Beberapa saat yang lalu, Eddy beserta istri dan anaknya sudah meninggalkan gedung baru Vivan Cars untuk menemui Barry. Vivan yang masih belum ingin berpisah dengan yang lainnya sempat menangis, namun setelah di bujuk oleh Vicky dan Vanya, peri kecil itu akhirnya setuju untuk pergi bersama ayah dan ibunya. Sama halnya ketika dia pertama kali menjabat di Prakarsa Wira Kanigara, Vicky saat ini memanggil karyawan Eddy satu persatu ke ruangannya untuk mendengar masukan dari mereka terkait rencana kerja ke depannya. Dua karyawan pria tampak bersemangat memaparkan ide mereka kepada Vicky, namun lima karyawan wanita membuat Vicky geleng-geleng kepala dan tertawa saat memanggil mereka satu persatu. Tidak ada satu pun dari lima wanita itu yang membahas tentang pekerjaan, mereka lebih tertarik dengan latar belakang Vicky, kapan Vicky bertemu dengan Vanya, dan kapan rencana Vicky untuk menikahi Vanya. Mereka semua lebih tertarik membahas hubungan Vicky dan Vanya dari pada membahas pekerjaan.
“Iya, Tuan Besar adalah Kakek dari Tuan Muda Vicky yang bernama Vladimir Vladislav,” ucap Barry sambil tersenyum kepada Eddy dan Lucy.Eddy dan istrinya saling menatap, mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa.“Eddy, mungkin kamu menganggap jika apa yang kamu lakukan hanya melindungi Vanya yang sudah kamu anggap seperti keluargamu sendiri, kamu merasa pencapaianmu hanya seperti itu, dan hadiah yang diberikan terasa sangat berlebihan.““Dari sisimu mungkin seperti itu, namun bagaimana jika kamu melihat apa yang sudah kamu lakukan untuk Vanya dari kacamata keluarga Vladislav? Kamu melindungi wanita yang akan menjadi Nyonya besar di keluarga Vladislav seorang diri, tanpa bantuan dari keluarga Vladislav,“ Terang Barry menjelaskan.Dengan pencapaian sebesar itu, sudah membuat Eddy dan keluarganya layak menjadi anggota inti di keluarga Vladislav.“Mungkin ketika Tuan Muda Vicky menjadi kepala keluarga, posisimu di keluarga Vladislav akan seperti diriku,” ucap Barry sambil tersenyum.Eddy m
Eddy akhirnya mengerti mengapa Barry menyiapkan hidangan untuk menjamu ratusan orang. Ternyata tamu yang datang memberikan ucapan selamat ulang tahun benar-benar berjumlah ratusan, Eddy sampai terlihat kewalahan ketika menemani para tamu yang hadir di acara ulang tahun putrinya.Lucy juga sama, dia terlihat sibuk menemani para istri dari pengusaha yang penasaran dengan dirinya.Lucy sempat merasa canggung dengan perlakuan para istri pengusaha yang hadir di rumahnya, trauma karena dikhianati teman-temannya dimasa lalu tiba-tiba muncul di benaknya, dia takut jika para wanita ini mendekatinya hanya karena posisinya yang tinggi di keluarga Vladislav.Namun, keraguannya menghilang tatkala mendengar pembahasan wanita-wanita itu.“Drama Korea? Sinetron? Resep masakan?“ Lucy terus tertawa dalam hati ketika mendengar pembahasan Istri-istri pengusaha besar ini, tidak ada yang membahas tentang barang mewah, tempat-tempat liburan bagus di luar negeri atau memamerkan pekerjaan suami mereka masing
Eddy, Lucy, Vanya, Vicky dan Calvin kembali bergabung bersama Ivan Barata dan yang lainnya di ruang tamu.Mereka menyantap hidangan bersama sambil berbagi cerita, dan tentu saja mereka tetap berhati-hati agar topik yang mereka bahas tidak sampai membuat identitas Vicky terbongkar di depan Vanya.Sesekali Eddy dan Lucy tampak saling menatap, mereka tersenyum, tidak hanya keadaan ekonominya yang jauh lebih baik, mereka berdua juga mendapatkan keluarga baru dengan latar belakang yang tidak biasa.Siapa sangka akan tiba saat seperti ini, di mana Grup Barata yang disegani dan di hormati akan menganggap mereka seperti keluarga sendiri.Dalam hati, mereka berdua tak henti-hentinya merasa bersyukur karena telah di pertemukan dengan Vicky dan Vanya.Setelah menyantap hidangan bersama, mereka lalu berkumpul di ruang keluarga Eddy.Ivan secara tak sengaja mendapati Vicky yang terlihat gelisah memandangi Vivan yang sedang bermain dengan Elina, Sean dan Gavin tak jauh dari tempat mereka duduk.“V
Keesokan harinya...Sejak dini hari, showroom baru Eddy sudah terlihat sangat sibuk, ratusan mobil mewah mulai berdatangan di showroom baru itu. Beberapa pria yang merupakan karyawan ekspedisi terlihat mengatur mobil-mobil mewah itu masuk ke dalam garasi besar yang berada tepat di belakang showroom.Empat orang satpam yang bertugas saat ini memantau aktivitas dari karyawan ekspedisi di showroom itu. Keempat pria itu adalah bawahan Barry, prajurit elit terlatih yang saat ini menyamar sebagai satpam untuk melindungi dan mengawasi bisnis Eddy.Barry meminta mereka bertugas di situ untuk mengantisipasi jika saingan bisnis Eddy mencoba menggunakan jalur kekerasan untuk mengusik bisnis baru Eddy.Prediksi Barry akhirnya terbukti, beberapa orang yang terkenal sebagai preman di daerah itu datang dan mulai mengganggu pekerjaan karyawan ekspedisi yang membawa mobil mewah untuk showroom Eddy.“Hei, apa yang kalian lakukan!!” Teriak salah satu bawahan Barry yang menyamar sebagai satpam kepada par
Showroom mobil mewah milik Eddy terlihat sangat ramai saat ini. Berbagai model karangan bunga ucapan selamat, memenuhi halaman depan showroom milik Eddy. Para tamu yang hadir dibuat terkesima dengan jajaran mobil mewah yang pagi ini baru saja tiba di showroom itu.Dengan sopan Vanya dan karyawan Eddy yang lainnya menyambut para tamu yang datang. Puluhan bawahan Barry juga diturunkan untuk membantu pembukaan Vivan Cars.Eddy tampak santai berbincang-bincang dengan para tamu yang hadir di tempat itu. Kemarin mereka semua sudah bertemu di acara ulang tahun putrinya, hal itu yang membuat Eddy tidak lagi terlihat canggung ketika kembali bertemu para pengusaha yang hampir semuanya adalah bawahan keluarga Vladislav.Di ruang meeting, Vicky dan bawahan Barry yang memiliki posisi cukup tinggi di keluarga Vladislav, sedang bercanda sambil melihat harga saham Elegant Premium Car yang terus turun, sambil tertawa, bawahan Barry menghamburkan uang mereka untuk menggoyang saham perusahaan Fiko.Dite
“Lepaskan tangan kalian dari Eddy,” kata Vicky yang langsung memukuli Bastian dan Giyan dengan wajah yang terlihat sangat emosi.“Berengsek-“Glup...Bastian yang berniat mengumpat orang yang tiba-tiba menyerangnya sontak menelan ludah, kenangan buruk lima tahun lalu kembali memenuhi kepalanya.Walau sudah lima tahun berlalu, dia tidak bisa melupakan tatapan mata berpupil biru yang sudah membuatnya harus di rawat di rumah sakit dengan beberapa luka sobek di wajahnya.“Vic... ky....” gumam Bastian ketakutan.Sama dengan Bastian, Giyan juga langsung membatu ketika melihat Vicky yang sedang menatap mereka berdua, dia juga masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana Vicky menghajarnya dan dua temannya 5 tahun yang lalu dengan begitu mudah.Eddy yang sudah terlepas kembali menatap Fiko, amarahnya belum mereda, pikiran buruk mulai memenuhi kepalanya, dia khawatir jika Fiko sudah berbuat yang tidak-tidak kepada istrinya.Namun belum sempat dia melangkahkan kakinya, Vicky yang berdiri di samp
Mata Fiko membelalak, dia tidak menyangka jika dirinya di buat tunduk oleh kekuatan serangan Vicky.Dia mendorong kaki Vicky dan bergegas mundur beberapa langkah, dia lalu melepas Jas yang sedang dia kenakan.“Oh, kamu bisa bertarung, baiklah, biar aku layani.” Fiko mengepalkan kedua tinjunya di depan wajahnya, perlahan dia maju mendekati Vicky.Vicky tersenyum, dia sudah bisa mengukur kemampuan Fiko, dia bisa menebak jika Fiko berlatih Kick Boxing hanya untuk pamer, walaupun kekuatannya lumayan bagus, Fiko bisa di pastikan tidak akan berdaya bahkan melawan petarung amatir sekalipun.Ketika Fiko sudah dalam jarak jangkauannya, Vicky melakukan gerakan tipuan, dia mengayunkan tinjunya dengan tangan kiri ke wajah Fiko, ketika Fiko menghindari serangannya dengan memiringkan kepalanya ke kanan, Vicky dengan cepat maju menyerang pelipis Fiko dengan siku kanannya.Bukk!Acckk! Pekik Fiko, pelipisnya sobek, darah segar mengalir dari luka sobek itu.Vicky mundur dengan cepat setelah melakukan