Suara ombak yang bergulung bagaikan musik di telinga, menarik Via semakin dalam ke mimpinya. Bibir ranum Via mengulas senyum, merasakan betapa indah mimpinya saat itu. Bahkan, samar-samar dia melihat Sean yang juga ikut berbaring di atas ranjang tepat di sebelah.
Fokus Via semakin tajam. Lama dia memandang wajah pria yang dicinta. Hatinya membuncah bahagia, seolah hendak meledak dari dada. Dalam benak Via berdoa, mimpi itu bertahan lama, karena tabungan kerinduan yang terpendam membuat Via enggan menghadapi dunia nyata.
Tangan Via melingkar di pinggang Sean yang tanpa sehelai benang. Pria itu hanya mengenakan celana pendek yang tertutup selimut sampai perut.
Mimpi Via mulai terasa sangat nyata ketika dia meraba kulit Sean yang hangat dalam sentuhan. Dan juga, Via dapat mencium wangi familiar tubuh Sean yang maskulin. Dengan sadar Via mengendus dada telanjang Sean, tanpa malu menciumi permukaan kulit pria itu.
Siapa yang dapat menyalahkannya dalam mimpi? D
Via menatap Sean yang sejak tadi menyuapinya. Dengan sabar pria itu menyendokan suapan demi suapan. Tidak peduli apakah Via lambat mengunyah, atau enggan menerima makanan yang disodorkan ke depan mulut. Sean tetap tersenyum dan membuat Via secara tidak sadar menghabiskan lebih dari setengah mangkuk sup.“Aku kenyang,” kata Via pada akhirnya, memalingkan wajah begitu Sean menyodorkan sendok di depan bibir.Sean menaruh sendok stainless itu kembali dalam mangkuk porselin dan menaruhnya di meja. Dia memberikan segelas air mineral yang Via terima tanpa protes.Kali ini, pria itu beralih pada buah di meja. Dia mengupas kulit buah apel yang tadi berada dalam nampan. Jemari Sean begitu ahli saat menguliti buah di tangan. Dia membelah buah itu dalam beberapa bagian, lalu menyuapi ke Via lagi.Lama Via menatap buah yang hanya berjarak beberapa inci di depan wajah, bahkan berkali-kali dia mencuri-curi lihat ke arah Sean yang duduk tenang tanpa sekali pu
“Kau ingin keluar?” tanya Sean setelah Dokter Timothy menyatakan bahwa kondisi Via membaik, tapi masih berada dalam pengawasan sehingga tidak boleh melakukan aktivitas yang berat.Cukup lama Via menimbang-nimbang sebelum akhirnya menerima.“Aku ingin mengganti piyama dengan sundress,” kata Via berusaha bangun.Dengan cepat Sean meneggendong Via hingga wanita itu terpekik kaget dan menatap Sean bingung ketika dia meletakan Via kembali ke atas tempat tidur.“Apa yang kau lakukan?”“Tetaplah di ranjang,” ucap Sean menggunakan intonasi tanpa bantahan, sembari berjalan menuju lemari mencari sundress berwarna kuning lemon. “Aku suka saat kau memakai warna ini,” katanya menunjukan sundress tersebut pada Via.Melihat sundress di tangan Sean, Via pun menggeleng tidak percaya. Bisa-bisanya pria itu berubah menjadi over protektif bahkan sampai melarang untuk berjalan ke lemari pakaian!
Sean berjalan melintasi pantai dan berpapasan dengan Gideon Rose.Mata kedua pria itu saling mengunci dan mereka hanya mengangguk bersamaan begitu saling melewati. Tidak ada kata yang terucap, hanya pandangan mengerti posisi maing-masing. Bahkan, Sean tidak menatap wanita dalam gendongan pria itu, karena dia juga tidak suka bila seorang pria asing melihat ke arah Via.Wajah Sean yang tadinya datar berubah menjadi lembut begitu berada dalam jarak pandang Via.“Kau lama menunggu?” tanya Sean membungkukan tubuh dan memberi kecupan di kening.“Tidak, aku baru saja berbicara dengan tetangga kita,” kata Via, menatap pasangan yang sudah menjauh.Pandangan Via kembali pada buku yang berada dalam genggaman Sean. Senyum wanita itu sirna begitu melihat buku yang Sean bawa.Melihat perubahan ekspresi Via yang tiba-tiba, Sean pun menatap buku itu ragu.“Ada apa? Kau tidak suka buku ini? Bukankah saat di rumah sakit ka
Beberapa Hari Lalu ….Hilda mencari keberadaan Sean dan Via di sekitar Summer Breeze, termasuk rumah sakit dan Sweety, tetapi dia tidak pernah menemukan keberadaan keduanya. Bahkan, ketika dia berkunjung ke toko roti hanya ada seorang wanita bernama Tya yang selalu melayani, membuat Hilda putus asa.Setelah pertengkaran dengan Gamal waktu lalu, Hilda memutuskan untuk tidak menghubungi pria itu lagi. Dia bekerja sendirian nyaris menyerah.“Apa kau pemilik tempat ini?” tanya Hilda pada Tya yang berada di balik konter.Sejak tadi wanita di hadapan Tya selalu menanyakan hal-hal yang menyinggung masalah pribadi, membuat dia tidak nyaman.“Tidak, aku hanya mengurus tempat ini saja,” jawab Tya masih bersikap ramah. “Apa ada pesanan yang lain?” tanya Tya mencoba mengubah topik.Hilda menatap sekitar, seperti sedang mencari sesuatu.“Tidak, itu saja,” kata Hilda pada akhirnya, membuat Tya
Masih beberapa Hari Lalu …Pemberitaan tentang kisah cinta Sean Reviano dan kekasihnya, Viania Harper, tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia. Semua orang membicarakan hubungan mereka yang digambarkan begitu romantis melalui majalah The Morning Sun dan juga penyiaran di stasiun televisi DJ Vision.Mereka yang tadinya menghujat Via di sosial media, berbalik menyerang Evelyn karena tersebarnya foto-foto vulgar wanita itu bersama pria berbeda di beberapa lokasi berbeda pula ketika masih menjalin pertunangan dengan Sean Reviano.“Lihat, sepertinya saat Evelyn ke Ibiza untuk pemotretan, dia juga bertemu teman tidurnya,” kata Cece menunjukan foto blur Evelyn Madini yang berada di atas ranjang bersama pria asing.Altha mendengus kesal karena bisa-bisanya wanita yang dia kagumi melakukan hal seperti itu di belakang mantan CEO mereka, walau pada akhirnya kebenaran hubungan Via dan Sean sudah menyebar di Hotel Luna Star, tetapi mere
Sean mengemas sedikit baju dan keperluan-nya ke dalam koper kecil, sedangkan Via hanya melihat kesibukan Sean yang mondar-mandir dalam ruangan. Pria itu juga memasukan beberapa berkas dan dokumen ke dalam tas bepergian.“Kenapa kau membawa baju? Bukankah kalian hanya akan ke New York?” tanya Via bingung.Tadi malam Sean mengatakan bahwa dia ingin mengurus sesuatu di New York, dan Via menganggap bahwa urusan itu adalah mengenai pekerjaan Sean di Hotel Luna Star. Apa lagi selama ini Sean sudah terlalu lama tidak terlihat melakukan aktivitas biasa seperti mengecek email, melakukan panggilan, atau pun sibuk dengan laptop dan gadget.Asumsi Via, Sean pasti sudah sibuk kembali dengan pekerjaannya.Pria itu menghentikan kegiatan berkemas dan mendekati Via yang terus melirik ke barang bawaan.“Aku akan singgah sebentar ke Summer Breeze untuk melihat keadaan Bibi Azura,” jawab Sean yang langsung mendapat senyuman dari Via.Hat
Via baru saja menyelesaikan sarapan pagi bersama Kalista yang ikut menamani di meja makan.‘Kau ingin jalan-jalan ke luar? Aku sangat bosan di sini.’Via membaca apa yang Kalista tulis. Dia pun mengangguk mengiyakan setelah menaruh piring kotor ke westafel. Keduanya mulai berjalan menuju lorong penghubung ruang tengah, tetapi langkah Via terhenti begitu dia mendengar suara Sean yang berasal dari televisi menyala di ruangan istirahat staff pekerja Villa.Mulut Via membuka hendak bertanya pada Kalista, apakah wanita itu dengar, tetapi mengingat Kalista yang tuli, mulut Via mengatup kembali.Dia menggamit tangan Kalista dan menarik wanita itu mengikuti langkahnya menuju sumber suara. Bahkan, Via tidak memedulikan pandangan bertanya Kalista yang mengikuti dari belakang.Di dalam ruangan hanya ada satu pekerja wanita yang tampak menonton televisi dengan serius. Wanita itu bahkan tidak menyadari kehadiran Via dan Kalista yang berdiri di amban
Setelah kegiatan jumpa pers usai, Xavier bersama para pengawal yang lain menuntun Sean keluar ruangan dengan keamanan yang ketat. Mereka berjalan di lorong menuju lift yang berbeda dengan awak media.Baru saja rombongan itu melewati dua ruangan saat tiba-tiba mereka melihat kehadiran Daren yang sejak tadi sengaja menunggu di dekat lift.“Bisakah aku meminta waktumu sebentar?” tanya Daren sebelum Sean benar-benar memasuki lift.Langkah Sean terhenti diikuti oleh pria-pria yang ada di belakang dan juga depan. Sesaat Sean menoleh dan menatap Daren dengan pandangan tidak minat.“Aku sibuk,” kata Sean, bermaksud melanjutkan perjalanan, tetapi dia urung begitu Daren mengeluarkan kaus kaki rajutan yang familiar.“Kau meninggalkan ini saat terakhir kali di kantor,” kata Daren sembari menunjukan benda itu ke udara.Tanpa mengatakan apa-apa, Sean menarik benda tersebut dan memperhatikan pattern rajutan tangan Via.