit di laptop, Nathan memperhatikan Angeline yang bermain dengan Olivia di pangkuan. Tidak dipungkiri wanita itu tetap terlihat cantik dan selalu mampu memancing gairahnya yang tergolong tinggi. Nathan menghela nafas. Memiliki istri yang cantik memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, butuh tenaga ekstra untuk menjaganya dari serigala-serigala kelaparan di luar sana. Kadang dia berpikir, apakah lelaki lain juga bersikap posesif terhadap wanita mereka, atau hanya dirinya? "Ups, jangan tarik rambut, Sayang. Mama sakit loh." Dengan lembut Angeline membuka kepalan tangan Olivia yang menggenggam juntaian rambutnya. Bayi itu tersenyum lebar karena merasa ekspresi sang ibu terlihat lucu. "Mama lupa ikat rambut sih." Angeline menoleh ke arah Nathan dan berkata, "Nath, titip Oliv sebentar. Aku mau ambil ikat rambut." "Oke." Nathan menerima Olivia dengan senang hati. "Kamu mau minum sesuatu? Jus? Teh manis?" Angeline berdiri. "Tidak usah

    Last Updated : 2023-04-18
  • Wanita Sang Presdir   Pembawa Pesan

    Dua lelaki berpengaruh di Macau berdiri bersebelahan di depan sebuah landmark terkenal, Ruins of Saint Paul's. Para pengawal pribadi berpakaian jas hitam berbaur di antara wisatawan yang meramaikan area tersebut. Tidak ada yang menyadari siapa dua lelaki yang sedang memandangi reruntuhan gereja dari abad ke-16 itu. "Wilayah kekuasaanmu terlalu banyak, Gabriel." Rhein Long buka suara, berusaha bicara dengan tenang di tengah keriuhan percakapan para turis. "Aku telah bekerja keras selama puluhan tahun," kata Gabriel sebagai jawaban. Rhein menatap bagian atas reruntuhan gereja tua di hadapan mereka, "Adalah bijaksana bersikap rendah hati. Kamu bisa mundur sedikit dan membagi wilayahmu untuk orang lain." Gabriel tersenyum tipis, "Aku juga mengatakan hal yang sama kepadamu. Tidakkah cukup kamu mengambil seluruh wilayah pamanku? Bukankah seharusnya aku punya bagian juga?" "Tampaknya Macau terlalu kecil untuk kita berdua, Gabriel. Bukankah kamu memiliki bisnis di luar

    Last Updated : 2023-04-20
  • Wanita Sang Presdir   Muslihat Rhein

    "Rafa, lepas sepatu sebelum naik ke tempat tidur! Nathan! Tolong pasang boks Oliv! Mana tas popok ya?" Angeline sibuk mengatur segala sesuatu. Nathan segera membantu memasangkan boks bayi portabel untuk tempat Olivia bermain. Lelaki itu tahu, wanita yang sedang kerepotan harus cepat dibantu sebelum emosinya meledak. "Oke. Beres. Sekarang Oliv sudah bersih dan wangi." Angeline mencium pipi bayinya setelah beres mengganti popok. "Iyuh! What's that smell??" Rafael menjepit hidung. "Kamu ya. Dulu waktu bayi kamu juga pup di popok." Angeline membungkus popok bekas dan membuangnya di tempat sampah. Rafael meringis, tidak tahu bagaimana harus membalas. Dia duduk di atas kasur memandangi adik bayinya yang sedang berceloteh. Baginya Olivia terlihat seperti boneka hidup, tapi boneka yang tidak bisa dimainkan. "Siapa mau berenang?" tanya Nathan. "Aku! Aku mau!" Rafael melonjak kegirangan, lupa kalau ada bayi di dekatnya. "Rafael!" pekik Angeline melihat lutut

    Last Updated : 2023-04-22
  • Wanita Sang Presdir   Penyerangan!

    Malam begitu pekat tanpa bintang. Hawa dingin menandakan hujan sedang mendekat. Jonathan yang tidak mempedulikan apa pun sedang duduk berselonjor dengan handphone di tangan. "Kamu sedang di mana? Rumahku atau ...?" Terdengar suara Gabriel lewat pengeras suara. "Tentu saja di rumahmu. Untuk apa aku menghabiskan uang bermalam di hotel kalau ada rumah besar kosong untuk ditempati?" Jonathan tersenyum miring. "Ya, ya, baguslah. Setidaknya rumahku tidak akan kemasukan pencuri." "Ada apa? Kau tidak akan menelepon larut malam seperti ini kalau tidak ada hal penting." "Dengar, Rhein Long menghubungiku. Dia menuduhmu menghabisi sekretarisnya," ucap Gabriel datar. Jonathan tertawa terbahak-bahak, "Sialan. Seharusnya kuhabisi dia sebelum keduluan si tua bangka." Terdengar helaan nafas, "Benar bukan kamu yang melakukannya? Kalau begitu aku akan mencegahnya—" "Hei, biarkan penjahat itu beraksi. Akhir-akhir ini aku cukup bosan. Tidak ada kegiatan menantang yang d

    Last Updated : 2023-04-24
  • Wanita Sang Presdir   Berbuat Sedikit Kebaikan

    Kesibukan pertama Gabriel begitu tiba di rumah adalah membereskan kekacauan yang terjadi, yaitu mengirim bawahan Rhein kembali ke Macau, membersihkan setiap sudut rumah dari sisa-sisa perkelahian, tidak lupa menyemprotkan disinfektan ke seluruh penjuru. "Cih! Memangnya rumahmu diserbu wabah penyakit?" ejek Jonathan yang hanya memakai kaos hitam tanpa lengan. "Don't start." Gabriel memperingatkan. Jonathan pun tidak berkata apa-apa lagi. Sambil menunggu rumah beres, Jonathan dan Gabriel serta para bawahan mengungsi sementara ke rumah Nathan. Gabriel geleng-geleng kepala melihat Jonathan masuk duluan seperti tuan rumah. "Kalau Nathan tahu kamu meminjam motornya tanpa ijin dia akan memukulimu." "Yah, itu yang kuharapkan. Tanpa Nathan tempat ini membosankan." Jonathan mengambil sebotol air mineral di kulkas dan meneguknya. "Akan kuberitahu dia supaya mengirimkan tagihan padamu." "Tagihan apa? Aku belum meminjam istrinya." Jonathan menyeringai. "Hei,

    Last Updated : 2023-04-27
  • Wanita Sang Presdir   Melindungi Sam

    "Pegangan yang kuat," kata Jonathan. "Emm ... di mana?" Samantha celingak-celinguk di atas boncengan. Lelaki itu menghela nafas, kemudian meraih ke belakang. Kedua tangan Samantha ditarik ke depan sampai tubuh wanita itu menabrak punggungnya. Helm yang dia pakai membentur bagian belakang kepala Jonathan. Lelaki itu menggerutu pelan. "Aduh, pelan-pelan kenapa?" protes Samantha. "Seperti ini. Jangan dilepas, oke? Aku mau ngebut." Jonathan menstarter motor—milik Nathan yang dipinjam tanpa ijin. Untung Samantha sudah berpegangan. Motor segera melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan raya yang sepi. Angin menerpa kencang, tapi Samantha tidak merasa dingin berkat jaket dan helm yang dipakaikan paksa oleh Jonathan, juga karena kehangatan tubuh lelaki itu. Perjalanan cukup jauh ke kost Samantha di sisi utara ibukota. Jonathan menghentikan motor di depan rumah kost yang berlokasi dalam gang. Sontak para penghuni melongok mendengar deru mesin motor yang keras.

    Last Updated : 2023-04-28
  • Wanita Sang Presdir   Masih Diincar

    Ketika pagi tiba di bagian Barat ibukota ... "Eh, emm ... Selamat pagi." Samantha menyapa canggung saat berpapasan dengan Gabriel di dapur. "Who are you?" Lelaki itu mengernyit. Jonathan muncul menyelamatkan keadaan. Dia mendorong Samantha yang kebingungan ke arah ruang tamu, "Hei. Tunggulah di sana. Aku perlu bicara sebentar dengannya." "Oke." Wanita itu melangkah ragu. Dia merasa seperti berada di tempat dan waktu yang salah. "Mau menjelaskan sesuatu?" sinis Gabriel. "Tidak seperti yang kau pikirkan." "Oh? Memangnya apa yang kupikirkan ketika melihat seorang wanita muda, bahkan kelihatannya lebih muda dari putriku mendadak muncul di rumahku bersamamu? Tunggu dulu. Apakah ini masih rumahku?" cecar Gabriel. Jonathan tertawa, "Damn it, Gabriel. Kau bersikap seperti ayahku." "Kamu mau dengar apa yang dikatakan Nathan saat dia tahu motornya lenyap?" "Aku bisa bertanya sendiri. Sekarang, aku butuh tempat satu malam lagi untuknya." Gabriel me

    Last Updated : 2023-04-29
  • Wanita Sang Presdir   Kamu Suka?

    Seumur-umur warga yang bermukim di sekitar gang tersebut mungkin belum pernah menyaksikan perkelahian ala-ala film action Hollywood terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Semua orang menonton dengan suhu tubuh panas-dingin. Aksi Jonathan menghadapi selusin tukang pukul bersenjata tumpul dan tajam terlalu keren. Semua orang bersorak gembira ketika lelaki berpakaian serba hitam itu berdiri angkuh di tengah lawan yang bergelimpangan. Jonathan menyodok orang-orang yang terkapar di tanah dengan ujung sepatu, mendapati bahwa semua lawannya sudah tidak berdaya. Dia sendiri juga bukan tanpa luka, tapi tidak ada yang berakibat fatal, hanya luka lecet di sana-sini. Jonathan mencengkeram rambut si mucikari sampai lelaki itu mengerang kesakitan. Dia bertanya tanpa basa-basi, "Mana kartuku?" "Di dompet," rintih si mucikari yang tidak percaya nasibnya bisa begitu sial. Dia pikir dirinya penjahat yang ditakuti, tapi ternyata ada yang lebih menakutkan! Jonathan menggeledah p

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status